Perkenalkan namaku Ribka Ginting. Aku adalah seorang ibu rumah tangga. Kami tinggal di Denpasar. Selain menjadi ibu rumah tangga, saat ini aku fokus menjalankan usaha jualan brownies dan roti. Brandnya adalah Valerisa Cake.
Mengapa sekarang kami fokus menjual brownies dan roti? Berawal di tahun 2021, kontrak suamiku tidak diperpanjang oleh kantor, karena dampak pandemi.
Kami sangat kebingungan untuk membuat langkah selanjutnya. Pada saat itu, anak kami baru berusia 10 bulan. Mencari pekerjaan baru bukanlah perkara yang mudah. Kondisi Bali yang sangat memprihatinkan, karena dampak pandemi membuat sulit mendapatkan pekerjaan yang baru.
Aku mengingat punya hobi memasak. Ada salah satu resep yang sudah sering dibuat, yaitu brownies. Suamiku mencetuskan ide agar kami menjual brownies yang sering kubuat. Akan tetapi, kemanakah akan ku jual?
Aku mengingat tempat jual jajanan setiap pagi dengan sistem titip jual. Brownies dipotong kecil dan dimasukkan ke plastik. Satu potongan dijual 1000 rupiah. Nah, apabila terjual akan dapat 800 rupiah dan 200 rupiah untuk pemilik tempat dagangan.
Proses membuat dan sampai mengantar ke tempat dagangan sangat memakan waktu yang lama dan cukup panjang. Mengerjakannya sampai larut malam, karena harus dimasukkan satu persatu ke dalam plastik.
Keesokannya, sekitar jam 5 pagi brownies sudah harus dibagi ke beberapa tempat. Biasanya dititip 10 potongan brownies di satu tempat. Siang hari kembali ke tempat dagangan tersebut untuk mengecek ada yang laku atau tidak. Sekalian mengambil uang dari produk yang laku terjual.
Terkadang ada yang tidak laku sama sekali, ada hanya satu yang laku dan ada juga yang selalu habis. Kalau di tempat yang gak laku sampai tiga kali, aku tidak akan menitip brownies untuk dijual kembali di tempat tersebut.
Salah satu masalah menjual brownies di tempat dagangan tersebut adalah penjual merasa brownies kami terlalu kecil. Di tempat jualan seperti ini tidak peduli tentang rasa, asalkan ukurannya terlihat besar. Aku agak kesusahan dalam hal ini. Aku tetap ingin mempertahankan kualitas, tapi gak sebanding dengan harga yang diperoleh.Keuntungan yang didapat sangat tipis.
Karena pertimbangan ini, aku mencoba menjualkan brownies dalam ukuran satu loyang. Teman mantan kantor suami yang menjadi orang pertama sebagai pelanggan.
Setelah itu ada teman lainnya yang membeli. Dia membuat story testimoni di FB tentang brownies yang dibelinya. Brownies yang kubuat dibilang lembut, padat, manisnya pas, dan enak. Angin segar seperti berembus. Ada secercah harapan bahwa brownies ini bisa disukai oleh orang lain lagi.
kemasan brownies pertama kali
Selanjutnya, ada teman yang ingin mudik ke Malang. Dia terpikir untuk membawakan brownies sebagai oleh-oleh. Dia memesan 10 kotak brownies. Ini pertama kalinya aku menerima orderan brownies dalam jumlah yang banyak. Sepulangnya dia memberikan testimoni bahwa brownies tersebut disukai oleh keluarganya di Malang. Rasa percaya diri mulai bertambah lagi. Walaupun masih ada keraguan dalam hatiku untuk serius dalam mengembangkan usaha ini.
Aku pernah diajari oleh salah satu teman yang sudah aku anggap sebagai kakak sendiri untuk membuat roti. Roti ini adalah makanan favorit kami dan aku cukup sering membuatnya. Lalu aku berpikir untuk membuat produk lain selain brownies yaitu roti ini agar orang lain tidak bosan.
Aku memakai loyang bulat untuk membuat roti. Loyang ini sebenarnya adalah loyang kue ulang tahun anak kami yang kami buat sendiri. Ternyata tampilan roti yang dihasilkan dengan loyang bulat tersebut menarik.
Tampilan awal panggangan roti
Aku coba tawarkan ke beberapa teman dan respon dari pembeli roti juga positif. Walaupun aku tahu roti tersebut masih banyak kekurangannya. Aku bersyukur dapat respon positif yang membuatku semakin semangat untuk menghasilkan produk yang lebih baik lagi.
Selain membuat brownies dan roti, suamiku punya sampingan lain, yaitu mengirim beberapa makanan khas Bali ke teman yang ada di Kamboja untuk dijual. Pengiriman menggunakan jasa DHL. Pada saat lagi mengantar kiriman, suamiku menawarkan roti ke karyawan DHL. Mereka tertarik dan memesan 10 kotak. Rasanya aku senang sekali mendapat orderan roti pertama kalinya dalam jumlah yang besar. Puji Tuhan, seminggu kemudian mereka order kembali. Kadar kepercayaan diriku semakin meningkat.
Agar produk ini dikenal, aku membuat free ongkir untuk area Denpasar Selatan. Jadi, aku dan suami bergantian mengantar pesanan roti dan brownies.
Satu waktu, ada yang pesan roti satu kotak. Setelah itu dia menghubungi kembali untuk memesan roti sebanyak 60 kotak. Ternyata roti yang tadi dipesannya untuk tes rasa. Jumlah yang fantastis untukku saat itu. Oiya, aku masih mengulen manual saat itu menggunakan tangan. Oven yang ku gunakan adalah oven listrik yang pertama kali kami beli ketika mengawali bahtera rumah tangga 6 tahun yang lalu. Oven ini hanya muat dua loyang. Sekali memanggang butuh waktu sekitar 30-45 menit. Jadi bisa dibayangkan untuk memanggang roti sebanyak 60 kotak butuh waktu kurang lebih 15 jam. Ini adalah pengalaman pertama tidak tidur demi menyelesaikan roti tepat waktu.
Inovasi terus diusahakan. Sampai akhirnya aku beranikan beli peralatan, seperti mixer roti dan brownies dan juga oven untuk membuat pekerjaan lebih efektif dan cepat. Begitu juga dengan kemasan. Aku mengganti kemasan agar terlihat lebih menarik, sehingga cocok disuguhkan untuk acara besar.
roti dengan kemasan kotak
Sebelum hari raya Galungan, aku terpikir untuk produk ini dijadikan sebagai hampers hari raya. Aku menghias kemasan produk dengan pita dan kartu ucapan. Aku menggunakan HP untuk mengambil gambar hampers tersebut dan mengedit seadanya. Kemudian aku mengupload prduk ini di marketplace FB. Tiba-tiba chat WA dari orang baru muncul dan banyak pesanan hampers untuk hari raya Galungan. Pertama kalinya, omset mencapai 900 ribu dalam sehari.
hampers galungan pertama
Dari situ aku melihat bahwa produk ini ada harapan. Aku mulai rajin membuat konten dan beriklan di media sosial, walaupun masih mengandalkan iklan gratisan.
Pelanggan sedikit demi sedikit bertambah. Salah satu pelanggan memberikan review bahwa produk yang kubuat rasanya sultan dengan harga merakyat.aku menyematkan testimoni tersebut sebagai jargon sampai saat ini. 'Rasa Sultan, Harga Rakyat.'
instagram: @valerisacake
Saat ini, Valerisa Cake sudah memiliki pelanggan tetap dan beberapa reseller. Sesekali, aku mengajak beberapa teman saat orderan sedang banyak. Namun, aku belum berani memperkerjakan karyawan secara rutin. Sedangkan aku merasa sangat perlu tenaga kerja untuk memaksimalkan bisnis ini dan BeraniNaikKelas. Karena pada saat ini hanya aku dan suami yang membantu untuk mengerjakan semuanya dari A sampai Z. Termasuk mengurus keluarga.
Aku melihat Valerisa Cake cukup berpotensi untuk berkembang #JadiLebihBaik. Saatnya Valerisa Cake BeraniNaikKelas. Aku mempunyai mimpi untuk menolong para wanita yang ingin membantu perekonomian keluarga dengan cara memperkerjakan mereka. Selain itu juga, aku ingin membuat produk-produk baru lainnya yang berkualitas. Oleh karena itu,dibutuhkan sarana yang lebih lagi untuk mendukung produk tersebut terealisasi.
Aku sangat senang sekali KemenPPPA dan XL Axiata, mengadakan acara ini. #Sispreuner merupakan harapan bagi para wanita yang ingin #JadiLebihBaik dan BeraniNaikKelas.