Q: Di masa era kebiasaan baru ini, bagaimana menjaga kesehatan mental anak selama School From Home?
A: Untuk menjaga mental anak selama SFH adalah keseimbangan antara rutinitas sekolah dari rumah tersebut dengan rutinitas waktu bermain buat anak. Jadi memang sangat penting bagi kita untuk terus bisa mencari kegiatan buat anak-anak di rumah.
Contohnya seperti kegiatan seni, mewarnai, menggambar, atau permainan mendidik yang lainnya. Karena kegiatan seni dan bermain yang menyenangkan seperti ini akan membantu anak-anak melepaskan stres mereka.
Q: Bagaimana menyikapi soal hak anak dalam hal pendidikan khususnya di masa New Normal seperti sekarang ini?
A: Salah satunya adalah kuota internet kali yaa :) Karena biar bagaimanapun anak-anak yang sekolah dari rumah mau tak mau ya harus menggunakan kuota internet, kan.
Selain itu juga membantu anak dengan memberikan perangkat elektronik yang bisa menunjang kegiatan belajar mereka.
Dan yang nggak kalah penting adalah memberikan mereka perhatian atau pendekatan tersendiri seperti menanyakan pelajarna baru apa yang mereka dapatkan dari sekolah, atau bu guru tadi mengajarkan apa saja? Seperti itu.
Jadi orang tua juga harus bisa mengontrol emosi sendiri agar anak-anka juga merasa aman dan nyaman saat SFH.
Q: Seberapa pentingkah pendidikan atau pengetahuan seksualitas dan juga pengetahuan mengenai kekerasan pada anak?
A: Pendidikan atau pengetahuan seksualitas bagi anak itu sangat penting. Bisa dimulai sejak mereka berusia 3 tahun, dimulai dengan pengenalan alat kelamin. Lalu bagaimana cara membersihkan alat kelamin. Lalu ada yang namanya healthy touch juga penting. Artinya kita harus menjelaskan siapa saja yang boleh membersihkan alat kelamin mereka setelah buang air kecil, dan sebagainya.
Kalau soal kekerasan memang juga sangat penting. Kita sebagai orang tua kadang merasa emosi, apalagi saat ada urusan pekerjaan kantor yang merepotkan lalu berbarengan dengan anak-anak yang sedang nakal atau tidak mau menurut. Tapi sebisa mungkin kita sebagai orang tua harus bisa mengontrol emosi sehingga kekerasan fisik dan verbal bisa dihindari.
Q: Bagaimana menjaga kesehatan mental anak, terutama saat SFH seperti sekarang ini?
A: Kita sebagai orang tua dalam menghadapi anak harus pintar-pintar mengolah diri, memang tidak mudah. Tapi jika terus belajar kita pasti bisa.
Ada sebuah contoh ketika sang orangtua kelepasan emosi dan melakukan kekerasan pada anak, contohnya menampar. Buat anak, mungkin sakitnya nggak akan lama, tapi sakit hati dan trauma yang ditimbulkan bisa akan tinggal selama bertahun-tahun. Hal seperti itulah yang wajib kita hindari sebagai orangtua.
Dari situ anak akan membentuk pola pikir sendiri seperti tidak berharga di mata orangtua. Ingat selalu bahwa sangat penting bagi anak untuk bisa merasa dihargai dan merasa penting bagi orangtua.
Adalah hal yang sangat penting bagi anak bahwa mereka itu disayang, dicintai dan dihargai sebagai anak oleh orangtuanya. Jika ketiga hal itu maka anak bisa saja merasa depresi.
Pilihlah kata-kata yang baik untuk anak-anak. Jangan kata-kata yang kasar atau memojokkan.
Q: Bagaimana cara orang tua bisa membantu mengembangkan potensi anak?
A: Caranya bisa dimulai dengan teknik OWL yaitu Observe, Wait, and Listen.
Intinya kita harus bisa melakukan observasi atau pengamatan kepada anak kita. Mereka tuh sukanya apa, lalu kebiasaannya apa, apa yang biasa mereka lakukan atau mereka suka.
Setelah kita melakukan pengamatan ini, kita berikan ucapan atau ungkapan yang berhubungan dengan yang mereka lakukan itu. Seperti, "Wah, kamu suka menggambar ya, gambarnya bagus banget". Lalu dari situ kita bisa mengobrol dengan anak.
Dari situ kita bisa mendukung minat anak tersebut, bisa dengan memberikan buku yang berhubungan dengan minat mereka, atau mengenalkan anak dengan orang yang sudah ada dibidang yang sama dengan minat anak tersebut.
Jadi mereka juga tahu kalau kita mendukung kegiatan positif mereka itu. Dari situ kita bisa mengembangkan bakat atau minat anak, misalnya seperti memberikan mereka les atau kursus.
Q: Apa kiatnya menjaga stabilitas emosi bagi para ibu yang juga berperan sebagai guru saat anak SFH?
A: Yang pertama adalah kualitas relasi antara ibu dan anak. Apalagi untuk urusan pekerjaan kantor WFH sang ibu dan pekerjaan sekolah anak SFH, nah, hubungan ibu dan anak harus stabil dan erat.
Karena saat seperti ini bukan lagi masanya anak kita harus memiliki nilai yang sangat bagus bahkan harus dapat ranking. Tapi yang terpenting adalah bagaimana kita semua bisa saling mendukung untuk bisa bertahan hidup aman dan sehat terutama di masa pandemi.
Jadi kita perlu set mindset setiap hari bahwa kita harus melakukan yang terbaik, khususnya buat keluarga. Jangan berlebihan dan terlalu punya keinginan yang sangat tinggi.
Jangan terlalu perfectionist. Dan selalu memiliki pemikiran, jika anak nilainya biasa saja maka saya adalah ibu yang gagal. Nah, pemikiran ini sangat tidak sehat bagi mental ibu.
Cari me time ibu sendiri di rumah, connect dengan teman-teman dekat juga perlu. Ini juga penting untuk kesehatan mental ibu, lho.
Q: Bentuk komunikasi seperti apa yang dibutuhkan orangtua saat anak mulai bosan SFH?
A: Kita harus bisa menerima atau memvalidasi emosi anak. Ajak ngobrol dan lakukan reflective communication, karena anak juga memiliki hak untuk mengeluh sedikit dan diperbolehkan menyalurkan perasaan ketika mereka merasakan energi negatif menghampiri.
Q: Hal paling penting dalam menghadapi kehidupan era kebiasaan baru adalah...
A: Tentunya jaga kesehatan fisik, tidur teratur, olahraga, berjemur, banyak minum air putih. Selain itu kita juga harus tahu bagaimana cara mengatasi kecemasan. Atau lakukan kegiatan yang merelaksasi, seperti mendengarkan musik yang menenangkan atau melakukan meditasi.
Take a good care of ourselves. Dengan memberikan asupan untuk menjaga kesehatan mental kita sebagai ibu, maka peran kita bagi keluarga di rumah akan semakin optimal.