#Sispreneur Jalani Usaha Teh Daun Kopi (Kahwa) Agar Mendunia #banggabuatanindonesia
Aku menulis artikel ini sambil minum teh dari daun kopi atau biasa disebut dengan Kahwa, rasanya unik, enak, dan tinggi kandungan antioxidant nya. Perkenalkan aku Naugan, sekarang sedang menjalani usaha kopi dan teh dari daun kopi. Dulu aku bekerja di perusahaan eksportir kopi Indonesia dari 2010 sampai 2016, dan waktu itu aku dikirim oleh perusahaan untuk tinggal di Los Angeles, untuk mengembangkan usaha ekspor kopi di Amerika.
Selama bekerja di Amerika, aku sering mengikuti pameran kopi spesialti, sampai suatu saat diminta ITPC (Indonesian Trade Promotion Centre) untuk membantu menjadi penterjemah untuk petani dari Sumbar, yang terpilih mengikuti pameran di Amerika. Agak surprise waktu tahu ternyata si petani tidak membawa biji kopi, tapi cuma teh daun kopi. Akhirnya aku coba dan ternyata enak, perpaduan antara black and green tea, and surprisingly banyak pengunjung pameran yang antri buat nyobain Kahwa, dan ada yang kembali lagi, dan langsung ada pembeli. Aku langsung berpikir, sayang sekali Kahwa ini tidak dikembangkan pemasarannya di Indonesia, karena potensinya sangat besar.
Tahun 2016 aku resign, dan 2017 membangun usaha sendiri, dan kopi memang sudah menjamur, jadi harus ada USP (Unique Selling Point) untuk membedakan usaha kopiku dengan yang lain, dan memutuskan untuk menambah Kahwa. Sampai 2022, produk-produk kopi dan Kahwa sudah masuk di beberapa Korean supermarket, department store, dan online. Selain itu aku juga sudah membuka 3 kedai kopi sendiri, dan menawarkan kahwa di dalam menunya, dengan pilihan rasa original, milky brownie, lemon, lychee, sereh madu, mangga, jahe, dan melati.
Tidak mudah untuk memperkenalkan kahwa kepada customer, tapi aku tetap optimis bahwa kahwa punya masa depan yang sangat baik kalau dikembangkan secara serius, dan sejauh ini kahwa menempati urutan ke 3 minuman yang paling banyak dipesan di kedaiku, setelah kopi susu gula aren dan kopi hitam. Butuh banyak usaha untuk mengedukasi customer tentang manfaat kahwa, sampling, dan promo bundling, agar diterima oleh customer. Tidak mudah juga untuk menjalankan usaha pada saat pandemi, dulu kahwa sudah terdistribusi di 9 bandara di beberapa kota besar di Indonesia, tapi aku harus mengalami kerugian karena barang rusak, expired, tidak laku, dan biaya retur, karena tidak ada pengunjung di bandara.
Perlahan usahaku sudah mulai membaik, dan pengolahan kahwa sebenarnya juga membantu petani terutama para istri untuk punya penghasilan tambahan, karena mereka yang mengolah daun kopi ini menjadi teh, yang menjadi program pemberdayaan perempuan, dan karyawanku semuanya juga perempuan. Dari perempuan untuk perempuan.
Tujuanku mengikuti #Sispreneur dari Sisternet ini adalah ingin mengembangkan usahaku dan memperkenalkan Kahwa lebih luas lagi sampai ke mancanegara, dan bisa membantu para istri petani. Aku membutuhkan dana untuk mengurus perizinan, biaya lab agar bisa ekspor, memperbaiki kemasan dan design yang memenuhi standard internasional. Teh lebih mudah untuk diterima oleh semua kalangan, mulai dari anak-anak sampai perempuan, sementara kopi terbatas untuk orang dewasa dan biasanya diminum pria. Menurut penelitian dari https://www/mdpi.com berdasarkan responden dari Eropa (70%), Amerika dan Asia, yang di update tanggal 31 Agustus 2021, bahwa selama pandemi, konsumsi kopi naik 54% dan teh naik 70%. Jadi Kahwa sangat berpotensi besar untuk dikembangkan.
Estimasi pendanaan yang dibutuhkan:
Rp. 20.000.000; menambah karyawan yang bertugas untuk penjualan online dan pengemasan
Rp. 50.000.000; untuk listing dan beriklan di Amazon dan Alibaba
Rp. 10.000.000; biaya iklan untuk shopee, tokopedia, dan bukalapak ‘
Rp. 70.000.000; biaya design, produksi kemasan, dan inventory
Rp. 15.000.000; perizinan, legalitas, dan biaya lab