Ada pepatah yang mengatakan “Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit”.
Pepatah inilah yang kujadikan sebagai pedoman untuk mewujudkan impianku menjadi eduwomanpreneur dalam meningkatkan kualitas Pendidikan di Indonesia agar merata untuk seluruh anak dan bisa bersaing dengan Pendidikan global.
Hi sisters!
Namaku Stefanny stevy dan kalian bisa memanggilku Fanny. Kesibukanku saat ini adalah menjadi guru les di bimbingan belajar (bimbel) milikku sendiri. Selain mengajar, aku juga mengurus segala hal untuk mengembangkan bimbelku ini. Hal ini sudah kulakukan secara fulltime tepatnya sejak 1 tahun yang lalu saat aku memutuskan resign dari pekerjaanku sebelumnya. Oh ya, sebelumnya aku pun sama seperti sisters pada umumnya yaitu pernah merasakan kerja 8 – 5, berkejaran waktu dengan jam masuk kantor, bermacet-macetan diperjalanan pergi dan pulang kantor, pergi pagi sebelum matahari terbit dan pulang sesudah matahari terlelap, dikejar deadline, dimarahi bos, bergosip dengan rekan-rekan kerja dan masih banyak lagi suka dukanya selama hampir 6 tahun aku bekerja sebagai pekerja kantoran.
Kecintaanku pada dunia Pendidikan sudah mulai sejak aku duduk di kelas 1 SMA, sekitar tahun 2010. Dari yang awalnya hanya sekedar membantu teman yang bertanya kesulitannya memahami pelajaran matematika, hingga pada saat setelah lulus SMA (sekitar tahun 2012), aku memberanikan diri mencoba peruntungan menjadi guru les privat. Walaupun bayaran yang kuterima pada saat pertama kali aku mengajar 1 anak tetanggaku tidak seberapa (tarif yang ku dapat pertama kali adalah Rp 500,000 / 8x sesi @1.5 jam dan tatap muka, namun dikarenakan anaknya jarang les sehingga aku baru menerima pembayaran pertamaku setelah 2 bulan les), tetap ku terima dengan senang hati dan menganggap nya sebagai “penglaris” . Disinilah aku merasa yakin untuk meneruskan passionku menjadi guru les privat dan menyadari bahwa aku diberikan kelebihan khusus untuk bisa sabar dalam menghadapi lika liku karakter anak-anak pada saat mengajar, aku pun juga bisa menyampaikan materi secara mudah yang membuat anak-anak didik yang kuajar dapat memahami materi yang ku sampaikan.
Selanjutnya perjalananku sebagai guru les, kulanjutkan dengan menjadi pengajar part time di beberapa bimbingan belajar di Jakarta, disamping itu aku juga masih menerima beberapa murid private yang merupakan anak tetangga-tetanggaku. Pengalaman paling berkesan adalah ketika akhirnya di salah 1 bimbingan belajar, aku dipercaya pula untuk membantu bagian administrasi, rekrutmen, dan marketing disamping pekerjaanku sebagai pengajar. Aku sangat senang karena bisa mempelajari hal baru dengan didukung oleh rekan-rekan senior yang ada di bimbel tersebut. Singkat cerita karena terbentur dengan jadwal kuliah dan akupun juga diwajibkan untuk internship dari kuliah, akhirnya aku memutuskan resign dari bimbel tersebut di awal tahun 2015.
Menjalani program internship kampus di anak perusahaan jepang selama kurang lebih 6 bulan dan direkrut sebagai trainee di perusahaan tersebut membuat karir mengajarku terhenti.Gaji sebagai trainee yang kuterima dari kantor masih dikatakan jauh dari kebutuhan keluarga saat itu. Ya, kondisiku saat itu ditengah himpitan ekonomi (ayahku mengalami kemunduran dalam usahanya dan akhirnya gulung tikar) sedangkan statusku sebagai anak pertama membuatku merasa seperti ada beban di pundakku (bisa dikatakan aku ini adalah sandwich generation dan tulang punggung keluarga). Alhasil aku mulai memikirkan bagaimana mencari tambahan uang setelah pulang kantor untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sempat terlintas dibenakku untuk kembali mengajar setelah pulang kantor namun aku berpikir, mau cari murid dimana ? tetangga yang ku kenal sudah tidak ada anak usia sekolah. Disaat kondisi seperti itu, seperti ada keajaiban, salah 1 ex murid dari bimbel terakhir yang kusebut diatas (bimbel yang membuatku mempelajari banyak hal) menanyakan apa aku bisa membantu mengajar anaknya secara private karena cabang bimbel tersebut tutup. Tanpa berpikir panjang langsung ku iyakan. Dari sana, rejeki sepertinya mengalir lancar karena setelah itu ada lagi murid dari bimbel tersebut juga mau les secara private. Perlahan tapi pasti, jumlah murid ku bertambah karena referensi dari para orang tua murid.
Hampir 2 tahun lamanya kulalui 2 pekerjaan sekaligus , pagi hingga sore sebagai pekerja kantoran dan sore hingga malam sebagai guru les privat. Ada permintaan mengajar di hari Sabtu dan Minggu pun kuterima. Pergi pagi sebelum matahari terbit dan bisa Kembali sampai di rumah sekitar jam 11 malam. Lelah ? Pastinya dan bosan karena rutinitas setiap hari seperti ini, namun tujuanku hanya satu waktu itu setidaknya aku bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Hal yang paling kusenangi saat itu adalah setiap mendekati tanggal gajian dan tanggal pembayaran les anak-anak, artinya pundi-pundi tabunganku bertambah dan bisa kuberikan ke orang tua untuk membayar berbagai keperluan. Jujur pada saat-saat ini, walaupun aku melakukan double job dan pemasukanku bisa terbilang cukup, namun aku tidak bisa saving karena ya semua perlu dikeluarkan kembali untuk kebutuhan rumah tangga. Satu hal yang membuatku senang dan bangga karena impianku akhirnya bisa tercapai yaitu aku bisa membiayai orang tua ku untuk pergi ke Malaysia dalam rangka kegiatan agama di akhir tahun 2017. Disaat itu aku merasa bahwa ya setidaknya aku sudah berhasil mencapai impianku, bisa membiayai perjalanan orang tuaku mulai dari tiket pesawat, hotel, makan hingga uang saku selama disana.
Walaupun pada saat 2 tahun tersebut aku sempat memikirkan untuk menyeriusi pekerjaan sebagai guru les privat dan menjadikannya sebagai pekerjaan utamaku namun aku masih belum bisa resign dari pekerjaan kantorku karena aku masih memiliki banyak tanggungan. Adik-adikku masih kuliah sehingga belum ada yang bisa membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga selain aku. Kurasa jika hanya mengandalkan penghasilan dari les privat sepertinya tidak cukup. Sampai akhirnya tekadku untuk menjadikannya usaha dimulai pada May 2020, dikala pandemic COVID-19 melanda. Kala itu semua les privat tatap muka ditiadakan, banyak orang tua yang memilih memberhentikan anaknya dari les privat karena sekolah dilakukan secara daring. Akupun terkena dampak itu juga. Dari sekian banyak murid les pada saat itu (mungkin sekitar 30 – 40 anak pada saat itu) hanya tersisa kurang dari 10 anak dan otomatis ini membuat pemasukanku berkurang sedangkan pengeluaran tetap harus berjalan.
Dengan dukungan suamiku (ya di tahun ini aku sudah menikah) dan dibantu oleh adik perempuanku, kami mendirikan Lernzentrum, sebuah bimbel daring. Fokus utama Lernzentrum adalah membantu kesulitan belajar anak-anak yang shock dengan perubahan sistem belajar dari tatap muka menjadi daring dengan metode pembelajaran yang dipersonalisasikan sesuai dengan karakter anak. Tantangan terbesar pada saat itu adalah bagaimana meyakinkan para orang tua murid ini untuk mempercayakan anaknya belajar daring bersama Lernzentrum. Belajar daring dari sekolah saja, anak-anak susah mengerti, apalagi ditambah dengan les privat secara daring. Orang tua murid menganggap buang duit saja. Berbagai macam cara kami lakukan, mulai dari edukasi melalui sosial media, mendaftar sebagai tenaga pengajar di beberapa website pencarian guru di Indonesia dan memberikan free trial kepada para orang tua serta potongan harga untuk 1 bulan les. Usaha kami tidak sia-sia, permintaan les berdatangan dan pada akhirnya kami bisa membuktikan bahwa pembelajaran daring yang kami berikan ini efektif, terbukti dari beberapa siswa yang tetap bisa mempertahankan nilainya sewaktu belajar bersama kami bahkan ada yang ikut serta dalam olimpiade dan berhasil menjadi juara unggulan. Anak-anak juga tampak senang dengan metode mengajar yang kami terapkan sehingga tidak merasa bosan dan dapat menyerap materi yang diberikan secara baik.
Tahun 2020- 2021 aku masih menjalankannya secara part time karena aku juga masih bekerja sebagai pekerja kantoran. Tekadku semakin bulat untuk mengembangkan passion ku ini dan kubuktikan dengan resign di May 2021 lalu. Sekarang di tahun ke-2 Lernzentrum, kami sudah memiliki 1 guru full time (aku merangkap sebagai guru dan juga mengurus segala operasionalnya), 5 guru part time aktif dan hampir 200 murid yang pernah kami bantu dan kurang lebih 60 murid yang aktif di dalam dan luar negeri saat ini. Aku cukup bangga dengan pencapaian ini.
https://drive.google.com/file/d/1ID03GnwHsylgH4B6xW91UsuLJ0ErVoD9/view?usp=sharing
https://drive.google.com/file/d/1XfljIGmsytKcekGQFrTpL8zHPUlH2Xny/view?usp=sharing
Perjuanganku mempertahankan Lernzentrum ini memang serius kulakukan, karena aku selalu ‘meng-upgrade’ diriku dengan mengikuti bootcamp cara promosi yang tepat di social media dan menambah ilmu mengelola bimbel daring serta memperdalam ilmu mata pelajaran anak didikku. Aku juga selalu sharing dengan rekan-rekan tutor yang membantuku agar bisa saling upgrade ilmu dan mendapat insight baru. Ya, aku ingin sekali membawa Lernzentrum ke kancah global bersaing dengan bimbel-bimbel daring lainnya yang sudah lebih senior. Selain itu, karena aku suka sharing, aku ingin berbagi ilmu yang kuperoleh dengan teman-teman yang membutuhkan, bisa saling berdiskusi dan bertukar pikiran satu sama lain, sounds great!
Aku ingin sekali mengembangkan bimbel daringku ini lebih baik lagi dan lebih dikenal lagi sesuai dengan visi bimbel ini #Go Beyond Further sehingga aku harus lebih #Be Innovative, dan hal inilah yang menjadi motivasiku mengikuti #Sispreneur dari Sisternet ini. Harapanku dalam 1 - 2 tahun ini, aku ingin sekali memiliki sebuah website yang dinamis sehingga orang tua / murid tidak hanya mendapatkan informasi mengenai bimbel saja melainkan ada artikel-artikel dan video-video pembelajaran yang bisa dibaca dan ditonton sehingga bisa menambah ilmu serta ada website admin yang siap melayani. Aku juga ingin memiliki sebuah mobile apps dan web based yang terintegrasi dengan interactive online live whiteboard yang bisa di record dan di save sehingga membuat anak semakin semangat belajar dan juga memudahkan anak untuk menonton ulang jika lupa. Di aplikasi dan website tersebut, murid, orang tua dan guru juga dapat melihat jadwal les, reminder jadwal les, update absensi, melihat laporan hasil belajar, mengupdate bahan-bahan belajar, dan segala hal yang mendukung operasional kegiatan mengajar. Disamping itu, aku ingin sekali mempunyai seorang admin yang bertugas untuk memanage social media sehingga aku bisa fokus untuk menyiapkan bahan dan materi untuk promosi dan branding.
Disamping memberikan kepuasan kepada pelanggan, aku juga ingin menyejahterakan rekan-rekan guru yang membantuku. Aku ingin memberikan pelatihan-pelatihan bersertifikat gratis untuk para guru-guru yang setia berjalan bersamaku seperti pendalaman materi mata pelajaran yang diajarkan, pelatihan menjadi guru yang melek teknologi, pelatihan untuk mengajar olimpiade, dan lainnya. Namun untuk mendapatkan pelatihan ini dari pakarnya tentunya memerlukan biaya yang tidaklah murah. Harapanku dengan adanya sertifikat yang dimiliki rekan tutor, maka akan menjadi daya tarik tersendiri karena anak-anak dan orang tua juga semakin yakin untuk belajar bersama kami karena yakin akan mendapatkan kualitas belajar yang baik dan terpercaya dan tentunya hal ini juga akan memberikan kesempatan kepada rekan-rekan guru untuk menambah pundi-pundi penghasilan mereka. Jadi setara kan?
Selain itu aku juga ingin berbagi dengan anak-anak yang kurang beruntung dalam hal pendidikan dengan memberikan les gratis. Saat ini hal ini belum bisa terealisasi dikarenakan dana yang terbatas dan tenaga rekan-rekan tutor yang terbatas. Dengan peningkatan fasilitas untuk rekan-rekan tutor, harapanku semakin banyak murid yang mendaftar dan semakin banyak pula rekan tutor yang mau membantu mengajar. Hal ini sesuai dengan tujuanku mendirikan bimbel daring ini yaitu untuk memajukan kualitas pendidikan di Indonesia agar bisa merata untuk semua anak, sehingga bisa bersaing dengan pendidikan di kancah global. Kedepannya, aku pun berharap bisa bekerja sama dengan pemerintah dan kementrian pendidikan untuk meningkatkan kualitas Pendidikan di Indonesia melalui kolaborasi pengadaan program pendidikan ataupun pembahasan kurikulum. Tentunya semua ini perlu usaha, kerja keras, strategi dan tentunya biaya yang tidak sedikit.
Dari pengalamanku ini aku belajar bahwa jika ada niat, tekad serta usaha maka semua yang kita lakukan pasti akan membuahkan hasil (dan jangan lupa tetap diiringi dengan doa ya). Akupun berharap bimbel daring ini kedepannya dapat semakin maju dan berkembang sehingga bisa menjadi ladang pekerjaan baru untuk rekan-rekan tutor dan bisa mengedukasi murid lebih banyak lagi. Walaupun aku tahu bahwa pengalamanku ini mungkin masih tidak ada artinya jika dibandingkan pengalaman #Sispreneur lainnya diluar sana, namun aku berharap semoga pengalamanku ini bisa menginspirasi banyak #Sispreneur yang saat ini masih takut untuk mencoba hal baru dan berusaha menjadi lebih baik. Semangat sisters!