Halo, perkenalkan namaku Fitri Hantrini. Aku adalah Ibu dari balita kembar yang jatuh cinta dengan cabai Carolina Reaper. Semua itu berawal dari suamiku yang passion nya berkebun.
Tahun 2020, awal pandemi merubah segalanya. Begitu juga aku, yang bekerja lewat hobi fotografi dan traveling ini sangat merasakan dampaknya. Semua behenti mendadak. Job foto menurun drastis bahkan jikalau masuk, akupun khawatir menerimanya karena takut tertular Covid-19
Ditengah kegalauan melanda, aku mulai mengenal si merah ini, cabai Carolina Reaper yang hampir setahun tumbuh subur di pekarangan rumah. Tapi selama itu hanya dibagikan saja cabainya ke siapa saja tanpa aku tahu namanya cabainya. Sebegitu tidak perdulinya aku di dunia berkebun. Selama ini, aku tidak pernah ingin tahu mengenai bercocok tanam. Itu bukan passion ku, pikirku
Juli 2020, aku mulai mencari tahu cabai ini yang ternyata berasal dari Carolina Selatan, Amerika dan merupakan cabai terpedas di dunia yang per buahnya setara dengan 50 buah cabai rawit. Harga jualnya yang fantastis, per buah berkisar 10-15 ribu dan beredar hanya di marketplace atau media sosial dan bukan dijual di pasar seperti cabai pada umumnya. Oleh suamiku, awal dari 3 benih yang disemai, tumbuh subur dan produktif 2 pohon sehingga aku pun mencoba untuk menjualnya lewat story baik di WA, IG @budidayacarolinareaper ataupun di facebook pribadi.
Tak disangka, antusias orang terhadap cabai ini tinggi. Satu persatu pembeli berdatangan baik offline ataupun lewat online. Semua pembeli serta ulasannya aku dokumentasikan ke dalam Instagram agar menjadi bukti nyata bahwa cabai ini banyak peminatnya, kualitas dan harga memang sepadan.
Aku mulai merambah ke kanal youtube: Berkah Maryam untuk berbagi info mengenai cabai ini. Tak kuduga, aku mulai membuka market di luar circle ku, yakni para viewer. Awal berjualan hanya lewat WA dan email serta pengiriman melalui kurir yang dipilih pembeli. Namun lama kelamaan pembeli yang 90% berasal dari pulau Jawa menginginkan marketplace agar terjangkau dari sisi ongkir, mengingat pengiriman dari Pontianak. Bukan hanya cabai, namun biji, nutrisi AB mix bahkan produk kuliner Sambel Pedas Carolina Reaper (SPCR) pun turun terjual di marketplace.
Cerita sambal ini bermula saat Februari 2021, kami panen cabai hingga 3,5 kg. Suami saya yang memang jago masak, mencoba mengotak ngatik untuk menciptakan sambal berhubung bahan baku tersedia melimpah. Berulang kali selama sebulan penuh, akhirnya kami menemukan sambal yang pas dipadupadankan dengan ikan asin ataupun cumi asin. Kami berbagi tugas. Saya pegang persiapan bahan, pengemasan dan pemasaran sedangkan suami di bagian memasak. Kami pun terus berinovasi baik dari kualitas rasa, packaging serta pelayanan. Permintaan terus meningkat dikarenakan sambal ini memiliki cita rasa yang khas, sesuai dengan slogannya: pedas, sedap, nagih!
Kendala mulai ada saat pengemasan untuk pengiriman keluar kota lebih dari empat hari. Sambal kami tak jarang mengalami rembesan padahal berbagai usaha sudah kami lakukan. Kami ingin agar hal tersebut tidak terjadi lagi apalagi produk kami ini kelebihannya tanpa bahan pengawet dan jika tidak bocor pasti akan lebih tahan lama. Sampai pada akhirnya kami membeli beberapa produk sambal untuk mempelajari cara pengemasan mereka. Salah satu pengemasan yang kami yakin aman yakni menggunakan kaleng seperti untuk produk kornet ataupun daging, tapi transparan. Dana yang dibutuhkan mencapai 15 juta untuk kemasan SPCR cumi asin. Untuk SPCR ikan asin membutuhkan pengemasan di kisaran 5-7 juta. Masih ada peluang untuk pembuatan bon cabe Carolina Reaper yang membutuhkan dehidrator sekitaran harga 3-5 juta.
Tapi kendala yang ada di lapangan tidak menyurutkan kami untuk terus maju. Pasti ada solusi dan semoga salah satunya melalui program #Sispreneur, mimpi kami untuk menjadikan Sambel Pedas Carolina Reaper menjadi oleh oleh khas Kalimantan Barat serta bisa dinikmati di berbagai daerah di Indonesia.