Memiliki hobi menggambar dan menulis, pria ini juga memiliki profesi utama sebagai desainer di perusahaan perhiasan internasional John Hardy, Ida Bagus Gede Wiraga juga membuat buku mewarnai untuk orang dewasa. Buku mewarnai yang ia buat bertemakan Bali, yang merupakan tanah kelahirannya. Sebagai seorang illustrator yang telah meroket namanya, I.B.G Wiraga ternyata memiliki hobi lain, yaitu fotografi. Imajinasi yang kuat adalah salah satu modal untuknya menjadi sukses seperti sekarang ini. Lalu, apa lagi yang sedang dikerjakannya saat ini? Yuk, simak obrolan Sisternet dengan I.B.G Wiraga ini!
Halo! Senang bisa berbincang dengan IBG Wiraga, boleh ceritakan siapa sosok Wiraga?
Hai! Nama lengkapku Ida Bagus Gede Wiraga. Gede berarti anak pertama di budaya Bali. Aku lahir di Desa Kayuputih Buleleng. Aku self-thought ilustrator dan penulis. Pekerjaan utama adalah sebagai designer untuk perusahaan perhiasan.
Dari Instagram, Wiraga meletakkan informasi sebagai seorang story teller, jewelry maker, illustrator, dan writer. Bisa diceritakan tentang masing-masing identitas ini?
Sehari-hari aku bekerja sebagai senior designer di perusahaan Jewelry internasional John Hardy yang workshop-nya bertempat di Ubud Bali, namun bahkan sebelum bergabung dengan perusahaan ini, aku sudah menyebut diri sebagai ilustrator.
Tugas seorang ilustrator adalah menuangkan cerita ke dalam bentuk gambar, inilah mengapa aku juga menganggap diri sebagai story teller. Selain itu aku juga memiliki hobi menulis sejak sekolah dulu, cerpen-cerpen yang kutulis terbit di beberapa buku kumcer. Pada tahun 2006 aku juga pernah menerbitkan novel secara indie dengan genre space opera berjudul Hozzo, hasil proyek latihan dan iseng-iseng. Menyukai dunia fiksi sangat membantu dalam pekerjaan sebagai ilustrator karena elemen cerita adalah roh yang menghidupkan karya seni. Bayangkan saat kita masuk ke galeri lukisan, kita memang menikmati sebuah karya karena aspek keindahannya, namun yang membuat kita berhenti dan berpikir adalah saat kita berupaya untuk memahami cerita di dalam lukisan tersebut.
Sepertinya, dari kesan di media sosial, Wiraga lebih dekat dengan dunia gambar, apa yang menarik dari dunia satu ini?
Menggambar adalah hobi pertamaku, di mana dalam prosesnya aku menemukan diri merasa nyaman, semacam terapi. Itu sebabnya ketika trend buku mewarnai tersebar di seluruh dunia, aku mengerti kenapa banyak yang merasakan terapi menenangkan saat mereka menghabiskan waktu dengan menggoreskan warna-warna ke dalam kertas. Menggambar sebetulnya juga merupakan proses mencipta, dan kabahagian yang muncul saat karya terlahir sama seperti penulis yang bangga saat tulisannya terbit dan dibaca orang lain. Selain itu menggambar atau menulis bagi pekerja seni seperti kami merupakan kebutuhan bathin.
Sejak kapan mulai menggambar?
Kata Ibu aku mulai senang menggambar saat berumur 4 tahun. Awalnya di tembok-tembok di sekitar rumah, sebelum ibu membelikan buku gambar dan pensil.
Wah, menggambar sudah dari kecil sekali, ya, lalu sejak kapan Wiraga berprofesi sebagai ilustrator?
Proyek pertamaku secara profesional adalah ilustrasi isi dan sampul buku puisi ‘Pelesir Mimpi’ karya Adimas Immanuel. Buku ini terbit pada tahun 2013 di penerbit Kata Bergerak.
Hingga sampai saat ini, sudah membuat ilustrasi untuk apa saja?
Selain buku Pelesir Mimpi, aku juga membuat disain sampul dua buku puisi karya Joko Pinurbo berjudul “Surat Kopi” dan “Bulu Matamu: Padang Ilalang”, juga diterbitkan Kata Bergerak. Sampul Surat Kopi memenangkan penghargaan pewajah buku puisi terbaik Anugerah Pembaca Indonesia pada tahun 2014. Selain itu aku juga mengerjakan sampul dan ilustrasi untuk buku Bernard Batubara, dan sampul-sampul untuk buku-buku terbitan Gramedia, di antaranya buku karya Gayle Forman, Jonathan Stroud, Helene Wecker, Lauren Beukens, dll. Dan juga beberapa proyek ilustrasi untuk penerbit Gagasmedia.
Wah, keren! Lalu biasanya dapat inspirasi dari mana?
Salah satu hal terunik dengan mengerjakan ilustrasi untuk orang lain adalah bagaimana aku harus menyelaraskan visi dengan mereka, salah satunya lewat membaca karya mereka terlebih dahulu, selain itu mengobrol juga sangat penting untuk mengenal dan mengetahui isi hati mereka. Untuk karya sendiri, aku sering menemukan inspirasi dari dunia imajinasi anak-anak, makanya banyak di antara karya-karya kupajang online sering mengambil tema anak dan fantasi. Selain itu aku juga menggambar hal-hal yang berhubungan dengan koneksi emosi antar manusia.
Coloring book yang IBG Wiraga terbitkan, yaitu Bali Series dan Nirvana, bagaimana awalnya sampai bisa menerbitkan coloring book tersebut?
Setelah bekerja sama dengan penerbit Gramedia Pustaka Utama dalam membuat sampul buku, editorku mendapat ide untuk menerbitkan buku mewarnai dengan tema lokal. Tren yang ketika itu sedang marak di luar negeri, namun di Indonesia pada saat yang sama belum ada buku mewarnai yang dibuat orang lokal sendiri. Karena aku orang Bali, editorku meminta membuat buku mewarna dengan tema Bali, yang langsung kusanggupi. Buku Bali aku selesaikan selama enam bulan, sementara Nirvana aku kerjakan setahun lebih.
Apakah ada tema khusus atau ciri khas tersendiri yang membedakan hasil karya IBG Wiraga dengan orang lain?
Kurasa yang bisa menilai kekhasan karyaku adalah orang lain, namun aku merasa sangat dekat dengan ilustrasi cerita anak dan (kadang) horor. Meski begitu sebagai ilustrator profesional kita kerap diharapkan untuk versatile dalam berkarya. Hal yang ingin kueksplor lebih jauh ke depan adalah kisah-kisah tradisional Bali dengan kemasan moderen.
Bicara mengenai ide, pernahkah mengalami creative block? Apa yang dilakukan jika sedang mengalami creative block?
Dalam membuat ilustrasi hampir tidak pernah mengalami ini, sementara menulis lain lagi masalahnya. Menurutku, menulis jauh lebih sulit daripada menggambar. Kadang kala maksud dan ide tidak sepenuhnya tertuang kuat dalam bentuk tulisan, makanya sebelum mulai menulis biasanya aku akan membaca buku dulu banyak-banyak, ini membantu melancarkan aliran kata-kata.
Apakah yang IBG Wiraga kerjakan saat ini sudah bisa disebut dengan sebuah profesi?
Tentu. Meski belum full time, aku selalu mendapat pekerjaan ilustrasi sebagai penghasilan tambahan.
Ngomong-ngomong, siapa ilustrator favorit IBG Wiraga?
Ada banyak, tapi saat ini aku menyukai seniman-seniman generasi baru yang lukisannya dibuat baik secara digital atau media tradisional. Beberapa di antara mereka: Adolf Lachman yang karyanya sungguh menakjubkan untuk artwork dalam game Machinarium dan Samorost 3. Ada juga Andy Kehoe, Cuddly Rigor Mortis, Tarvis Louie, Greg Simkins. Banyak dari mereka memiliki style children illustration dan fantasi.
Apakah yang biasanya dilakukan ketika sedang liburan?
Selain menikmati dan memotret keindahan alam dan arsitektur (dan tentunya kulinernya), hal yang kusuka saat traveling adalah berbincang-bincang dengan orang lokal, makanya sangat dianjurkan untuk mencari guide saat berkunjung, mendengarkan cerita-cerita tentang sejarah tempat yang kita datangi sangat menginspirasi.
Punya destinasi wisata favorit?
Beberapa waktu lalu mendapat kesempatan menjelajahi beberapa kota di Spanyol seperti Malaga, Granada, Segovia, dan lain-lain, tempat-tempat ini sangat menarik untuk dikunjungi, orang-orang di sana mirip di Indonesia, ramah. Aku juga pernah mengunjungi beberapa kota di Rajasthan India, kota favoritku adalah Udaipur, dulu hanya sempat sehari saja di sana. Perjalanan di wilayah Rajasthan adalah pengalaman yang tak terlupakan, berencana kembali ke sana suatu saat karena banyak kota yang belum sempat kukunjungi. Sempat juga tinggal sebulan di New York, tempat ini sangat photogenic, aku bisa membayangkan tinggal dan bekerja di sana. Oh tidak lupa banyak juga destinasi wisata di Indonesia yang mesti dikunjungi.
Hobi lain selain menggambar?
Fotografi. Di akun instagram-ku (@ibgwiraga) aku sedang bereksperimen menggambungkan foto dengan gambar, sejauh ini banyak reaksi positif dari para follower. Kombinasi dua media ini memudahkan aku untuk bercerita dengan lebih bebas. Aku juga berencana belajar videografi, siapa tahu nanti bisa bercerita lewat media film pendek.
Bicara media sosial, menurut IBG Wiraga apakah media sosial bisa dijadikan wadah untuk ‘menjual’ karya?
Menurutku para seniman sangat beruntung dengan adanya media sosial online, dengan memposting karya-karya kemungkinan untuk ditemukan penggemar, klien dan penerbit sangat besar. Membangun follower juga penting sekarang, selain untuk mendapatkan feedback, juga bertemu dengan orang-orang baru. Aku berkenalan dengan orang-orang yang dekat dengan dunia penerbitan karena awalnya ikut forum-forum pembaca, di sana aku berkenalan dengan orang yang memiliki ketertartikan sama seperti membaca buku-buku fantasi Harry Potter atau The Lord of the Ring, dan akhirnya bertukar akun media sosial, dari sini lah pintu masuk tawaran muncul.
Bagaimana cara terbaik untuk memanfaatkan sosial media untuk mengolah kreativitas?
Media sosial juga tempat yang sangat menyenangkan untuk menemukan karya orang lain dari seluruh dunia. Ini seperti gudang inspirasi yang tak terbatas. Kalau karyamu disukai, follower akan bertambah dengan sendirinya. Manfaatkanlah, dan jangan berhenti berkreasi atau bereksperimen.
Apa tipsnya supaya bisa menjadi seorang ilustrator sukses?
Aku sejujurnya belum bisa menganggap diri sukses, namun mereka yang konsisten dalam berkarya akan selalu mendapat tawaran pekerjaan atau freelance, tanpa perlu meninggalkan profesi utama, akan tetapi aku sering menemukan banyak juga mereka yang akhirnya sukses setelah bekerja full time sebagai ilustrator. Bagi aku, menerbitkan buku-buku mewarnai merupakan cara menyebarkan portfolio, aku dapat pesanan artwork dari sini. Oh iya, jika kalian yang baru belajar menggambar, berlatihlah terus. Dan banyak-banyak melihat dan mempelajari karya orang lain yang sudah ternama. Gaya khas menggambar akan kalian temukan sambil jalan.
Kalau ada satu hal yang ingin Wiraga sampaikan pada seorang perempuan yang sedang membangun brand dirinya, apa yang ingin disampaikan?
Tak ada yang membedakan cara membangun brand baik untuk laki-laki dan perempuan, tapi masyarakat cenderung menghakimi perempuan lebih keras daripada laki-laki. Perempuan selalu diharapkan memiliki standar tertentu yang pada dasarnya bisa melukai hak asasi mereka sebagai manusia. Aku selalu bilang ke pada siapa saja bahwa menjadi diri sendiri itu membuat hidup lebih nyaman di dunia, lakukan sesuatu yang membuatmu merasa berarti tanpa terlalu memikirkan reaksi masyarakat, lakukan apa yang menurutmu benar, itu terpenting, contohnya dalam memilih jurusan kuliah, pilihlah sesuatu yang benar-benar kamu sukai, jadi kuliah akan terasa menyenangkan tanpa beban, yang akhirnya akan berpengaruh dalam memilih pekerjaan. Oh iya, refleksi diri sepanjang perjalanan juga diperlukan.
Yep! Setuju dengan pernyataan bahwa perempuan senantiasa dihakimi lebih keras dibanding lelaki. Terima kasih sudah berbagi dengan Sisternet!
Sama-sama, Sisters!
Foto-foto: Instagram / @ibgwiraga