Sisters, mengalami cacat fisik bukanlah halangan untuk berprestasi. Hal ini terbukti pada 2 atlet Indonesia ini, Sisters. Siapa mereka? Kenalan, yuk!
Ni Nengah Widiasih
foto: paralympic.org
Dia menjadi salah satu andalan tim Merah-Putih pada cabang olahraga angkat berat mengingat pada Paralimpiade Rio 2016 dia sukses menyumbangkan medali perunggu, dan 2 medali emas sekaligus pemecah rekor pada ajang ASEAN Para Games 2017 di Kuala Lumpur.
Perjuangan Widi, biasa ia dipanggil, tidak mudah, Sisters. Ia menderita lumpuh total akibat polio sejak usianya 3 tahun. Namun hidupnya berubah ketika mencoba mengikuti latihan angkat beban di Bali pada 2006, saat masih duduk di kelas enam SD.
Tiga bulan setelah mengikuti latihan, ia diikutkan pelatihnya ke kejuaraan nasional. Hasilnya, dia berhasil meraih medali emas untuk Provinsi Bali. Setahun berikutnya Widi dipanggil mengikuti pemusatan latihan nasional. Lagi-lagi, dia mengukir prestasi pada Asian Para Games di Thailand dengan memboyong medali perunggu.
Tak perlu waktu lama bagi Widi untuk mendominasi kelasnya. Ketika Indonesia menjadi tuan rumah ASEAN Para Games pada 2011, dia merebut medali emas sekaligus memecahkan rekor.
Selain Widi, ada 1 lagi yang tak kalah hebat, Sisters. Dia adalah:
Nanda Mei Sholihah
foto: kumparan.com
Lahir dalam keadaan kondisi fisik yang tak sempurna, Nanda seringkali mendapat perlakuan diskriminatif. Yang paling dia ingat adalah ketika ia ditolak saat ingin mendaftar sekolah di taman kanak-kanak, malah disarankan untuk mendaftar ke Sekolah Luar Biasa (SLB). Namun pihak keluarganya menolak.
Lalu, babak baru dalam hidupnya pun terjadi ketika ia duduk di kelas 5 SD. Saat itu Ketua National Paralympic Kota Kediri datang ke rumahnya untuk mengajak Nanda ikut olahraga atletik. Siapa menyangka, keputusannya untuk mengeluti cabang olahraga ini membuahkan prestasi gemilang bagi Indonesia.
Baginya, kunci untuk bisa bangkit dari segala keraguan yang dilontarkan orang-orang adalah menganggap dirinya tidak aneh meski fisiknya tak sempurna. Tentu saja, dorongan dari pihak keluarga pun jadi salah satu faktor lain.
Sejumlah prestasi di level internasional pun diraihnya. Antara lain, medali emas ASEAN Youth Para Games 2013, medali perak dan perunggu ASEAN Para Games 2014, tiga medali emas ASEAN Para Games 2015, serta tiga medali emas ASEAN Para Games 2017.
Sekarang Nanda tengah menatap panggung dunia yang lebih besar di ajang Asian Para Games 2018 (6-13 Oktober 2018). Hasrat untuk kembali membungkam anggapan bahwa penyandang disabilitas tak mampu berprestasi membuat Nanda mengincar prestasi tertinggi.
Semangat untuk Widi dan Nanda. Rakyat Indonesia mendukung kalian!
Foto header: kompasiana.com