Hai Sisters! Siapa sih, yang nggak kenal atau setidaknya sering melihat perempuan yang satu ini wara-wiri di dunia fotografi? Yup! Dia adalah Martha Suherman. Ibu dua orang anak ini memulai kariernya sebagai Desainer Grafis di beberapa perusahaan sebelum akhirnya memutuskan untuk mengembangkan kemampuan fotografi yang dikuasainya sejak 2002 yang lampau. Pada akhirnya ia lebih sering berkutat dengan pekerjaan seputar dunia fotografi dan visual art. Memang sudah lama Martha jatuh cinta pada dunia ini.
Pada 2009, Martha sebagai angkatan 1998-2002 dan lulusan terbaik Universitas Trisakti jurusan Desain Komunikasi Visual ini memulai profesi sebagai baby photographer. Karier ini ia kembangkan sembari merintis usaha baby & family photography bersama beberapa teman. Bisnis itu diberi nama Tiny Miracles Photography dan menyediakan layanan foto bayi, anak-anak, maternity, foto keluarga dan dokumentasi lainnya, Sisters.
Martha lalu membuka kelas workshop, baik private maupun untuk umum bagi para pecinta fotografi yang ingin mengembangkan ilmu dan keahliannya. Teknik yang diajarkan di kelasnya antara lain: underwater photography, baby & kids photography, fashion photography, dan teknik post processing dengan Adobe Photoshop. Di tahun ini, perempuan yang gemar pelajaran menggambar saat usia sekolah ini, resmi menjadi salah satu official photographer partner Nikon Indonesia. Keren, kan?
Ia juga menggagas konsep workshop fotografi untuk para ibu lho, Sisters. Workshop yang ia sebut "Mommygrapher" ini membahas teori dan teknik dasar fotografi untuk ibu-ibu yang ingin mengenal fotografi lebih lanjut. Tentunya isi workshop disesuaikan dengan kebutuhan fotografi sehari-hari yang banyak dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga, seperti foto anak-anak, foto makanan dan foto fashion.
Hingga kini, Martha banyak sekali berbagi ilmu melalui webinar dan event-event online.
Nah, di masa pandemi seperti ini, bagaimana kelangsungan dunia fotografi menurut Sister Martha? Yuk, kita simak obrolan Sisternet dengannya berikut ini:
Q: Sejauh mana bisnis fotografi terdampak akibat pandemi?
A: Semua lini industri kreatif terkena dampak yang cukup berat, karena fotografi merupakan bukanlah suatu kebutuhan primer. Cukup banyak rekan seprofesi yang akhirnya mengurangi crew dan bahkan berhenti dari industri ini
Q: Bicara soal pandemi, bagaimana caranya agar kita bisa bangkit untuk tetap bisa bertahan menjalankan bisnis fotografi?
A: Selalu ada peluang, tinggal kita sebagai pelakunya mau untuk mencarinya atau tidak. Misalnya salah satu efek pandemi ini membuat semua bisnis melakukan transisi dari transaksi offline menjadi transisi online, disini kita bisa melihat adanya peningkatan kebutuhan visual (foto) untuk menyampaikan pesan dari produsen kepada konsumen dalam berbentuk digital dan salah satunya untuk digunakan di e-commerce.
Q: Apa saja sih, yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis fotografi? Seperti Skill dan apa saja alat yang wajib dimiliki untuk menjalankan bisnis fotografi ini?
A: Skill sudah pasti penguasaan teori-teori dasar fotografi adalah satu pelajaran yg mutlak, selain itu kita perlu menguasai pengetahuan diluar fotografi itu sendiri, yaitu industri yang kita jalani, misalnya: ingin menjadi fotografer fashion, otomatis kita harus mengerti tentang fashion itu sendiri, fotografer makanan, otomatis harus paham tentang makanan. Sama halnya dengan bisnis lain kita juga harus paham tentang bagaimana caranya melakukan marketing, finance, branding, dan lain-lain.
Kamera dan lensa sudah mutlak harus dimiliki, disarankan untuk menggunakan kamera seutuhnya, jangan smartphone, walaupun bisa digunakan tapi smartphone masih memiliki beberapa keterbatasan saat ini. Bila punya budget lebih sebaiknya investasi untuk peralatan lampu studio.
Q: Bagaimana caranya menjadikan photography menjadi bisnis yang menjanjikan, mengingat begitu banyaknya pesaing yang juga bergerak di bidang yang sama?
A: Fotografi memang banyak peminatnya, tapi setiap foto yang diciptakan itu memiliki keunikan atau ciri khas sesuai dengan fotografernya. Jadi walaupun semua orang bisa foto tapi tidak semua foto itu bagus adanya.
Selain itu sebaiknya kita juga menambahkan “added value” dalam setiap pekerjaan kita. Fotografer tidak hanya menjadi “tukang foto” saja tapi kita bisa menawarkan solusi lain, misalnya: penempatan visual yang kita akan ditampilkan, kemudian strategi yang kita tawarkan dan solusi lainnya. Karena fotografer ini adalah “jasa” yang diperjualbelikan jadi penting sekali untuk memberikan “experience” yang baik dan sesuai dengan kebutuhan client.
Q: Jika fotografi menjadi hobi, bagaimana mengubah itu menjadi suatu bisnis yang menghasilkan based on best practice?
A: Coba mulai dengan menjual foto-foto stock tersebut di situs-situs microstocks, lalu bisa mulai dengan mengambil pekerjaan di akhir pekan (bagi yg berprofesi kerja kantoran, bisa menjadi fotografer weekend)
Q: Menurut Sisters Martha bagaimana tren fotografi di tahun 2021?
A: Akan banyak fotografer yang menawarkan jasa-jasa untuk digital marketing, terutama untuk foto-foto produk, makanan, fashion, dll. Harganya mungkin akan relatif lebih murah tapi quantity-nya cukup besar dengan trend yang bergerak cukup cepat.
Q: Pesan untuk para Sister yang ingin memulai menjalankan bisnis/usaha di bidang fotografi?
A: Fotografi adalah alternatif pekerjaan yang sangat cocok untuk wanita yang mungkin memiliki keterbatasan untuk bekerja kantoran, kita bisa memotret di lokasi manapun sesuai konsep yang kita ingin buat dan fotografi adalah proses belajar terus menerus. Jangan takut untuk melakukan kesalahan, dari kesalahan itu kita bisa belajar untuk menjadi lebih baik lagi
Nah gimana Sisters, seru kan ngobrol bareng Sister Martha? Selalu nantikan kisah-kisah inspiratif dari Inspiring Sister pilihan Sisternet berikutnya dengan mengunduh aplikasi Sisternet melalui link ini: https://linktr.ee/sisternet. Yuk, kita sama-sama menuju perempuan Indonesia #JadiLebihBaik !
Foto: Instagram / @marthasuherman