Hai Sisters!
Namaku Marlina, 35 tahun. Biasa dipanggil Lina. Aku seorang istri dan juga seorang ibu. Aku disini ingin menceritakan awal mula perjalanan bisnis rumahanku.
Berawal dari sekitar 6 bulan lalu, saat aku sedang mengunjungi rumah kakakku. Saat itu beliau sedang sibuk membuat pempek sutra, katanya. Pempek sutra? Apa bedanya dengan pempek lain yang sering kubeli? Karena penasaran, akhirnya aku ikut membantu beliau.
Setelah tahu cara membuatnya, ternyata cukup mudah, lho! Beberapa bungkus pun kubawa pulang sebagai cemilan di rumah.
Sesampainya di rumah, aku langsung menggoreng pempek itu, lalu aku sajikan untuk anak-anak dan suamiku. Saat suamiku mencicipinya ia berkomentar:
“Kenapa bunda tidak mencoba menjual pempek sutra saja?” tanyanya. Iya juga, ya, pikirku.
Keesokan harinya, aku langsung memutuskan untuk berbelanja bahan-bahan pembuatan pempek sutra, untuk kucoba membuat sendiri dirumah. Tentunya aku masih perlu bantuan kakakku. Akupun menghubungi beliau untuk mencari tahu bahan-bahan apa saja yang dibutuhkan.
Berikut bahan-bahannya:
Ikan giling (1 kg)
Telur (10 butir)
Sagu (1 setengah kg)
Teriga (1 perempat kg)
Berbekal ilmu yang kudapat dari kakakku, aku langsung membuatnya, dan menggorengnya. Langsung kusajikan untuk suamiku sebagai “calon pelanggan” pertamaku.
Ternyata, aku berhasil! Suamiku suka dan dia berkata rasa pempeknya enak dan teksturnya lembut. Akhirnya, aku mencoba membuat lagi esok harinya untuk kubawa ke rumah kakakku. Mereka pun juga berkata enak dan pas rasanya. Kakakku menyarankan aku membuat lagi dengan total adonan 1kg untuk melihat dapat berapa lenjer yang didapatkan jika dibagi menjadi masing-masing 30 cm panjangnya.
Keesokannya, kucoba membuatnya lagi dan mendapatkan hasil bahwa ternyata dalam setiap 1kg-nya bisa mendapatkan 20 batang lenjer setelahku bungkus dengan ukuran masing-masing panjang 30cm.. Langsung aku bawa ke rumah kakakku untuk dijual. Kakakku menawarkan ke kawan-kawan terdekatnya dan ibu-ibu di sekolahan anaknya.
Alhamdulillah pempek sutraku sold, Sisters! Girang bukan kepalang rasanya hari itu, dan membuatku semakin semangat untuk melanjutkan usaha rumahan tersebut.
Sampai hari ini dan entah sampai kapan, aku akan terus memproduksi sendiri pempek sutra untuk dijual dan dipasarkan ke tetangga, teman, keluarga baik door to door maupun via Whatsapp.
Aku merasa senang karena ada tambahan penghasilan buat keluargaku, sehingga bisa membantu suamiku.
Dua bulan kemudan, aku mengunjungi kakak iparku yang di Jakarta. Aku membawakannya oleh-oleh pempek sutra buatanku, dan ternyata kakak iparku suka dengan pempek buatanku itu. Dia pun terinspirasi juga untuk menjualnya karena di Jakarta belum banyak yang menjual pempek sutra.
Akhirnya, aku dan kakak iparku sepakat untuk berbisnis bersama-sama. Dia memesan pempek sutra buatanku untuk di jual lagi di Jakarta. Bahkan dia mendaftarkannya ke GoFood. Hingga seterusnya, aku selalu mengirim stok pempek sutra ke Jakarta.
“Lumayan juga jadi reseller”, kata kakak iparku.
Begitulah cerita perjalanan usahaku. Usaha rumahan ini kuberi nama Pempek Sutra “Na”. Aku sangat bersyukur usaha rumahanku ini hingga sekarang tetap berjalan lancar dan berharap bisa terus makin berkembang.
#KisahUsahaRumahan