Saya tidak pernah menyangka kalau akhirnya merasakan juga depresi paska melahirkan. Yang dalam istilah medis, dikenal dengan Post Partum Depresion (PPD). Walau belum masuk dalam tahap membahayakan, tapi ketika kambuh, rasanya sungguh tidak nyaman.
Saya sering mendengar suara-suara yang menyuruh saya untuk membunuh bayi saya. Sekuat tenaga saya hiraukan. Hingga ada saat dimana saya tidak kuat. Sambil menangis, saya membuka pintu freezer dan berusaha memasukkan bayi saya ke dalamnya. Saat hawa dingin menyeruak menerpa wajah, saya sadar bahwa bayi saya akan mati di dalam. Buru-buru saya banting pintu freezer. Saya masuk kamar sambil memeluk bayi dan menangis. Tangis saya pecah saat mata saya beradu dengan mata bening manusia kecil dalam pelukan saya.
Jika tidak ada suami yang menemani hari-hari berat saya mengurus bayi, entahlah apa yang akan terjadi. Saya tidak yakin sanggup melewati hari yang monoton dan kaku. 4 orang anak sudah cukup membuat lelah, ditambah pekerjaan rumah yang tidak ada habisnya. Kadang, saya harus berhenti sebentar demi mengambil napas.
Saya sering terjebak dengan rasa bosan yang memuncak. Saya ingin kegiatan baru. Sebagai pelampiasan dan sekadar me time. Hingga akhirnya, saya menemukan keasikan baru. Mengolah susu kurma.
Jika dalam pandangan orang, membuka bisnis baru artinya menambah pekerjaan baru, namun tidak bagi saya. Saya menemukan hal yang menyenangkan ketika menimbang kurma, menyampurnya dengan susu, mengemasnya dalam botol, hingga membungkusnya untuk dikirimkan kepada pembeli. Saya seakan menemukan cinta kembali.
Saya menjalani bisnis baru yang menyenangkan ini sudah 2 tahun. Lamanya persis dengan usia bayi saya yang juga berusia 2 tahun. Susu kurma yang saya buat dengan penuh cinta ini, saya beri nama Susu Kurma Una (Untuk Nambah Amunisi 'Cinta'). Sebenarnya, Una adalah panggilan sayang anak ketiga saya. Namun setelah saya pikir, bisa juga dijadikan sebuah singkatan.
Apakah bisnis ini berjalan baik dan lancar-lancar saja? Oh tentu saja tidak. Karena, datang masa, saya kembali terjebak dengan rasa bosan. Saya kembali berjeda. Saya hanya membuat susu ketika ada pesanan. Saya tidak semangat mengisi konten, untuk instagram @dessert_by_una yang sengaja saya buat untuk mengembangkan pasar.
Saya melakukan dulu hal yang saya suka. Menerima pekerjaan sebagai influencer, key opinion leader, dan blogger. Saya menikmati dan melupakan sejenak si penyambung cinta yang sempat saya nikmati.
Beruntung, saya kembali sadar kalau Susu Kurma Una adalah cinta yang saya usahakan kehadirannya. Hadir di tengah kebuntuan yang menyedihkan. Akhirnya, saya kembali menyambung cinta dalam sebotol susu. Saya makin bersemangat ketika tiap hari ada saja yang memesan susu kurma. Bahagia ketika belanja kurma dan susu, lalu mengolahnya menjadi sebotol susu kaya manfaat.
Saya berjibaku memproduksi susu kurma setelah shalat subuh. Anak-anak yang sudah lebih besar, tak jarang membantu. Ada yang kebagian menyiapkan peralatan, mencuci botol, menimbang kurma, hingga menempel stiker.
Saya kembali menawarkan susu kurma lewat media sosial. Saya juga semangat mengikuti kelas-kelas pengembangan UKM. Bagi saya, sekecil apapun ilmu yang saya dapat, itu sangat berharga bagi Susu Kurma Una.
Mimpi Besar Susu Kurma Una
Kini, saya berharap bisa mengembangkan Susu Kurma Una. Kalau biasanya saya memproduksi susu kurma di ruang tengah, duduk di lantai, dan semuanya terserak di lantai, saya ingin punya dapur khusus. Dapur rumah yang saya miliki ukurannya kurang dari 1 meter. Rasanya sangat tidak mungkin menjadikannya dapur khusus untuk membuat susu kurma.
Di depan rumah, ada satu ruang tak terpakai dan sudah sangat kotor. Saya sudah membayangkan kalau ruang itu bisa saya ubah menjadi tempat produksi. Saya berharap bisa menaruh stok susu, kurma, dan semua peralatan lain dengan rapih dalam sebuah lemari dapur.
Selain kendala tempat produksi, saya pun memiliki kendala tempat penyimpanan. Selama ini saya tidak bisa membuat stok susu kurma dalam jumlah banyak, karena tidak punya freezer khusus. Saya hanya memanfaatkan freezer kulkas rumah yang ukurannya tidak besar. Kalau punya freezer besar, saya bisa membuat stok susu dalam jumlah besar. Dengan begitu, saya bisa mencoba mengembangkan Susu Kurma dengan membuka kesempatan reseller.
Semoga, dengan mengikuti Kompetisi #ModalPintar dari Sisternet, mimpi besar Susu Kurma Una bisa terwujud. Saya bisa merenovasi ruangan tak terpakai untuk dijadiikan dapur khusus, bisa membeli freezer untuk menaruh stok susu kurma, membeli blender lagi agar produksi makin cepat, dan peralatan pendukung lainnya.
Oh ya, satu lagi. Saya ingin sekali mempekerjakan seseorang yang bisa membantu saya. Agar saya bisa sambil fokus melebarkan market Susu Kurma Una. Ah, rasanya mimpi itu sudah makin mendekat dan membuat saya tersenyum.