Hai Sisters!
Supply chain adalah rantai penting dalam proses produksi hingga distribusi sebuah produk.
Kalau kamu bekerja baik itu di perusahaan yang memproduksi barang maupun e-commerce yang menjadi semacam distributor, wajib hukumnya untuk memahami rantai ini.
Hal ini juga penting kalau dirimu bekerja di bagian sales dan juga business development, karena pemahaman akan supply chain dapat membantu pembuatan strategi nantinya.
Penasaran dengan topik ini? Yuk, simak lebih lanjut!
Apa Itu Supply Chain?
Melansir Investopedia, supply chain adalah ‘rantai’ atau jaringan yang menghubungkan perusahaan dengan supplier-nya, untuk tujuan produksi barang yang akan dijual ke pelanggan.
Intinya, supply chain merupakan gambaran besar dari tahapan yang harus dilewati dari sebelum produksi sampai produk akhir tiba di tangan pembelinya.
Dalam rantai ini terdapat serangkaian kegiatan, orang dengan tugasnya masing-masing, dan juga resources—termasuk teknologi yang digunakan.
Rangkaian umum dalam supply chain mencakup penyediaan bahan dasar yang diberikan ke supplier, lalu diolah, dan didistribusikan secara luas.
Model Supply Chain
1. Model yang Efisien
Model supply chain pertama yaitu rantai pasokan yang efisien, di mana manajemennya fokus pada pengurangan pemborosan dan peningkatan efisiensi.
Tipe bisnis rantai pasokan yang satu ini cocok untuk industri dengan persaingan pasar yang ketat dan memperebutkan kelompok pelanggan yang sama.
Dalam model ini, manajemen harus memaksimalkan pemanfaatan mesin dan aset lain, serta mempertahankan efisiensi peralatan untuk mengurangi biaya.
Contoh perusahaan yang menjalankan model supply chain efisien adalah Toyota.
2. Model yang Cepat
Kedua, ada model supply chain yang cepat (fast chain) dan dikaitkan dengan produk dengan siklus hidup pendek.
Sesuai namanya, model rantai pasokan yang satu ini mengutamakan pengiriman cepat dan tanggap terhadap perubahan penawaran atau permintaan.
Kemampuan utama yang mendukung berjalannya manajemen bisnis supply chain ini antara lain:
Waktu singkat dari ide ke pasar; tingkat akurasi ramalan yang maksimal untuk mengurangi biaya mediasi pasar; dan efisiensi end-to-end untuk memastikan biaya yang terjangkau bagi pelanggan.
Contoh perusahaan yang menggunakan model fast chain adalah peritel pakaian Zara.
3. Model Continuous Flow
Ketiga, model continuous flow yang prosesnya adalah memastikan aliran informasi dan produk berjalan berkelanjutan.
Model ini biasanya dipakai perusahaan dengan profil permintaan pelanggan yang memiliki sedikit varias.
Model continuous flow berfokus pada pemeliharaan operasi rantai pasokan yang konsisten dan lancar.
Contoh perusahaan yang menggunakan model rantai pasokan ini adalah Amazon.
Manajemen supply chain Amazon dirancang untuk mengirimkan produk secara konstan, dengan sedikit atau tanpa jeda dalam aliran pasokan.
4. Model Agile
Model keempat adalah supply chain agile yang biasanya dipakai perusahaan produsen produk dengan spesifikasi unik untuk setiap pelanggan berdasarkan pesanan.
Manajemennya menuntut kelebihan kapasitas produksi, serta produk dan proses yang dirancang untuk batch sekecil mungkin.
Model ini berfokus pada rantai pasokan yang responsif dan mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan penawaran atau permintaan.
Nike adalah contoh perusahaan yang menggunakan model agile untuk rantai pasokannya, dan mampu merespons perubahan permintaan konsumen akan produknya dengan cepat.
5. Model Supply Chain yang Fleksibel
Model supply chain kelima adalah fleksibel dan cocok untuk perusahaan yang harus memenuhi permintaan tak terduga dan oleh karena itu dihadapkan pada puncak permintaan tinggi dan periode beban kerja rendah yang lama.
Kemampuan beradaptasi menjadi kunci dalam manajemen rantai pasokan yang satu ini mengingat fokus utamanya menekankan pada fleksibilitas.
Contoh perusahaan yang menggunakan model ini adalah HP. HP menerapkan proses rantai pasokan fleksibel untuk merespons dengan cepat perubahan kondisi pasar dan preferensi pelanggan.
Pertama adalah supply chain di perusahaan pada umumnya. Rangkaian ini sudah sempat disebutkan di awal artikel, dalam penjelasan mengenai arti supply chain.
Jadi, terdapat kurang lebih enam kategori atau tahapan dalam supply chain umum.
Berikut adalah rinciannya:
Tahap paling awal dalam supply chain perusahaan pada umumnya adalah memilah bahan baku yang dibutuhkan.
Jumlah bahan baku disesuaikan dengan target produksi yang ditentukan di awal.
Setelah itu, bahan baku dikirimkan oleh partner logistik kepada supplier.
Dalam tahapan ini supplier akan mengolah bahan mentah tersebut dan menjualnya secara grosir.
Biasanya, mereka tidak hanya menjual ke satu perusahaan saja.
Nah, ketika sudah sampai pabrik (bisa satu atau lebih), bahan dasar yang sudah diolah tersebut akan diolah kembali menjadi hasil akhir.
Setelah produk sudah jadi, pada tahap ini mereka akan didistribusikan ke retailer atau mungkin lebih dikenal dengan istilah pengecer (pedagang eceran).
Dalam supply chain, tugas retailer adalah meletakkan produk yang didistribusikan tadi di rak agar terlihat dan dibeli oleh pelanggan.
Ketika pelanggan membeli produk tadi, apakah rantainya terputus begitu saja? Tentu tidak.
Demand dari pelanggan mengharuskan perusahaan untuk kembali ke tahap awal, yaitu memilah bahan dasar lagi untuk diproduksi.
Supaya rantai tak terputus atau terhambat, penting bagi perusahaan untuk menjaga kelancaran dan kualitas dari setiap tahapannya.