Teruntuk Ibuku..
Dekapanmu ketika aku hendak menyerah, menjadi penguat untuk menjalani hari-hari berikutnya.
Foto: Dokumentasi pribadi
Jika ditanya, “Apakah ada keinginan untuk kembali ke suatu masa?” Jawabku adalah, “Tidak, masa sekarang sudah cukup bagiku. Ada ibu dan orang-orang tersayang lainnya yang tak memilih pergi meski mereka mengetahui buruknya diri ini.
Meski manusia sering kali lupa dengan apa yang pernah terjadi, akan tetapi aku senantiasa ingat dulu pernah berlarian mencari bantuan ketika engkau jatuh sakit. Saat itu tak peduli seperti apa rupa, yang terpenting berlari secepat yang aku bisa untuk melihatmu sehat kembali.
Perempuan yang telah melahirkanku sekitar 20 tahun yang lalu, saat dirimu lelah, aku menanyakan apakah butuh pijatan? Hatiku senang tatkala jawabanmu diwakili dengan anggukan kepala maupun berkata, “Ya”. Kutahu pijatan setiap hari pun tak sebanding dengan perjuanganmu yang melahirkan, mendidik, menuntun, serta menjadikanku perlahan-lahan optimis menggapai impian.
Ibu, engkau pernah bilang bahwa kegagalan merupakan hal yang wajar. Dari kegagalan juga kita bisa belajar. Ibu pernah bilang bahwa kita tidak boleh berhenti berusaha. Aku merasa bahwa tulisan ini pun dapat terselesaikan berkat dukunganmu.
Ingat bagaimana aku selalu meminta doa ketika hendak mengikuti kompetisi? Bagiku doa darimu sangatlah berarti. Namun, maaf jika hingga saat ini aku belum dapat membahagiakan hidupmu. Tenang saja, aku berusaha untuk tidak menyerah bagaimana pun keadaan menyudutkan, karena aku percaya bahwa doa darimu senantiasa mengiringi setiap langkahku. Dan tahu kah, Ibu? Senyuman yang kulihat dari wajahmu menyalurkan energi baik yang membuatku semangat lagi.
Ibu, support system yang sangat berarti. Tanpa sadar sudah memberikan contoh dari aktivitas sehari-hari yang telah ia lakukan. Bagaimana menjadi pribadi yang sabar, berjuang, berinovasi serta peduli.
Melalui tulisan ini, aku seorang perempuan yang juga merasakan bagaimana kehidupan serta perjuanganmu walaupun tidak seluruhnya, aku mengucapkan:
“Selamat hari Ibu, terima kasih sudah memberikan kasih sayang yang tulus itu”.
Semoga kelak Sang Pencipta memberikan dirimu kebahagiaan yang tiada tara.
Terima kasih, Ibu. Secarik cinta ini dituliskan dari aku, anakmu.