“Ma, kenapa manusia gak bisa terbang?”
“Kok, bulan ngikutin kita terus sih, Ma?”
“Kok, ayam suka kayak makan-makan di tanah? Emangnya gak takut sakit perut? Trus kalau sakit perut siapa yang ngerawat?”
“Dari mana bayi lahir?”
“Kenapa roda berbentuk bundar?”
“Kenapa ada siang dan malam?”
Sisters, kamu sering mendapatkan pertanyaan semacam itu dari anak? Kadang bisa dengan mudah kita menjawabnya, tapi seringkali pertanyaannya sulit. Bahkan, tak jarang satu jawaban akan berujung pada berondongan pertanyaan lanjutan.
Memang akan ada masanya ketika anak banyak bertanya dan kadang memancing emosi orang tua. Biasanya orang tua akan kesal bila dihadapkan pada situasi berikut ini:
- Anak berulang kali bertanya tentang hal yang sama meskipun orang tua sudah menjawabnya.
- Orang tua menemui kesulitan saat menjawab pertanyaan anak, tetapi anak seperti tidak mau mengerti dan menuntut orang tua memberikan jawaban.
- Pertanyaan yang sudah dijawab akan berlanjut dengan pertanyaan lain tanpa henti, padahal saat itu orang tua sedang sibuk mengerjakan sesuatu dengan dan merasa tidak punya cukup waktu untuk meladeni anak.
Tiga kondisi di atas memang seringkali membuat kita sebagai orang tua merasa kesal. Akhirnya, emosi pun meletup dan suasana menjadi tidak nyaman.
Tapi sebenarnya tidak perlu begitu, Sisters. Cobalah beberapa cara bijak dalam menghadapi berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh anak ini, Sisters.
Beri jawaban sederhana dan mudah dimengerti seusianya
“Kenapa setiap hari harus sikat gigi?”
Apabila pertanyaan ini dilontarkan oleh anak berusia 2 tahun, rasanya tidak mungkin kita memberikan jawaban yang terlampau ilmiah. Bisa jadi malah anak akan bingung. Apa itu bakteri? Kenapa ada bakteri di mulut? Bentuknya bakteri seperti apa? Serentetan pertanyaan tentang bakteri akan mereka tanyakan karena jawaban yang mereka dapatkan sulit mereka pahami. Jadi, berikanlah jawaban sesederhana mungkin.
Bersikap Tenang
Biasanya orang tua akan cepat panik bila ditanya tentang bagaimana datangnya bayi. Cobalah untuk tetap bersikap tenang dan tersenyum. Bila perlu, tarik napas panjang beberapa kali tanpa terlihat kesal di depan anak. Baru kemudian menjawab pertanyaan anak.
Tidak harus langsung dijawab
Kadang pertanyaan anak cukup sulit untuk dijawab saat itu juga. Nggak ada salahnya meminta anak untuk menunggu sejenak dan tidak perlu berbohong membuat berbagai jawaban yang klise. Anak juga harus belajar untuk bersabar menunggu jawaban.
Tetap senyum
Ada kalanya anak mengajukan pertanyaan yang sama berulang-ulang meskipun sudah mendapatkan jawabannya. Hal ini bisa membuat orang tua kesal. Sebetulnya anak belum tentu tidak mengerti dengan jawaban orang tua. Tetapi bisa jadi memang sedang memasuki fase banyak bertanya. Jadi, tetaplah tersenyum, Sisters.
Ajak diskusi
“Menurutmu bagaimana?”
Sesekali ketika anak bertanya, cobalah untuk bertanya balik termasuk untuk pertanyaan yang mudah sekalipun. Dari hal ini orang tua bisa juga belajar memahami sudut pandang anak. Terkadang jawaban anak bisa tidak terduga. Dengan mengajak mereka berdiskusi, akan menciptakan komunikasi dua arah. Anak pun akan senang bila pendapatnya didengarkan.
Gunakan alat bantu
Orang tua bisa memberikan jawaban menggunakan berbagai alat bantu. Misalnya ketika anak bertanya bagaimana cara hujan turun ke bumi, bisa dibantu dengan cara menggambar. Bisa juga membuat alat peraga sederhana yang membuat anak bisa memahami bagaimana proses terjadinya hujan.
Jangan Berikan Jawaban Asal-asalan
Anak: “Kenapa air laut asin?”
Orangtua: “Karena tukang garam kecebur.”
Anak yang berusia lebih dewasa mungkin sudah paham kalau jawabanmu bermaksud bercanda. Tapi bagi anak balita, jawaban seperti itu bisa dianggap serius, lho. Tetaplah peka situasi ketika memberikan jawaban bagi pertanyaan anak, ya, Sisters.
Jangan Matikan Rasa Ingin Tahu Anak
“Mama sedang sibuk! Bertanyanya nanti saja!”
“Ya pokoknya itu jawaban yang benar. Jangan tanya melulu!”
Anak banyak bertanya karena rasa ingin tahunya sedang tinggi, Sisters. Jadi jangan berikan tanggapan yang dampaknya akan mematikan rasa ingin tahu mereka.!
Keingintahuan yang besar dari anak bisa merupakan ciri anak cerdas. Jadi tetaplah bijak dalam memberikan jawaban, ya, Sisters!
Sumber artikel: KemenPPPA - serempak.id