Hello Sisters!
Salam Sukses dan Sehat selalu,
Cara terbaik untuk mengenal seseorang adalah dengan mengetahui nama dan pengalaman yang sudah dialaminya. Perkenalkan, Nama Saya Fadilah Al Rahmah, biasa dipanggil Dila. Saya seorang ibu yang mempunyai 2 orang anak, dan bersama suami sudah hampir lebih kurang 15 tahun menjalankan usaha sendiri dan self employee.
Secara professional, saya adalah seorang trainer Public Speaking yang sudah mengajar selama 5 tahun. Sebenarnya dunia Edukasi bukan sesuatu yang baru buat saya. Semasa kuliah, saya sudah menjadi seorang Asisten Dosen, dan bekerja paruh waktu menjadi seorang Guru Sempoa. Selepas lulus kuliah jurusan Teknik Komputer dari STIKOM Surabaya yang sekarang bernama Universitas Dinamika, alih-alih bekerja di pabrik atau perusahaan hardware, saya memilih untuk menjadi seorang Instruktur IT di salah satu Perusahaan Training IT yang terkenal di Indonesia. Dunia mengajar menjadi minat saya sejak masa kuliah karena dengan mengajar saya merasakan gelas saya tidak pernah kosong, dan selalu terisi dengan hal-hal baru yang saya dapatkan dari peserta.
Ketika pertama kali saya mengajar di Perusahaan Training IT, saya mendapatkan banyak ilmu SoftSkill tentang mengajar. Bagaimana handling peserta, bagaimana mempresentasikan sebuah materi yang sulit dengan cara yang mudah, dan bagaimana handling masalah ketika mengajar. Ketrampilan ini tidak serta merta ada dalam diri saya, karena pada jaman SMA saya pernah menjadi penyiar di salah satu radio swasta di Pekalongan, Jawa Tengah. Di dunia broadcast ini, saya banyak mendapatkan ilmu tentang bagaimana mengolah vocal, menjadikan sebuah ekspresi harus dapat di dengar oleh pemirsa radio. Sehingga ketika mengajar saya tidak terlalu merasakan kesulitan untuk menghadapi peserta.
Minat saya semakin besar dengan dunia edukasi dan training, ketika di tahun 2012-2013 saya ditunjuk sebagai Branch Manager di Surabaya untuk sekolah public speaking terkenal dari Jakarta. Meski hanya setahun, saya mendapatkan pengajaran dan pembelajaran bagaimana menjadi seorang Trainer Public Speaking. Selain itu saya juga belajar, bahwa menjadi seorang Public Speaker adalah juga menjadi seorang actor, yang harus berlakon dengan ekspresi dan gesture yang baik dan benar, agar para pendengarnya tertarik dan merasa tidak bosan ketika mendengarkan. Seorang Public Speaker sejatinya sedang berkomunikasi dengan para pendengarnya, menyampaikan ide dan pemikirannya agar para pendengarnya menjadi paham, setelah paham ia dengan rela mau melakukan apa yang diminta oleh seorang Public Speaker tersebut. Sungguh dasyat kekuatan kata-kata yang kita ucapkan kepada orang lain, dampaknya bisa positif dan negatif.
Pada akhirnya, Saya mulai menyukai kembali dunia broadcast dan Public Speaking ini. Tetapi sayangnya, karena kondisi pasar di Surabaya tidak mendukung, Sekolah ini memutuskan untuk hengkang dari Surabaya. Kontrak kerja pun berakhir. Selesai sudah apa yang baru saja saya mulai. Perasaan kecewa dan sedih menghantui saya, seperti pupus sudah harapan. Tetapi pelajaran dan pengalaman yang saya dapat sungguh membekas di hati, Saya begitu menikmati setiap proses ketika mengajarkan peserta melakukan presentasi, Saya begitu antusias untuk membantu teman-teman menemukan potensi diri dalam diri mereka masing-masing. Saya merasa puas ketika melihat mereka mengalami kemajuan ketika presentasi. Maka selepas dari Brand Besar Sekolah Public Speaking ini, mau tidak mau, suka tidak suka, saya harus meneruskan apa yang sudah saya mulai. Orang sudah mengenal saya menjadi seorang Brand Manager dan juga Trainer, maka dengan atau tanpa Brand Sekolah tersebut, saya harus maju dan melanjutkan apa yang sudah saya mulai.
Dylla and co Training Center lahir bukan dari sebuah Idealis yang mengharapkan keuntungan, tetapi lahir dari sebuah keharusan bahwa saya harus membagikan ilmu yang sudah saya pelajari. Bahwa ilmu ini keren, dan perlu dimiliki oleh setiap orang. Bahwa pada akhirnya dengan mengasah kemampuan Public Speaking yang baik dan benar, setiap orang dapat berani mengeluarkan pemikiran, ide, dan pendapatnya dengan lantang. Public Speaking It's All About You
2014 saya mulai berjalan sendiri, dari satu pintu ke pintu yang lain. Membuka diri dengan berani mengenalkan Brand saya sendiri Dylla and co. Mengatakan kepada dunia, “Hey…aku seorang Trainer”. Jauh dari pikiran saya waktu itu, untuk mendapatkan keuntungan financial, yang ada hanya pemikiran bahwa saya harus memenuhi dulu sepuluh ribu jam kemampuan Public Speaking saya, agar saya bisa dikatakan ahli, setidaknya oleh peserta saya sendiri. Begitulah waktu berjalan, dan ternyata saya baru menyadari bahwa ini bukan hanya sebuah perjalanan yang harus saya lewati seorang diri. Ini adalah perjalanan semua orang yang ada di dekat saya. Asisten saya, Admin saya, Sales saya, Assosiate Trainer saya. Dengan semangat ini, saya kembali memulai lagi dengan mind set bahwa, saya bukan seorang Self Employee, tetapi saya adalah seorang yang sedang melakukan bisnis. Dan saya mulai membuat mengisi lembaran-lembaran kertas putih Dylla and co Training Center bersama dengan Team.
Meski belum besar, sudah banyak orang yang mengetahui keberadaan sebuah Brand Dylla and co ini. Tetapi ternyata itu tidak mudah, saya harus bersaing dengan para pelaku broadcast dan MC local Surabaya, yang juga membuka sekolah Public Speaking sendiri. Strategi bisnis pun saya jalankan, berdampingan dengan mereka dan menjadikan mereka sebagai bagian dari Dylla and co adalah cara terbaik untuk membuat bisnis saya tetap eksis dan dikenal.
Dan bekerja sama dengan para pekerja Broadcast ini menyadarkan saya bahwa ada satu celah yang dapat menjadi kekuatan saya. Dari sini, saya mulai membuat issue.. Berbicara tanpa Filler dan mulai mengenalkan metode 30 detik. Mulai mensosialisasikan bahwa tujuan akhir dari belajar Public Speaking bukan hanya menjadi seorang MC, Host dan Presenter yang selama ini menjadi stereotip dalam masyarakat. Public Speaking is How you Entertain Your Communication Skill dan itu harus dilakukan sedini mungkin. Karena dengan public speaking yang baik dan benar, segala sesuatu dapat tersampaikan dengan baik dan benar.
Dalam perjalanannya saya juga diminta salah seorang wali murid anak ABK untuk membantu anak-anak ABK autism untuk belajar public speaking. Tantangan terbesar yang harus saya hadapi. Mulai assessment dan akhirnya mulai mengajar dengan kurikulum seadanya. Ketika berjalan 3 bulan, saya mulai menemukan pola bagaimana anak anak ini berpikir dan mengalami kesulitan berbicara. Saya mulai menyusun strategi pembelajaran. Dengan metode Flash Card yang saya dapat ketika menjadi Guru sempoa dulu, ternyata efektif dan efisien dalam membantu anak anak ABK Autism ini dalam belajar public speaking.
Seiring berjalannya waktu, saya sudah mulai mengisi Training Public Speaking di berbagai tempat, mulai dari perusahaan lokal sampai perusahaan Nasional. Ketika banyak jadwal sudah tersusun, tersusun juga rencana Allah untuk saya dan para pelaku usaha lainnya. Pandemi. Ya Keadaan yang tidak pernah diprediksi ahli ekonomi manapun. Keadaan yang harus menjadi hambatan terbesar dalam kami menjalakan usaha. Adanya larangan berkerumun, otomatis membuat saya dan team mati gaya, karena segala kegiatan kami ya membuat kerumunan. Pada akhirnya saya menjadi seorang Single Fighter lagi. Saya harus rela melepas satu persatu team yang sudah saya bentuk.
Di masa Pandemi saya juga harus beradaptasi dengan teknologi bisnis yang beralih ke Dunia Digital. Membuat content, copy writing dan vlog. Jujur saja itu semua lelah. Saya bukan dari generasi millineal yang sejak bangun tidur sudah memegang HP. Saya berasal dari generasi yang hanya mengenal HP dari fitur poly ponicnya. Vacum dari dunia mengajar beberapa bulan membuat saya stress, ingin mengajar tetapi tidak bisa. Bahkan meski saya memberikan gratis pun, tidak bisa saya lakukan karena kondisi dalam keadaan Lock Down.
Sampai suatu ketika saya terpaku diam, ketika salah satu team menghubungi saya dan ingin membantu saya menghidupkan media social Dylla and co. Meski pada saat itu saya sudah mulai menjalankan IG @publicspeaking_dylla dengan kemampuan yang saya punya dan pastinya tidak terlalu melonjak tajam. Kami pun berdiskusi, dan disepakati bahwa fee akan saya berikan, ketika ada murid yang masuk. Kami mulai membuka kelas online, membuat live IG dengan mengundang nara sumber dari berbagai bidang, tidak terbatas pada Public Speaking saja. Intinya karena saya haus untuk berbicara, dan harus saya salurkan maka kami benar-benar memanfaatkan media social dengan maksimal dan sesuai dengan kemampuan kami. Saya mulai mengikuti komunitas perempuan, menambah relasi dengan tujuan untuk memberikan yang terbaik untuk Team saya. Ini adalah bisnis, dan sebuah bisnis harus mendapatkan profit.
Maka saya melangkah untuk mengikuti #ModalPintar Sisternet untuk bisa naik kelas.Untuk bisa membawa team saya bangga dengan apa yang dia kerjakan. Untuk bisa membawa banyak manfaat untuk orang lain. #ModalPintar hanya sebuah sarana bagi saya dan team untuk dapat menambah fasilitas dan tools pengajaran Public Speaking. Untuk dapat menjangkau lebih banyak orang dalam mengeksplore Communication Skill mereka. Membuat pembelajaran dengan cara yang fun, dengan Board Games. Akan menjadikan Public Speaking sebuah kebutuhan bagi setiap orang.
Bertumbuh dengan semangat, bertumbuh dengan keyakinan adalah hal utama yang menjadi pondasi bisnis. Kami memang belum besar, tapi kami harus yakin bahwa kami bisa memberikan manfaat yang besar untuk orang banyak. Keuntungan dan Manfaat adalah seperti dua sisi mata uang yang berdampingan.
"Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain."