Hai Sisters! Sebagai calon ibu, menanti kelahiran sang buah hati tentu menjadi momen membahagiakan. Segala persiapan pun dilakukan demi menyambut si kecil hadir ke dunia. Tapi, masa-masa kehamilan juga bisa menjadi masa yang mengkhawatirkan bagi si Ibu.
Salah satu yang patut dikhawatirkan adalah ketika terjadi penumpukan air ketuban yang berlebih pada masa kehamilan. Dalam dunia medis, kondisi ini dikenal dengan sebutan polihidramnion. Situasi ini terjadi saat indeks cairan amnion (AFI) lebih dari 24 cm dan ukuran kantung vertikal maksimum (MVP) lebih dari 8 cm.
Yuk, kenali lebih lanjut tentang gangguan kehamilan yang satu ini, Sisters!
1. Penyebabnya beragam, mulai dari kondisi kromosom yang abnormal hingga diabetes
Dilansir dari laman alodokter.com, pada kasus polihidiramnion, volume air ketuban dapat meningkat dengan sangat cepat hingga mencapai 2 atau hingga 3 liter pada kasus yang parah. Janin berperan dalam mengendalikan volume air ketuban dengan cara menelannya dan mengeluarkannya kembali sebagai urine. Polihidramnion terjadi saat keseimbangan ini terganggu.
Serangkaian faktor pun menjadi pemicu mengapa gangguan ini bisa terjadi. Beberapa di antaranya seperti gangguan kesehatan pada janin, ibu hamil yang menderita diabetes, berbagai infeksi, penumpukan cairan pada salah satu bagian tubuh janin, serta kondisi kromosom yang abnormal.
2. Jika kamu merasakan gejala kontraksi dan sulit bernapas saat hamil, kamu wajib waspada
Mengetahui gejala gangguan kehamilan ini sedari awal dapat membantumu untuk lebih waspada. Dilansir dari alodokter.com, selama masa kehamilan, tubuh ibu akan mengalami berbagai perubahan. Sehingga, Polihidramnion pun sulit dideteksi. Terutama Polihidramnion ringan yang berkembang secara bertahap, sehingga gejalanya tidak bisa terlihat secara jelas.
Polihidramnion dapat menimbulkan gejala jika kondisi sudah semakin parah hingga rahim atau organ sekitarnya terdesak oleh tekanan air ketuban. Gejala-gejala yang ditunjukkan ketika si Ibu menderita Polihidramnion antara lain kesulitan bernapas, dinding perut membesar, kontraksi, dan posisi janin tidak baik atau sungsang.
3. Jika ada gejala tersebut, kamu tidak perlu panik. Segera hubungi dokter kandunganmu
Untuk memastikan apakah sang Ibu mengalami Polihidramnion atau tidak, sangat disarankan untuk melakukan USG atau memeriksakan darah untuk mengetahui kemungkinan gejala diabetes. Saat terdiagnosis Polihidramnion, kehamilan pasien perlu diamati secara lebih rutin dan saksama oleh dokter. Penanganan oleh dokter kandungan sangat disarankan untuk mengetahui penyebab utama dari Polihidramnion ini.
4. Dalam kondisi ringan, Polihidramnion bisa hilang dengan sendirinya
Meski terlihat cukup mengkhawatirkan, kondisi Polihidramnion tidak selalu berat atau parah. Gejala yang ringan umumnya akan hilang dengan sendirinya tanpa harus melalui tahap penanganan khusus. Pasien biasanya akan disarankan untuk beristirahat sebanyak mungkin oleh dokter dan menjalani pemantauan rutin.
5. Selalu perhatikan kesehatan janin dengan tidak melakukan aktivitas-aktivitas berat
Sangat penting menjaga kesehatan dan keselamatan janin selama fase kehamilan. Jika kamu merasa terlalu banyak beraktivitas hingga menyebabkan kelelahan, ada baiknya untuk mengurangi intensitas aktivitasmu. Selain itu, kamu wajib untuk menjaga pola makan supaya asupan gizi selalu seimbang.
Kurangi makanan yang memiliki kadar gula yang tinggi, karena salah satu penyebab polihidramnion adalah diabetes. Tentu gejala ini akan semakin riskan apabila kamu sudah memiliki riwayat diabetes sebelumnya dari keluarga.
Yang terpenting, selalu atur asupan makanan dan rutin periksakan kandunganmu, ya, Sisters! Semoga jabang bayi dan bumil selalu dalam kondisi sehat, ya.