Hi Sisters...
Dampak pandemik covid 19 dari sisi ekonomi menghantam hampir seluruh lapisan masyarakat termasuk keluarga kami. Dampak negatif nya penghasilan keluarga kami menurun, tetapi waktu luang kami bertambah karena kebijakan PSBB atau PPKM yang mengharuskan kami tetap dirumah. Perkenalkan saya Fathimah Himmatina seorang ibu rumah tangga yang memiliki background pendidikan agribisnis. Suami saya seorang guru yang concern di bidang lingkungan.
Saya dan suami mencari cara agar aktivitas kami dirumah aja berbuah penghasilan tambahan. Akhirnya kami menemukan cara pengolahan sampah organik yang bernilai ekonomi tinggi yaitu dengan metode biokonversi maggot Black Soldier Fly,mengubah sampah sisa makanan menjadi pupuk organik dan pakan ternak berprotein tinggi. Tetapi kami menemukan banyak tantangan untuk mengaplikasikan metode ini untuk skala rumahan.
Pada agustus 2020 lalu kami pertama kali mencoba budidaya maggot dirumah dengan peralatan seadanya yaitu ember dan baskom. Tapi ternyata budidaya maggot tidak semudah itu, tantangan yang kami hadapi sangat banyak, mulai dari bau, maggotnya pada mati dan mereka suka kabur dari baskom tempat pembesaran. yang lebih parahnya mereka tidak hanya kabur ke rumah kami tapi juga ke rumah tetangga. Hal ini membuat tetangga komplain dengan aktivitas kami membudidayakan maggot dirumah.
Dengan banyaknya masalah yang kami hadapi, tidak membuat kami menyerah dan berhenti. Kami mencoba membuat suatu alat yang bisa menunjang budidaya maggot di rumah. Kami banyak belajar dari buku, jurnal dan youtube, lalu kami coba membuat suatu box tempat sampah yang kami desain sehingga memiliki fitur yang menunjang budidaya maggot dirumah jadi lebih mudah. Butuh waktu kurang lebih 7 bulan kami riset dan uji coba, kegagalan demi kegagalan sudah kami lalui, sampai akhirnya kami bisa membuat inovasi alat budidaya maggot bsf yang kami beri nama magobox. Kami uji prototype inovasi kami ke beberapa orang dengan latar belakang yang berbeda baik dari ibu rumah tangga, peternak lele, maupun komunitas urban farming.
Kami coba untuk riset pasar, menganalisis apakah produk inovasi buatan kami bisa dijual dan bisa diterima oleh pasar lewat survey dan interview. Kami juga aktif di sosial media untuk membuat konten edukasi dan membangun awarenessdari masyarakat yang lebih luas tentang produk inovasi kami. Alhamdulillah banyak dari video konten yang kami buat viral, dan pesanan pun mulai berdatangan.
Pada awalnya, pesanan magobox kami buat sendiri dirumah. Saya dan suami bagi tugas, saya yang menghandel marketing dan pemesanan, sementara suami menghandle produksi dan pengiriman. Seiring berjalannya waktu pesanan semakin banyak, lalu kami mengajak tetangga disekitar rumah untuk membantu produksi magobox. Alhamdulillah bisa jadi penghasilan tambahan untuk tetangga sekitar.
Usaha magobox semakin tumbuh sehingga kami membutuhkan tenaga tambahan untuk scale up usaha ini, lalu kami berkolaborasi dengan Biomagg untuk memproduksi Magobox. Alhamdulillah pemasaran kami semakin luas. Hingga saat ini magobox sudah terjual lebih dari 1000 box ke lebih dari 50 kota di Indonesia, bahkan kami pernah kirim sampai Malaysia.
Foto : Ajeng Dinar Ulfiana (Reuters)
Kami juga mendirikan almagot social enterprise yang sebagian dari profitnya kami gunakan untuk pemberdayaan masyarakat dan komunitas si lalat baik yaitu wadah bagi pengguna magobox untuk saling sharing, berbagi ilmu dan pengalamannya dalam membudidayakan maggot dirumah. Kami berharap, semakin banyak pengguna magobox maka semakin banyak pula keluarga yang mulai mengolah sampah sisa makanannya secara mandiri dirumah, sehingga bisa mengurangi beban timbunan sampah di TPA. Selain itu para keluarga yang mengolah sampah sisa makananya bisa mendapat manfaat ekonomi dari sampah yang yang terolah sehingga sirkular ekonomi bisa terjadi dari rumah.
Perjuangan kami untuk terus mengembangkan usaha ini memang tidak mudah namun layak diperjuangkan. Makanya, supaya usaha ini terus berjalan dan berkembang, kami tidak berhenti belajar dan mengikuti perkembangan zaman. Kami biasanya mencari info-info seputar pengembangan usaha serta trend via sosial media dan google. Kami yakin, untuk bisa bertahan dan memiliki usaha yang sustainable harus agile dan mudah beradaptasi dengan perubahan serta perkembangan zaman.
Foto : PPM Unika Atmajaya
Tujuan saya mengikuti #Sispreneur dari Sisternet ini adalah ingin memperluas jaringan relasi antar sesama pelaku umkm, barang kali kami bisa berkolaborasi untuk kemajuan bersama. Kami juga berharap mendapatkan bimbingan dari para expert di bidang bisnis untuk bisa mengaplikasikan di usaha kami. Apabila kami mendapat dana untuk mengembangkan usaha ini, kami akan gunakan untuk memperkuat kami dalam digital marketing, membeli peralatan yang menunjang untuk produksi dengan skala yang lebih besar, dan sebagian akan kami gunakan untuk dana riset untuk bisa menghasilkan produk-produk inovasi lainnya yang bisa mempermudah masyarakat.
Kami yakin, budaya olah sampah dari rumah bisa menjadi kebiasaan di masyarakat Indonesia. Aksi kecil yang dilakukan banyak orang akan memiliki dampak yang besar. Yuk olah sampah dari rumah. Untuk tahu informasi lebih lanjut tentang magobox bisa langsung ke website www.magobox.id