Sisters, Menkopolhukam Mahfud Md menyebut 99,9% Indonesia bakal masuk resesi pada bulan depan. Secara umum, resesi adalah kondisi di mana pertumbuhan ekonomi minus dua kuartal berturut-turut. Maka itu, sejumlah upaya perlu dilakukan masyarakat untuk mengantisipasi hal tersebut.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad menjelaskan resesi memang tidak segawat depresi atau krisis ekonomi. Namun dampaknya juga bisa dirasakan oleh masyarakat.
"Jadi sederhana di kantongnya nilai riilnya berkurang. Tapi yang terburuknya ya bisa ada gelombang PHK massal. Itu yang harus dihindari," terangnya kepada detikcom seperti ditulis Senin (31/8/2020).
Dalam kondisi seperti itu mungkin sebagian besar masyarakat masih bisa berbelanja kebutuhan sehari-hari. Nah, bagi masyarakat yang pemasukannya tak berkurang ada baiknya untuk berhemat.
Tauhid menyarankan untuk menunda seluruh pengeluaran untuk kegiatan di luar kebutuhan pokok, seperti liburan. Lalu uangnya bisa dialihkan untuk berinvestasi.
Ia juga menyarankan masyarakat yang pendapatannya berkurang ada baiknya mulai fokus menata kewajiban utang jika memiliki cicilan. Caranya, dengan memanfaatkan stimulus yang diberikan pemerintah seperti restrukturisasi utang maupun cicilan kendaraan.
Lalu bagi pengusaha mikro yang pendapatannya tergerus dan memiliki cicilan utang modal usaha, dia mengimbau untuk segera mencari pinjaman yang bunganya lebih murah. Pemerintah juga sudah menyediakan fasilitas bantuan pinjaman untuk UMKM dengan bunga yang sangat rendah bahkan ditanggung pemerintah.
Sementara, Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, jika terjadi resesi hal pertama yang perlu diingat masyarakat adalah resesi berbeda dengan krisis, sehingga masyarakat tidak perlu panik, karena itu justru akan memperburuk situasi.
Hal berikutnya yang perlu dilakukan oleh masyarakat adalah menabung. Jika memungkinkan persiapkan dana darurat untuk mengantisipasi hal-hal tidak terduga.
"Idealnya dana darurat ini jumlahnya 3 sampai dengan 4 kali dari jumlah pendapatan," terangnya.
Jika masih ada uang lebih, kata dia, alokasikan untuk investasi di tempat yang terpercaya dan berizin tentunya. Dia menyarankan untuk memilih instrumen investasi yang memiliki risiko kecil seperti surat utang pemerintah.
"Terakhir, masyarakat perlu menggiatkan gerakan kolaboratif di tingkat RT. Gerakan ini nantinya penting untuk mengetahui beragam bantuan yang diberikan pemerintah, jangan sampai masyarakat tidak mengetahui beragam bantuan yang disalurkan pemerintah padahal berhak menerimanya," terangnya.
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI ini juga meminta penyerapan belanja pemerintah yang di kuartal II terkontraksi lebih dipercepat.
"Program seperti pembangunan infrastruktur, pekerjaan sarana dan prasarana di daerah rural bisa menyerap tenaga kerja untuk menggerakkan perekonomian," ujarnya.
"Berikut, tentu kita perlu memastikan agar bansos dan subsidi, khususnya bantuan sosial tunai, subsidi gaji dan lain-lain dikucurkan segera dan tepat sasaran," tambahnya.
Eddy yakin, jika kasus penularan bisa ditekan maka penyerapan belanja pemerintah dan bansos serta subsidi gaji bisa menjadi daya ungkit perekonomian ke depan.
"Namun hal ini akan sia-sia dan justru memukul mundur pertumbuhan ekonomi, jika kasus penularan COVID-19 semakin merebak tak terkendali," ungkapnya.
Wah, gimana, Sisters? Jangan panik dan ikuti arahan pemerintah ya!