Hai, Sisters!
Adakah Sisters di sini yang ketika memasak ikan sisiknya dibuang?
“Ya pasti dibuang. Itu, kan, sampah.”
Jika kalimat di atas adalah jawabannya, SELAMAT karena kamu telah menemukan artikel yang tepat! Ternyata sisik ikan bisa disulap menjadi minuman kesehatan dan kecantikan, lho.
Sebelumnya, yuk kenalan dulu. Nama saya Seha. Saya adalah seorang perempuan berusia 24 tahun yang saat ini menggeluti bisnis di dunia perikanan. Tepatnya, di bidang pengolahan limbah hasil perikanan. Bisnis yang saya rintis sejak 2019 ini bernama ‘Shaany’.
Bisnis ini merupakan hasil penelitian yang saya lakukan ketika berstatus sebagai mahasiswa Fisika Material di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya. Saat itu topik yang saya angkat adalah pengolahan limbah sisik ikan menjadi kolagen halal. Pemilihan bahan ini berawal dari keprihatinan saya terhadap kondisi lingkungan di daerah tempat tinggal –Probolinggo, yang tercemari limbah industri perikanan. Salah satu limbah yang keberadaannya paling banyak adalah sisik ikan.
Menurut banyak jurnal yang saya baca, sisik ikan mengandung 70 sampai 80 persen kolagen. Secara garis besar, kolagen diartikan sebagai suatu senyawa pembentuk tulang, sendi, kulit, rambut, dan gigi. Komposisinya mencapai 30 persen dalam tubuh manusia.
Berdasarkan bahan bakunya, kolagen memiliki beberapa tipe. Kolagen yang diekstraksi dari sisik ikan merupakan tipe I karena memiliki kemiripan sebesar 90 persen dengan kolagen manusia.
Selain itu, berat molekul kolagen ikan juga jauh lebih rendah dibandingkan dengan kolagen sapi maupun kolagen babi yang beredar di pasaran. Pasalnya, berat molekul ini memengaruhi tingkat kesulitan dan kemudahan tubuh dalam mencernanya. Semakin rendah berat molekul, maka akan semakin mudah pula tubuh mencernanya.
Inilah penampakan dari minuman kolagen yang diekstraksi dari sisik ikan dengan penambahan ekstrak buah. Saat ini tersedia 3 varian rasa yaitu cokelat, taro, dan green tea. Selain untuk memperkaya rasa, penambahan ekstrak buah juga bertujuan untuk memperkaya kandungan antioksidan yang dapat mempercepat kerja kolagen dalam tubuh.
Sejak pertama diluncurkan pada November 2019, animo pasar terlihat sangat besar. Masyarakat antusias menyambut minuman kolagen yang merupakan produk lokal ini. Semula saya hanya menyiapkan 300 sachets yang diprediksi akan habis dalam satu bulan. Namun di luar dugaan, 300 sachets terjual habis dalam waktu satu hari. Bahkan bulan-bulan berikutnya pesanan mencapai 1.000 sachets. Ribuan pesanan ini datang dari pemerintah daerah, teman kuliah, rekan bisnis yang saya temui saat seminar, dan teman-teman luar kampus yang saya kenal dari kompetisi. Daerah pemasaran yang saya jangkau hingga saat ini adalah Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten.
Awalnya saya bekerja seorang diri dengan kapasitas produksi 300 sachets dalam sebulan. Namun karena permintaan pasar terus meningkat, saya menambah kapasitas produksi hingga 1.000 sachets dengan memutar laba penjualan. Berkat peningkatan kapasitas produksi ini, saya dapat memberdayakan tiga ibu rumah tangga.
Ah, senang sekali rasanya berjualan hasil riset dan disambut baik oleh pasar. Terlebih ketika bisa memberdayakan ibu-ibu rumah tangga. Perjuangan dan segala kesulitan yang saya lalui terbayar sempurna!
Inilah laboratorium pribadi tempat saya memproduksi kolagen. Laboratorium ini memiliki panjang 4 meter dan lebar 3,5 meter. Letaknya di dalam rumah bagian belakang. Sebelumnya ruangan ini adalah dapur rumah tangga yang kemudian disulap menjadi dapur produksi. Ruangan ini dilengkapi dengan beberapa peralatan seperti timbangan digital, pH meter, gelas kimia, dan peralatan pendukung produksi lainnya.
Ada satu hal yang paling berkesan berkaitan dengan laboratorium yang menjadi jantung produksi ini. Adalah saat tabungan saya tidak cukup dan pembangunan laboratorium hampir terhenti. Beruntung saya memiliki orang tua yang suportif. Bapak yang sehari-hari bekerja sebagai kuli bangunan rela menjual motornya demi mewujudkan laboratorium impian saya. Sungguh ini menjadi motivasi besar. Saya dengan penuh keyakinan akan terus melanjutkan dan mengembangkan usaha ini.
Tujuan saya mengikuti #ModalPintar dari SISTERNET adalah ingin memperluas ruang produksi agar sesuai dengan standar yang ditetapkan BPOM. Perluasan ini dibutuhkan untuk pembuatan ruang ganti karyawan dan kamar mandi terpisah, serta ruang penyimpanan produk jadi. Selain itu, saya juga ingin mengoptimalkan internet marketing untuk menjangkau pasar lebih luas lagi.
Sebagai lulusan sains, saya memahami kelemahan saya adalah di bidang manajemen SDM dan bisnis. Oleh karena itu, melalui #ModalPintar ini saya juga ingin memperdalam ilmu tentang manajemen dan bisnis dari pakar yang berpengalaman.
Saya berharap, bisnis ini memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada masyarakat. Baik dari sisi pemberdayaan maupun dari sisi produk yang dihasilkan. Saya bekerja untuk Shaany karena Shaany adalah wujud dari komitmen saya sebagai alumni penerima bantuan pendidikan Bidikmisi yang ingin berterima kasih pada negeri. Saya mengabdikan diri untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih luas di tanah air tercinta –Indonesia.
Untuk mendapatkan info lebih banyak tentang bisnis ini, Sisters bisa simak video berikut atau bisa juga kunjungi instagram Shaany di sini.
#ModalPintar