Hai Sisters! Kali ini kita akan kenalan dengan salah seorang Inspiring Sisters. Namanya Nuniek Tirta, yang berlatar belakang psikologi konseling kini telah menjadi salah satu pelopor industri kreatif digital Indonesia melalui Komunitas #StartupLokal. Seperti yang kita tahu, ledakan dunia ekonomi digital telah menghadirkan para milyader milyader baru yang hanya bermodal mimpi, laptop dan jaringan internet.
Sister Nuniek membuktikan bahwa sukses bisa diraih oleh siapa saja yang mau belajar dan akhirnya menemukan jalan suksesnya, Sister Nuniek juga yang membuktikan pada banyak orang terutama kaum hawa bahwa peran ibu dan istri dalam keluarga sangat berpengaruh besar untuk kesuksesan suami dan keluarga.
Seperti apa, sih Sister Nuniek ini? Simak perbincangannya dengan Sisternet kali ini, yuk!
Boleh dong diceritakan seperti apa sih sosok Nuniek Tirta itu?
Halo Sisters! Perkenalkan nama saya Nuniek Tirta, ibu dari 2 remaja putri dan istri dari 1 suami, hehehe. Saya aktif sharing terutama tentang dunia pernikahan di instagram @nuniektirta . Saya juga blogger sejak Januari 2002, bisa dibaca di www.nuniek.com . Keseharian saya sangat dinamis, karena saya punya banyak peran: baik itu sebagai ibu, istri, speaker, MBTI trainer, community builder, angel investor, sampai ibu kost, hehehe. So I like to call myself as a multirole woman :)
Apa yang sedang Sister Nuniek sibuk kerjakan belakangan ini?
Kalau 2 tahun lalu saya punya misi mengedukasi followers media sosial saya untuk bergaya hidup sesuai kemampuan melalui hashtag #superaffordablestyle , tahun ini saya punya misi mengedukasi followers saya untuk tidak mudah menyerah dalam mengarungi bahtera pernikahan, melalui hashtag #therealmarriagelife :) Setiap harinya saya menerima banyak sekali DM curhat tentang persoalan rumah tangga. Mulai dari hubungan dengan pasangan, mertua, anak, hingga masalah pengaturan keuangan. Itu juga alasan saya membuka akun instagram baru yaitu @therealmarriagelife . Prinsipnya adalah: “di balik hamparan rumput hijau, ada kotoran kerbau yang menjadi pupuknya”. Maksudnya jangan lekas iri melihat kemesraan pasangan lain di media sosial, karena di balik kemesraan itu juga pasti ada perjuangan dan proses untuk menjaga keharmonisan.
Boleh, dong diceritakan bagaimana perjalanan seorang istri, ibu, sekaligus entrepreneur dengan latar belakang psikologi seperti Sister Nuniek ini?
Ya, latar belakang pendidikan saya Master of Arts di bidang Psychology Counseling, setelah sebelumnya Sarjana Ilmu Komunikasi di bidang Public Relations. Sekarang sedang meneruskan kuliah lagi untuk upgrade ke gelar Master of Theology. Dari dulu saya suka belajar dan upgrade ilmu, sebab menurut saya investasi yang tak pernah merugi adalah investasi pada perkembangan diri. Jadi semua pendidikan yang saya tempuh itu utamanya untuk bisa membekali diri saya pribadi dulu, kemudian otomatis untuk membekali diri saya sebagai seorang istri, ibu, dan peran-peran lainnya. Seperti kata pepatah, “When you educate a man, you educate a man. When you educate a woman, you educate the nation.”
Dengan kesibukannya yang cukup padat, bagaimana Sister Nuniek membagi waktu dan perannya sebagai seorang istri, ibu, dan psikolog atau motivator untuk bidang parenting dan hubungan rumah tangga?
Saya tidak percaya konsep membagi waktu, sebab waktu itu sama bagi semua orang: hanya 24 jam dalam sehari. Tidak ada yang dapat lebih, dan tidak ada yang kurang. Namun mengapa ada orang yang bisa melakukan lebih banyak hal dibanding orang lain? Saya percaya itu ditentukan oleh bagaimana seseorang memilih prioritas dan mengelola energi. Selain kedua hal itu, juga sangat penting untuk fokus pada tujuan; mendelegasikan kelemahan; be present and be at the moment; dan mendengarkan alarm tubuh. Selengkapnya tentang bagaimana cara membagi waktu sudah pernah saya tulis di blog, bisa dibaca di sini: https://www.nuniek.com/2018/01/bagaimana-cara-membagi-waktu.html
Mengapa dulu memilih jalur psikologi?
Kebutuhan! Hahaha… Pada waktu itu saya menetapkan tema hidup saya setahun kedepan adalah “Journey to Find Peace of Mind”. Sebab di kala itu saya belum bisa mendapatkan ketenangan pikiran, akibat burn out menjalankan multi peran dengan kondisi “gelas kosong”. Ada masanya di mana saya sakit kepala setiap minggu dan bolak balik rumah sakit sampai CT Scan segala tapi hasilnya nihil. Puncaknya adalah ketika saya harus diopname akibat GERD, dan dokter spesialis bilang itu dipicu stress. Ternyata, saya psikosomatis. Malam itu saya sendirian di kamar rawat inap VVIP rumah sakit mahal dengan pemandangan tertinggi di Jakarta, wajah bengkak2 akibat alergi antibiotik, dalam kondisi perut kosong karena diminta puasa 15 jam sebelum endoskopi, menunggu suami yang belum pulang hingga tengah malam. That was one of the saddest moment in my life, and I promise myself not to be that low again. Saya harus bisa menyembuhkan diri hingga akar masalahnya, maka saya harus belajar psikologi. Dan terbukti, belajar ilmu psikologi sangat membantu saya memulihkan diri sendiri. Di akhir tahun berikutnya saya berhasil mendapatkan ketenangan pikiran sepenuhnya. Bonusnya, saya jadi bisa membantu orang lain dengan pengalaman dan ilmu yang saya dapatkan. Seperti kata mentor saya: “Luka itu investasi. Tidak ada luka yang sia-sia”.
Apa hal yang paling menyenangkan dalam menjalani profesinya ini?
Membantu dan menginspirasi banyak orang. Sebagai orang dengan tipe kepribadian INFJ, panggilan saya adalah menjadi inspirator, and in a long shot to help people finding their life purpose. Saya sering menerima ucapan terima kasih karena telah memberikan inspirasi, mengubah pola pikir, kebiasaan, hingga gaya hidup, dan itu membuat saya tambah semangat untuk membantu dan memberikan inspirasi lebih banyak lagi. Tak jarang ketika saya pergi ke luar kota, ada saja yang minta bertemu dan memberikan sesuatu. Itu membuat saya terharu dan sangat berterima kasih.
Bagaimana dengan kesulitannya, apa kesulitan yang pernah dialami?
Kesulitannya adalah ketika saya tidak bisa menjawab curhat atau pertanyaan dengan cepat, karena banyak sekali. Kalau beruntung, bisa saya jawab dalam hitungan hari. Kalau kurang beruntung, baru bisa dijawab dalam hitungan minggu atau bulan, bahkan ada yang tidak sempat terjawab sama sekali. Ada juga yang demanding, minta dijawab cepat2. Padahal prioritas utama saya kan adalah menjalankan peran istri dan ibu dulu, baru kerjakan yang lain-lain. Karena saya paling tidak tahan dengan orang agresif (dalam hal apapun itu), biasanya yang agresif begitu malah saya jawab belakangan :)) Kesulitan lainnya sebagai konselor kalau tidak hati-hati bisa burn out karena mendengar masalah orang lain terus menerus itu emotionally draining lho.
Apa yang dirasakan ketika mendengarkan orang lain ‘curhat’ kepada Sister Nuniek?
Empati, ingin memeluk mereka. Apalagi kebanyakan masalahnya ya pernah saya alami juga. Biasanya saya selalu sertakan virtual hug di akhir jawaban saya. Tetapi seorang konselor yang baik kan tidak boleh counter transference, yaitu memproyeksikan atau menanggapi setara, perasaan-perasaan atau sikap klien berdasarkan pada pengalaman masa lalu atau hubungan konselor dengan orang lain. Makanya dalam menjawab curhat sebisa mungkin saya tidak terlalu banyak menceritakan ulang pengalaman pribadi kecuali itu masih betul-betul related dan ada pelajaran yang bisa diambil. Jangan sampai orang lain curhat malah dibalas dengan curhat balik, hehehee.
Biasanya yang ‘curhat’ itu kebanyakan perempuan atau laki-laki?
So far lebih dari 90% perempuan! Hahaha… Lagipula saya juga membatasi diri dengan tidak terlalu menanggapi curhatan laki-laki, kecuali orang itu juga teman suami.
Bagaimana Sister Nuniek memberikan jalan keluar dari masalah orang lain, apa saja yang dilakukan?
Mentor saya selalu bilang, konseling itu bukan memberikan jalan keluar, tetapi memberi jalan masuk. Maksudnya, jalan masuk klien ke dalam dirinya sendiri sehingga nanti dia menemukan sendiri jawaban yang dia cari. Jadi kita tidak boleh menyuruh klien mengambil keputusan A/Z. Yang boleh dilakukan adalah membuka pikiran klien bahwa selain jalan A, masih ada lho jalan B C D hingga Z. Terserah klien mau lewat mana. Selama tidak berkaitan dengan narkoba atau membahayakan nyawa, konselor tidak bisa mengintervensi keputusan klien.
Bagaimana caranya agar bisa selalu konsisten dengan apa yang Sister Nuniek jalani?
Kalau orang tahu tujuannya apa, dia tidak akan memikirkan bagaimana caranya, tapi fokus ke tujuannya. Mau itu jalannya belok-belok atau mendaki, tapi tetap konsisten arahnya ke tujuannya itu. Nah kalau tujuannya tidak terlalu kuat, biasanya di tengah jalan bisa belok tuh :)) Dan itu wajar saja sih menurut saya.
Bicara soal entrepreneurship, Sister Nunik juga founder #Startuplokal boleh dong diceritakan tentang itu?
Komunitas Startuplokal berdiri sejak April 2010. Anggotanya adalah para startup founders and enthusiasts. Setiap bulan kami mengadakan pertemuan rutin, yang membahas satu topik tertentu dan mendatangkan speaker yang kompeten. Tahun-tahun sebelumnya format meetup adalah panel discussion, rata-rata yang hadir 100 orang. Namun di tahun 2019 ini kami ubah bentuk menjadi workshop, dan peserta dibatasi maksimal 50 orang saja. Terbuka bagi siapa saja, gratis dan dapat makan malam pula. Untuk info workshop selanjutnya, silakan gabung di https://www.meetup.com/startuplokal/
Apa tujuan utamanya dan bagaimana bisa membantu para entrepreneur muda dalam berkarya?
Tujuan utamanya adalah membangun ekosistem startup yang saling suportif. Dari pertemuan #Startuplokal ini banyak sekali yang ketemu jodoh mendapatkan founder dan co-founder. Banyak juga yang dulunya menjadi peserta #Startuplokal meetup kemudian “naik level” menjadi nara sumber / pembicara.
Bagaimana pendapat Sister Nuniek tentang perempuan masa kini? Misalnya dalam hal karier, kepribadian, atau soal perempuan dan teknologi yang sudah maju seperti sekarang ini?
Perempuan masa kini menurut saya sangat diuntungkan dengan kebebasan memilih. Kalau jaman dulu perempuan sekolah saja dilarang, sekarang mau sekolah tinggi juga bebas. Mau jadi ibu rumah tangga atau wanita karir, bebas. Mau pakai pembantu atau urus rumah sendiri, bebas. Tinggal bagaimana caranya bertanggungjawab terhadap pilihan yang diambil, itu kembali lagi ke pribadi masing2.
Apa saja yang Sister Nuniek lakukan di saat luang?
Yang jelas bukan nonton TV, hahaha. Saya baru nonton TV kalau ada tujuan khusus, seperti melihat tayangan saya atau suami ketika menjadi nara sumber :)) Di saat luang biasanya saya mendengarkan musik sambil membaca. Pada dasarnya saya sangat haus ilmu, jadi kalau dalam sehari tidak belajar sesuatu yang baru rasanya ada yang kurang. Tidak harus belajar sesuatu yang serius lho, kadang belajar hal receh seperti mendengarkan penjelasan pembantu tentang bedanya tikus dan curut pun itu belajar :))
Apa hobi Sister Nuniek?
Traveling dan bermimpi! Hahaha… Tapi bukan mimpi di siang bolong, karena saya biasanya memberikan target pencapaian mimpi saya. Sebab mimpi tanpa deadline ya hanya mimpi. Sedangkan mimpi yang diberi deadline adalah goal. Awal tahun lalu saya menargetkan traveling ke 20 kota di 5 negara sepanjang 2018. Ternyata setelah saya hitung di akhir 2018, saya berhasil traveling ke 30 kota di 10 negara!
Menurut Sister Nuniek, seberapa pentingkah teknologi bagi kita, terutama kaum hawa?
Teknologi sungguh penting karena memudahkan hidup kita, terutama kaum hawa. Contoh paling simpel saja, saya sudah tidak pernah lagi grocery shopping. Kalau ada barang habis di rumah, tinggal buka hp dan pesan lewat aplikasi belanja. Ke mall pun sekarang lebih sering untuk meeting, makan, dan nonton saja. Kalau untuk belanja sekarang hampir semua sudah bisa online. Saya sering sekali traveling tetapi baru sekali pakai jasa tour and travel. Selebihnya semua diurus sendiri, nggak ribet karena dibantu berbagai macam aplikasi. Mulai dari beli tiket, menyusun itinerary, rekomendasi tempat-tempat yang ingin dikunjungi, beli tiket atraksi, semuanya bisa pakai aplikasi.
Menurut Sister Nuniek bagaimana peran perempuan dalam rumah tangga, khususnya di era digital seperti sekarang ini? Apakah mereka sudah bisa memanfaatkan teknologi tersebut dengan maksimal?
Menurut saya sayangnya belum maksimal, huhuhu. Masih banyak perempuan yang tergagap-gagap dengan cepatnya perkembangan teknologi. Sesimpel mencatat agenda di kalender digital pun masih banyak yang belum tahu. Masih banyak juga yang tidak tau bahwa pemakaian gadget anak bisa dibatasi pakai aplikasi. Atau bagaimana cara men-tracking keberadaan anggota keluarga tanpa perlu sewa detektif segala, hehehe.
Apa pesan yang ingin disampaikan untuk perempuan-perempuan Indonesia yang ingin sukses berkarier atau menjadi entrepreneur sekaligus menjalani perannya sebagai ibu dan istri dalam rumah tangga?
Pertama, acceptance is the key of all. Terima diri sendiri dengan segala kelebihan dan keterbatasannya. Kalau tau lagi marah, ya akui dulu aja. Jangan jadi marah sama diri sendiri karena marah, ya tambah marah2. Terima dulu, peluk diri sendiri, lalu cari cara bagaimana supaya bisa lebih sabar. Karena kalau denial tidak akan terjadi perubahan.
Kedua, tentukan tujuan. Saya sering banget terima curhat, “jadi saya harus gimana? apa saya harus pisah, atau bertahan?” Tapi ketika ditanya yang dia mau sebenarnya apa, tujuan akhir yang dia inginkan ke mana, dia ngga tau. Itu sama seperti orang bertanya harus lewat mana dan naik moda transportasi apa, tapi ketika ditanya tujuan ke mana dia nggak tau. Kan bingung :))
Ketiga, tetapkan prioritas. Bagi saya, di antara semua peran yang saya sandang, prioritas saya yang pertama adalah peran sebagai istri. Mengapa? Sebab itu adalah perintah Tuhan. Maka, saya mengutamakan tugas saya sebagai istri di atas tugas-tugas lainnya, termasuk tugas sebagai ibu. Gimana caranya? Jangan lupa jadi istri! Silakan baca tulisan saya di sini: https://www.nuniek.com/2018/02/jangan-lupa-jadi-istri.html