Sisters, banyak perusahaan besar yang menggunakan strategi fighter brand atau fighter brand strategy. Hal ini dilakukan untuk mengecoh kompetitor, misalnya dengan mengeluarkan produk serupa yang dikeluarkan kompetitor dengan harga yang lebih murah.
Meski kadang strategi ini berhasil, nggak jarang juga menemukan kegagalan, Sisters. Lalu bagaimana agar strategi ini nggak menemukan kegagalan? Mengutip dari situs American Express, simak lebih lanjut di bawah ini, yuk!
1. Persaingan sekawan
Perusahaan meluncurkan merek baru sebagai fighter brand untuk menarik konsumen yang mencari harga lebih terjangkau. Tapi, sering kali pembeli beralih ke merek baru tersebut karena harganya lebih murah dan mereka tahu produknya dari perusahaan yang sama.
Memilih merek yang lebih murah dari perusahaan sama merupakan hal wajar bagi konsumen. Tetapi, hal itu justru membuat merek baru jadi masalah yang diciptakan sendiri untuk disaingi.
Supaya tidak terjadi seperti ini, perusahaan induk perlu memastikan bahwa harga rendah merek baru sesuai dengan kualitas yang dirasakan. Maksudnya, hendaknya fighter brand yang ada dan lebih murah, kualitasnya juga lebih rendah dibandingkan merek premium. Dengan begitu, konsumen premium kemungkinan tidak beralih dan merek baru akan menemukan pasarnya sendiri.
2. Gagal menyingkirkan kompetitor
Peluncuran merek baru tidak selalu bisa mengalahkan kompetitor meski dapat mengecoh mereka. Apalagi jika promosinya tidak berhasil karena perusahaan merasa perlu melindungi merek premium mereka.
Misalnya, perusahaan merilis merek baru yang jauh sekali kualitasnya dari yang premium. Hal itu membuat konsumen tentu enggan memilih fighter brand dan lebih tertuju pada produk sejenis lainnya dengan harga murah dan kualitas baik.
Untuk mengatasinya, perusahaan induk harus bereaksi cepat terhadap tanggapan pelanggan dan mengatur ulang harga serta kinerja fighter brand. Tidak perlu berlebihan melindungi merek premium karena membuat merek baru justru kurang efektif melawan musuh.
3. Gagal menghasilkan keuntungan
Harga dari merek baru harus cukup kompetitif untuk menjauhkan pelanggan dari beralih ke kompetitor. Meski begitu, harganya tidak boleh terlalu murah dan malah menyebabkan perusahaan gagal mendapatkan keuntungan.
Maka itu sebelum meluncurkan merek baru sebagai pesaing, perusahaan induk perlu mempertimbangkan berbagai hal. Di antaranya menghitung dan memastikan produk bisa menyamai harga dan nilai dari merek keluaran kompetitor.
4. Mengabaikan pelanggan
Perusahaan tidak bisa mengabaikan pelanggan dengan hanya meluncurkan merek baru untuk membuat merek premium mereka tetap laku. Hendaknya, merek baru juga memiliki kelebihan sendiri dan menyasar konsumen tertentu.
Tidak mempertimbangkan soal pelanggan justru membuat pemasaran produk jadi sia-sia. Perusahaan harus segera mengalihkan fokus ke target konsumen yang potensial untuk merek baru. Tentukan apa yang diinginkan pelanggan potensial dan kembangkan merek yang kiranya sesuai kebutuhan mereka.
5. Mengalihkan fokus perusahaan
Sering kali, kehadiran merek baru justru mengalihkan perhatian perusahaan dari merek premium mereka. Kalau sudah begitu, merek premium terancam kehilangan konsumennya di pasaran. Ini bisa disebabkan karena keputusan strategis perusahaan hanya tertuju pada persaingan merek baru sebagai fighter brand.
Agar hal tersebut tidak terjadi, perusahaan perlu menginvestasikan kembali merek premiumnya. Perlu dipastikan pula bahwa harganya sesuai dengan kualitasnya yang semakin baik. Agar merek baru dan premium berhasil, perhatian manajemen yang diberikan kepada masing-masing harus seimbang untuk kepentingan keduanya.
Nah, Sisters, itulah tadi beberapa penyebab gagalnya strategi pemasaran fighter Brand dan cara mengatasinya.