Halo Sisters!
Kenalin namaku Fathiya Multazam, orang-orang biasa memanggilku Pathi. Usiaku saat ini 24 tahun.
Aku memulai usaha Pathi’s Chocolade ketika aku duduk dibangku kuliah di Monas Pacific Culinary Academy. Wait, Culinary Academy? Yes, Culinary Academy alias Akademi Kuliner. Orang-orang lebih sering mengenalnya dengan sebutan ‘Sekolah Masak’. Biasanya kalau aku cerita tentang dimana dan gimana kuliahku, rata-rata orang akan kaget dengan jawabanku hehe.
“Wah asik ya bisa makan terus”. “Wah seru ya”. “Wah galak gak tuh chef nya?” dan ‘wah-wah’ lainnya. Yes, kuliah di akademi kuliner memang menjadi pilihanku mengingat sejak SMA aku punya cita-cita ingin sekali memiliki Toko Kue Lucu. Iya, yang ‘Lucu’ hahaha. Pada saat teman-temanku sibuk memilih jurusan impian di Perguruan Tinggi Negeri Favorit, aku bahkan bingung melihat berbagai jurusan yang aku rasa belom ada yang betul-betul srek. Dengan prinsip hidup yang aku pegang Do what you Love yang menjadikanku tidak ingin sembarangan memilih jurusan meskipun pada saat itu aku harus melepaskan kesempatan daftar PTN jalur SNMPTN yang dimana hanya ada kuota 60% siswa dengan raport terbaik yang bisa mengikutinya. Singkat cerita, sampailah aku pada salah satu Akademi Kuliner di Surabaya.
Aku yang masih berkuliah ditahun kedua saat memulai bisnis Pathi’s Chocolade, memiliki tekad ingin sekali memiliki bisnis sebelum lulus. Pada awalnya, Aku berjualan berbagai macam pastry, apple pie, dan cake lainnya. Namun karena teman-temanku sebagian besar tinggal di luar kota sehingga kesulitan untuk mencicipi kue buatanku. Dari situ aku mulai berpikir bagaimana caranya agar aku bisa membuat suatu produk yang mudah diproduksi, tahan lama dan bisa dikirim kemana-mana. Akhirnya muncullah ide Chocolate in Jar.
Oktober 2017, adalah hari pertamaku launching produk Chocolate in Jar yang ku namai dengan Pathi’s Chocolade. Yes, betul Pathi’s. Nama kecilku. Aku menyulap salah satu ruang kosong dirumah ukuran 3x3m untuk dijadikan tempat produksi. Pada awalnya, aku berniat hanya menjual 50 pcs untuk launching. Tapi setelah dipikir-pikir kalau aku menyiapkan stok hanya 50 pcs dan kalau sudah habis terjual semua aku jadi tidak semangat lagi melanjutkannya. Akhirnya aku memutuskan untuk menyiapkan 300 pcs. Sambil berpikir, sekalian nantang diri sendiri, deh, untuk bisa menghabiskan 300 pcs dalam waktu 3 bulan. Ternyata oh ternyata, sangat tidak aku sangka dalam waktu 1 bulan 300 pcs sudah habis terjual bahkan kurang. Aku sangat terharu. Dari situ aku mulai berpikir, wah ini bisa menjadi bisnis yg menjanjikan nih kalau aku menekuninya. Dan sejak saat itulah aku membulatkan tekad.
Dua tahun pertama, aku menyambi kuliah dengan berbisnis yang pada saat itu aku memiliki satu orang pegawai setelah 6 bulan pertama menjadi superman, alias mengerjakan semuanya sendiri. Aku sempat ingin menyerah dan menutup usaha ini ketika pegawai satu-satunya yang aku miliki mendadak ingin berhenti dan pulang kampung. Setelah melewati berbagai gejolak emosi, akhirnya aku urungkan niat itu dan kembali fokus mempertahankan dan membangun bisnis ini.
Agustus 2019, Aku memutuskan untuk ber-partner dengan rekanku yang memiliki keahlian dibidang marketing. Aku yang berlatar belakang product & production pun merasa ini adalah kolaborasi yang tepat. Dan kami mulai banyak belajar meningkatkan investasi leher ke atas dengan mengikuti berbagai kelas kepada para tokoh-tokoh yang berpengalaman dibidangnya seperti Pak Subiakto dalam hal Branding, kemudian Kang Dewa dalam hal Selling, meskipun dana masih pas-pasan. Yang kami yakini bahwa ilmu yang disampaikan oleh ahlinya dan networking adalah investasi yang tidak ada nilainya.
April 2020, awal-awal pandemi. Yang sekaligus merupakan batu lompatan untuk kami. Saat itu kami mengubah sistem menggunakan alur distribusi agen, yang sebelumnya kami hanya menggunakan reseller yang realitanya sering datang dan pergi. Kami rapikan sistem, buat alur distribusi dari agen -> reseller -> end customer. Dan saat itupun BOOM!, orderan meningkat drastis. Naik lebih dari 1000%. Kami langsung meng-hire 8 orang pegawai untuk memenuhi permintaan yang membludak. Kami pindah ke rumah khusus untuk dijadikan lokasi produksi Pathi’s Chocolade. Dan tentunya semua proses itu tidak mudah melihat semuanya terjadi secara tiba-tiba yang memaksa kami untuk belajar lebih cepat. Kami yang awalnya menerima orderan 600 pcs/ bulan harus mencukupi permintaan ribuan sampai belasan ribu pcs perbulannya.
Tepat sekali momen pandemi, dimana sebagian besar bisnis lainnya tumbang terjun payung, disaat yang bersamaan Pathi’s Chocolade sedang naik-naiknya. Kok bisa ya lagi pandemi tapi justru bisnisnya naik drastis? Yes, karena setelah banyak belajar dari beberapa rekan berpengalaman, berguru ke ahlinya hingga membuat keputusan merapikan sistem dan membuka peluang usaha disaat banyak sekali pekerja yang dirumahkan, disitulah lapangan pekerjaan sangatlah dibutuhkan. Peluang agen yang kami tawarkan sangat disambut dengan baik. Meskipun kami telah membatasi setiap kota/kabupaten satu agen, tetap ada beberapa orang yang memohon dan rebutan untuk daftar. Kami sangat terharu.
Bahkan ada satu kisah menarik yang tidak bisa aku lupakan. Aku ingat sekali pada saat itu agen untuk wilayah Jakarta sudah ditempati, namun ada ‘Calon Agen’ Jakarta lainnya yang menghubungiku via whatsapp dan bercerita panjang mengenai kondisi keuangan keluarganya yang berada diujung tanduk sebab suaminya yang di phk. Sehingga Ia memohon sekali agar aku menambah slot keagenan Jakarta. Karena melihat situasi yang seperti ini dan besarnya potensi daya beli kota Jakarta akhirnya aku dan tim memutuskan untuk membagi slot keagenan Jakarta menjadi beberapa wilayah seperti Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat dan Jakarta Utara. Sejak saat itulah kami sadar kembali bahwa bisnis ini dibutuhkan, bisnis ini benar-benar merupakan wadah yang tepat untuk saling membantu terutama dalam hal pemberdayaan perempuan.
Saat ini, aku dan tim ingin sekali melakukan scale up untuk memperluas lokasi produksi. Mengingat banyaknya perlengkapan seperti kardus-kardus besar dan lainnya yang membutuhkan tempat lebih luas dan memadai. Selain itu, dengan melakukan renovasi perluasan rumah produksi, penambahan tim dan inventaris yang menunjang proses produksi sangat dibutuhkan untuk meningkatan efektivitas. Dan tentunya membutuhkan modal yang tidak sedikit, bahkan untuk total keseluruhannya mencapai 30-40 juta rupiah. Namun, hal paling penting yang aku sadari, jika kita ingin meningkatkan kapasitas tentunya harus dibersamai dengan ilmu, mindset dan mental yang siap sehingga dengan adanya bimbingan melalui kelas inkubasi dengan mentor-mentor berpengalaman dari program Kompetisi #ModalPintar adalah jawaban yang sangat tepat.
Mengapa aku sangat ingin mempertahankan bisnis ini? Karena dari sini aku bisa memberikan banyak sekali manfaat terutama dalam pemberdayaan perempuan. Dimulai dari tim dan pegawai Pathi’s Chocolade yang seluruhnya merupakan perempuan. Dan kami membuka peluang usaha berupa Agen dan reseller yang 90% nya merupakan perempuan. Membimbing dan membina mereka untuk menjadi perempuan yang lebih produktif. Saat ini kami memiliki 30 agen dan puluhan reseller yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Selain itu, beberapa kali kami mengadakan program charity dengan berbagai lembaga. Diantaranya donasi kemanusiaan untuk Sekolah Luar Biasa Nur Rahmah, kolaborasi dengan ACT dalam program Shopping Charity dan program kebaikan lainnya.
Cita-citaku untuk memiliki Toko Kue memang belum tercapai, atau mungkin bisa jadi nantinya lebih mengarah ke Toko Cokelat? Hehe. Yang pastinya apapun yang aku cita-citakan saat ini, mimpiku bukan lagi hanya sekedar ‘Toko Kue Lucu’ atau ‘Toko Cokelat’. Kini, mimpiku lebih luas. Mimpiku bukan untuk diriku sendiri, tujuan mimpiku untuk kebermanfaatan dan pemberdayaan. Mimpiku bukan hanya milikku, namun milik semua tim Pathi’s Chocolade.
Anyway, Sisters boleh mampir dan intip Instagram https://www.instagram.com/pathis_chocolade dan Tiktok https://www.tiktok.com/@pathis_chocolade untuk mengenal Kami lebih jauh hehe. Harapannya dengan mengikuti Kompetisi #ModalPintar, Kami bisa #BeraniNaikKelas dan suistainable sehingga mampu memberikan manfaat yang lebih luas lagi khususnya kepada seluruh perempuan di Indonesia.