Sisters, harga perlengkapan bayi yang mahal dan pemakaiannya yang hanya sebentar, hal ini ternyata menciptakan peluang bisnis bagi Zhafira Loebis. Ya, berawal dari masalah itu, ibu dari 2 orang anak ini berusaha menemukan solusinya dengan membuka bisnis sewa perlengkapan bayi yang diberi nama Babyloania.
Zhafira memulai bisnis penyewaan perlengkapan bayi tahun 2014. Kala itu, ia hanya menyewakan 8 barang bayi milik anak pertamanya. Demi menekuni bisnis ini, ia memutuskan banting setir dari corporate lawyer menjadi entrepreneur. Dengan hadirnya Babyloania, Zhafira berharap bisa membantu orang tua untuk memenuhi kebutuhan bayinya dengan harga yang lebih ekonomis.
Tantangan demi tantangan dilalui Zhafira dalam menjalankan Babyloania. Kini, setelah 5 tahun berjalan, bisnisnya kian berkembang. Dari awalnya hanya menyewakan 8 barang saja, Babyloania saat ini punya 3000 barang bayi yang disewakan. Selain itu, Zhafira mendapatkan banyak pelajaran baru dari pengalamannya menjalankan Babyloania.
Barang-barang yang disewakan di Babyloania sangat beragam, lho, Sisters, mulai dari stroller, car seat, bumpermat, sterilizer, dan masih banyak lagi. Tak hanya untuk bayi, Babyloania juga menyewakan beberapa perlengkapan untuk ibu, seperti korset melahirkan dan alat pompa ASI.
Tapi, Sisters, meski disibukkan dengan berbagai aktivitas dalam mengembangkan Babyloania, bagi Zhafira, anak-anak dan keluarga tetaplah menjadi prioritas utama. Di tengah padatnya menjalankan bisnis, Zhafira bahkan tetap bisa mengurus kedua anaknya, tanpa bantuan pengasuh, lho. Hebat, bukan?
Mau tahu gimana Zhafira menjalani perannya sebagai entrepreneur sekaligus istri dan ibu? Yuk, simak obrolan Sisternet dengannya berikut ini!
Q: Apa ide awal membuka bisnis Babyloania?
A: Di tahun 2014, saat hamil anak pertama, saya dan suami mulai membuat daftar perlengkapan bayi yang perlu dibeli. Kami pun kaget sekali melihat betapa barang bayi tersebut mahal harganya, dan hanya dipakai sebentar - beberapa bulan saja lalu anaknya akan semakin besar dan perlu ganti barang. Menurut kami, sangat tidak efisien kalau orangtua harus membeli semua perlengkapan bayi.
Kamipun kemudian berpikir, andai saja perlengkapan bayi bisa disewa, orangtua bisa menghemat biaya dan juga menghemat tempat penyimpanan di rumah. Dari masalah yang kami hadapi tersebut, tercetuslah ide untuk mendirikan Babyloania, sebagai solusi untuk membantu para orangtua memberikan fasilitas terbaik bagi anaknya dengan menghemat biaya dan tempat penyimpanan.
Q: Apa saja tantangan terbesarnya dalam menjalani bisnis yang bisa dibilang tidak umum ini?
A: Ada banyak tantangan yang dihadapi. Pertama, kepercayaan. Enam tahun lalu, penyewaan barang bayi belum marak seperti sekarang. Konsep “sharing economy” pun belum populer. Jadi, saat kami mulai menyewakan barang bayi, kami perlu berusaha semaksimal mungkin meyakinkan customer bahwa pelayanan yang kami berikan adalah yang terbaik, semua barang telah kami bersihkan dan kualitasnya terjaga dengan baik pula, serta “sewa” bisa menjadi solusi bagi para orangtua.
Kedua, dari permodalan. Untuk dapat menyewakan barang bayi, kami harus membeli barang bayi dan keluar modal di depan, yang jumlahnya tidak sedikit. Namun di sisi lain, para customer pun mulai curhat dengan kami, bahwa mereka memiliki barang yang sudah terlanjur dibeli namun sudah tidak dipakai lagi dan menumpuk di rumah.
Dari masalah inilah, kami membuka solusi berikutnya, yaitu program titip sewa. Program ini menjadi win-win solution. Untuk para penitip sewa, kami membantu mereka mengosongkan tempat penyimpanan di rumahnya, dan juga memberikan mereka penghasilan tambahan dari bagi hasil titip sewa. Untuk Babyloania, kami bisa menambah inventaris tanpa harus membeli, dengan skema bagi hasil.
Banyak keterbatasan yang kami hadapi sehari-harinya, namun saya melihat keterbatasan tersebut sebagai tantangan untuk mendapatkan solusi kreatif yang justru dapat mengembangkan usaha Babyloania secara efisien.
Q: Konten yang sesuai untuk balita yang seperti apa?
A: Untuk konten sosial media, kami menganggap customer kami bukanlah balita, namun para orangtua (mayoritas ibu-ibu) yang menyewakan barang untuk balitanya. Kami memanggil para ibu-ibu ini dengan istilah “Momijen”.
Kami menganggap mereka adalah teman kami, dan berusaha memberikan berbagai konten yang terkait dengan kehidupan seorang ibu, misalnya tentang parenting, menyusui, traveling, hubungan suami-istri, sampai keuangan. Kami ingin menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi para Momijen, tidak melulu “jualan” perlengkapan bayi untuk disewakan.
Q: Bagaimana Zhafira membagi waktu antara bisnis dan keluarga?
A: Bagi saya, penting sekali memiliki rutinitas. Selama work from home dan school from home, saya dan suami membagi tugas sama rata. Misalnya suami bekerja di pagi-siang hari, saya yang mendampingi school from home.
Kemudian kami bergantian, saya bekerja siang-sore hari, suami yang mendampingi anak-anak bersekolah dan beraktivitas. Baik sebelum maupun saat pandemi, kami membagi tugas parenting, pekerjaan kantor dan pekerjaan rumah, dan sadar betul bahwa penting bagi kami untuk bekerja sebagai tim dalam segala aspek kehidupan kami agar dapat berjalan lancar.
Mengurus anak bukan hanya tugas Bunda, lalu ayah “membantu” mengurus anak. Tapi kami melihat mengurus anak adalah tugas bersama, jadi kami membagi tugas sama rata baik untuk bermain, menyiapkan makan, olahraga, sekolah sampai rutinitas tidur.
Q: Bagaimana cara Zafira membatasi kebutuhan bermain gadget untuk anak-anak?
A: Aturan kami adalah anak-anak perlu menyelesaikan kegiatan sekolah sampai tuntas, baru boleh bermain gadget. Itupun kami batasi dan selalu dampingi, maksimal 30 menit-1 jam sekali bermain.
Menurut kami, kalau anak-anak sudah memilih untuk bermain gadget daripada bermain, berarti kami sebagai orangtua kalah menarik sama gadget-nya dan harus lebih berusaha menyediakan kegiatan yang menarik dan “be present” bersama mereka.
Q: Bagaimana mengatasi kebosanan anak saat School From Home saat #DiRumahLebihBaik ini?
A: Anak-anak kami biasakan untuk terus beraktivitas, oleh karena itu penting sekali bagi saya dan suami untuk memiliki jadwal dan rutinitas yang jelas, agar semua anggota keluarga paham urutan kegiatan setiap harinya.
Biasanya selain sekolah, kami bisa membuat mainan dengan menggunakan alat-alat yang ada di rumah, misalnya dari kardus, atau bermain sensori dengan air, tepung dan biji-bijian. Bermain di halaman, olahraga dan melakukan berbagai percobaan sains juga sangat disenangi anak-anak. Selain itu, anak-anak juga terlibat dalam house chores, seperti masak, bersih-bersih rumah, menyiram tanaman. Kegiatan ini kami biasakan sejak kecil dan menjadi rutinitas.
Nah, Sisters, begitulah kehidupan seorang Zhafira Loebis, terutama perannya sebagai seorang entrepreneur sekaligus istri dan ibu di rumah.
Sisters, selalu nantikan kisah-kisah inspiratif dari Inspiring Sister pilihan Sisternet berikutnya dengan mengunduh aplikasi Sisternet melalui link ini: https://linktr.ee/sisternet. Yuk, kita sama-sama menuju perempuan Indonesia #JadiLebihBaik !
Foto-foto: Instagram / @zhafiraloebis