Sisters, memang bukan hal yang mudah untuk bersikap terbuka saat kondisi yang dialami sedang tidak baik-baik saja. Namun, hal tersebut nyatanya dilakukan secara blak-blakan oleh seorang Uma Hapsari. Hal ini terbukti dalam sebuah unggahan di akun Instagram miliknya pada pertengahan 2019 lalu yang secara terbuka memberitahukan kepada para pengikutnya di Instagram bahwa brand-nya yang bertajuk Amazara harus closed down.
Keputusan Uma untuk memulai menjalankan bisnis kala itu ternyata dilatarbelakangi oleh keluarganya yang sudah lama bergelut dalam dunia bisnis. Sang Ayah adalah pemilik salah satu toserba terkenal di Bantul, Yogyakarta. Hidup dan tumbuh bersama orang tua yang giat dalam usaha dagang, membuatnya memiliki kemampuan secara alami dalam berdagang, yang mulai terbukti saat ia membantu usaha orang tuanya.
Setelah sempat off selama kurang lebih 7 bulan, akhir Februari lalu Uma Hapsari memberikan kejutan dengan melakukan re-branding pada brand Amazara. Penulis buku "In My Own Shoes" ini telah melalui jatuh - bangun atau pasang - surut dalam perjalanan bisnis maupun kehidupan pribadinya. Tapi tenryata hal-hal seperti itulah yang justru membuatnya bangkit kembali dan menjalani bisnis serta kehidupan yang semakin mantap dan settle.
Kegagalan memang bisa dialami oleh siapa saja, termasuk bagi seorang Uma Hapsari yang dikenal sebagai founder brand sepatu lokal dengan kemampuan bisnis yang tidak bisa diremehkan. Jatuh bangun dalam dunia bisnis yang dijalaninya membuatnya percaya bahwa kegagalan adalah kesempatan untuk belajar. Lagi pula, baginya kegagalan bukan berarti sama sekali tidak belajar apa-apa. Uma Hapsari mampu menerima masalah yang dihadapi sebagai sebuah kesempatan untuk berproses dan berkembang menjadi lebih baik.
Penasaran seperti apa kisah selengkapnya? Yuk, simak dibawah ini, Sisters!
Q: Sebagai seorang entrepreneur, bagaimana menurut Uma cara memulai bisnis sendiri? Apa saja yang dibutuhkan selain kemauan, modal, tenaga dan semangat?
A: Menurut aku mindset juga merupakan salah satu faktor penting dalam memulai bisnis sendiri. Kalau kemauan itu niat, lalu modal bisa berupa uang maupun berupa hal-hal lainnya. Lalu ada tenaga dan semangat, yang juga merupakan modal penting dalam hal ini.
Nah, dengan mindset yang tepat, maka kita nggak akan lost track. Seperti juga ilmu pengetahuan yang kita harus selalu cari. Lalu setelah mindset, ada juga simple market research. Dalam memulai bisnis, awalnya memang kita harus mencari tahu bisnis atau produk seperti apa sih yang tepat sasaran ke market yang ada. Market inilah yang perlu di research terlebih dahulu, bisa menggunakan SWOT analysis.
Lalu yang ketiga, adalah mengembangkan produk yang tepat. Jadi jika kita akan memulai usaha dengan modal uang sebanyak apapun, lalu marketnya nggak di research dahulu, dan produknya nggak tepat sasaran maka nggak akan berjalan dengan baik, sih menurutku.
Uma bersama sepatu amazara yang sudah dikembangkan menjadi lebih nyaman.
Q: Menurut Uma, seberapa besar faktor personal branding terhadap kesuksesan sebuah bisnis?
A: Menurutku, personal branding sangat membantu untuk menumbuhkan kepercayaan orang terhadap kita. Berdasarkan pengalamanku, saat aku membangun bisnis Amazara-ku, pada saat itu personal branding belum terlalu booming seperti sekarang ini. Jadi menurutku yang lebih penting dari personal branding owner-nya adalah menanamkan personal touch di brand yang dibuat.
Jadi, meskipun nggak ketahuan siapa owner-nya, tapi dengan adanya personal touch itu tadi maka si brand akan memiliki nyawa. Dengan demikian akan mendapatkan more trust dari market pada brand-nya.
Uma bersama team andalannya, Naomi di kantor baru, Salt Ventures District 8 Jakarta Selatan
Q: Sebagai seorang entrepreneur, menurut Uma kendala apa saja yang biasanya ditemukan dalam proses membangun personal branding, dan bagaimana mengatasinya?
A: Yang pertama, bagi fokus dan prioritas. Aku sendiri sekarang menomorduakan personal branding, jadi prioritasku lebih ke bisnis dan brand-nya. Sekarang waktuku lebih banyak terfokus membangun brand dibandingan personal branding aku sendiri.
Well, sebenarnya jika bisa jalan bareng dua-duanya sih akan sangat bagus ya.
Q: Uma membuat karya sebuah buku bertajuk “In My Own Shoes” yang bercerita tentang perjuangan seorang Uma dalam bisnis. Bisa ceritakan lebih lanjut?
A: Sebenarnya di tahun 2018 lalu salah satu penerbit menawarkanku untuk menulis tentang bagaimana membangun bisnis. Laku kutulislah buku itu, jadi bab 1 dan bab 2. Kemudian di tahun 2019, waktu itu kan bisnis Amazara sedang turun, aku pribadi merasa sedih juga waktu itu, karena bukan hanya sedang mengalami masalah di bisnis, tapi juga masalah pribadi, dimana aku dan pasangan menjalani perceraian.
Sebenarnya bisa saja bicara soal cerita sukses, bagaimana membangun brand yang baik dan sebagainya, tapi sebenarnya buat aku buku itu lebih dari sekedar uang. Jadi lewat buku ini aku ingin menemukan orang-orang yang punya perasaan dan merasakan hal yang sama. Jadi jika aku bisa reach out orang-orang tersebut bagiku itu sudah merupakan sebuah pencapaian. Bahwa bisnis itu sebenarnya yang harus dihadapi adalah naik-turunnya, nggak hanya naik atau turun saja. Tapi keduanya juga harus dihadapi.
Dan aku ingin banyak orang tahu dan memahami bahwa dunia entrepreneurship itu memang ada naik dan ada juga turunnya. Nggak ada tuh yang namanya sukses terus. Nah, dengan buku ini aku ingin para pembaca merasa termotivasi dan nggak merasa sendirian dan bisa menguatkan satu sama lain.
Uma bersama putrinya Amazara, dan buku In My Own Shoes
Q: Pernah gagal, tapi apa yang membuat Uma berani bangkit kembali menjalankan bisnis yang sama dan strategi apa yang digunakan?
A: Pada dasarnya aku memiliki kesadaran bahwa membangun bisnis itu nggak mudah dan nggak melulu naik terus. Tapi ada masa jatuhnya juga. Nah, saat kita jatuh atau turun bisa menjadi sebuah pelajaran yang berfungsi sebagai senjata kedepannya.
Aku melihat entrepreneurship sebagai sebuah perjalanan, aku menemukan diri sangat bahagia menjadi seorang entrepreneur, seneng banget punya brand aku. Aku masih melihat ada potensi yang sangat besar pada brand-ku ini, jadi menurutku masih banyak hal-hal yang bisa diperbaiki.
Jadi menurutku saat itu daripada memulai lagi sesuatu yang baru, walaupun brand-ku ini ada kurang dan ada juga lebihnya, maka kenapa sih nggak dibenahi dahulu. Dan belajar dari kesalahan sebelumnya, jadi apa yang sudah terjadi itu merupakan hal yang bisa menjadi pacuan dan bekal untuk bisa berkembang lebih jauh lagi.
Strategi yang digunakan, secara umum kami fokus kepada market research dan juga product development. Walaupun ini bukan strategi yang fancy atau wow banget, tapi menurutku ini bisa menjadi landasan yang kuat jiika kita ingin sebuah sustainable brand. Do whatever that makes us happy!
A: Apakah ada dampak signifikan dari pandemi ke era New Normal saat menjalankan bisnis yang saat ini dijalani?
Q: Omset sempat turun, tapi di bulan-bulan selanjutnya sudah mulai naik lagi dan membaik. Aku melihat orang-orang sekarang lebih kritis terhadap sebuah brand. Maka kami juga fokus agar semakin banyak orang percaya terhadap brand kami. Kuncinya ya itu, stay strong, be coming who we are, be genuine to our customer. Tetap berikan yang terbaik yang kita bisa.
Uma dalam proses mendesign sepatu dan memilih material
Q: Tips bagi para perempuan Indonesia yang ingin memulai bisnis sendiri, terutama di masa New Normal seperti sekarang ini?
A: Seperti yang sudah aku sebutkan sebelumnya, aku rasa modal dari segi mindset, pengetahuan, educate yourself, itu penting banget. Yang kedua market research, apapun produk yang akan kita tawarkan kita harus melakukan market research supaya kita tahu posisi kita ada dimana, apakah ada diantara market yang tepat atau tidak. Karena ini akan membawa kita menuju kesuksesan bisnis.
Lalu membangun produk yang tepat juga merupakan hal penting yang harus kita lakukan dalam memulai bisnis. Apakah produknya memang ada demand-nya sesuai dengan market research yang sudah dilakukan tadi.
"Please, be patient and take the process"
Wah, sangat menginspirasi dan menarik banget kan Sisters cerita Uma Hapsari ini? Nah, kalau kamu mau terjun ke dunia entrepreneurship, baiknya kamu ikuti tips-tipsnya seperti yang dikatakan Uma diatas, ya!
Sisters, selalu nantikan kisah-kisah inspiratif dari Inspiring Sister pilihan Sisternet berikutnya dengan mengunduh aplikasi Sisternet melalui link ini: linktr.ee/sisternet. Yuk, kita sama-sama menuju perempuan Indonesia #JadiLebihBaik !
Foto: Koleksi pribadi Uma Hapsari