Sisters, kamu sudah menonton Filosofi Kopi 2? Senang dengan dialog realistis yang mengalir antara Ben dan Jody? Atau kamu masih baper dengan kisah cinta Anya dan Ale dalam film Critical Eleven? Terharu dengan drama keluarga di film Cek Toko Sebelah?
Di balik ke tiga layar lebar yang berhasil menyita ratusan ribu sampai jutaan penonton Indonesia itu ada sosok Jenny Jusuf yang menjadi penulis naskahnya, Sisters. Wanita yang sekarang berdomisili di Bali dan gemar traveling ini sempat terpuruk dalam hidupnya dan memilih untuk berpasrah. Siapa sangka justru kepasrahan ini yang mengantarkannya pada kesuksesan berbuah manis?
Mari kenalan lebih jauh dengan Sister Jenny dan profesinya sebagai penulis naskah! Simak obrolan seru Sisternet dengan dara kelahiran Jakarta yang sedang traveling di Eropa berikut ini:
Hai Sister Jenny! Terima kasih atas waktunya untuk berbagi cerita tentang pekerjaan sebagai penulis naskah di Sisternet.
You’re most welcome.
Sebenarnya jadi penulis naskah itu cita-cita sejak lama, atau bagaimana?
Cita-cita saya dulu sebatas menjadi penulis, karena saya sangat senang membaca. Ketika menjajaki dunia penulisan, saya mendapati bahwa saya memiliki keingintahuan yang luar biasa besar, sehingga saya menjajal banyak bidang, termasuk editorial dan jurnalisme. Menulis naskah (fiksi), sejauh ini, adalah yang paling tepat untuk saya.
Oh, begitu. Lalu, bagaimana awalnya terjun ke dunia penulisan naskah?
Sekitar akhir 2010, saya mendapatkan tawaran untuk menulis naskah paruh waktu di sebuah stasiun TV melalui seseorang yang saya kenal lewat media sosial Twitter. Awalnya saya ragu karena belum memiliki pengalaman secuil pun, namun dia berhasil meyakinkan saya bahwa penulisan naskah dapat dipelajari “sambil jalan”. Akhirnya saya menyanggupi.
Dulu, pas sekolah apa memang memilih jurusan yang berhubungan dengan dunia perfilman?
Tidak sama sekali. Pendidikan formal terakhir saya adalah SMU. Segala sesuatu yang saya ketahui dan bisa lakukan saat ini, saya pelajari secara otodidak, dengan bantuan para senior. Saya senang menimba ilmu dan bertanya pada siapa saja. It helps.
Benar juga ya. Harus berani bertanya saat belajar. Omong-omong, siapa yang menginspirasi Sister Jenny untuk menjalani profesi ini?
Diri sendiri. Setelah menjadi penulis naskah, baru saya mengenal/mengetahui beberapa sosok yang (menurut saya) inspiratif, seperti Graham Moore dan Hirokazu Koreeda. Namun tidak ada yang menginspirasi saya untuk menjalani profesi ini selain keingintahuan dan minat belajar/memperkaya diri.
Nah, kalau saat menulis naskah, biasanya apa sih yang jadi hambatan? Bagaimana cara Sister Jenny mengatasinya?
Ekspektasi penonton dan pembaca dari buku yang saya adaptasi. Saya selalu mengingatkan diri sendiri bahwa saya tidak mungkin menyenangkan semua orang.
Setuju! Sebagai individu, tentu kita tidak bisa menyenangkan semua orang. Hmm, sebelum memulai penulisan naskah, Sister Jenny punya ritual tertentu?
Saya selalu “minta izin” pada karakter-karakter yang ceritanya akan saya tuliskan. Kedengarannya mungkin aneh, ya. Minta izin pada karakter fiksi. Tetapi itulah yang saya lakukan. Saya minta mereka “menghidupkan diri” melalui saya. Saya percaya, saat menulis saya hanyalah sebuah “bejana” (vessel). Tugas saya adalah menangkap inspirasi dan menyalurkan “nyawa” (cerita, karakter) melalui diri saya.
Bagaimana kalau sedang kehabisan ide atau kena writer's block, ada kiat khusus untuk mengatasinya?
Kiat saya sangat sederhana: menyenangkan diri sendiri. Syukurnya, saya orang yang mudah disenangkan. Mandi air hangat, tidur siang, melamun di pantai, makan enak atau nonton film bagus sudah cukup untuk menyenangkan hati. Saat hati senang, pikiran tenang, biasanya ide akan kembali mengalir dengan lancar.
Dari naskah film yang sudah ditulis, mana yang paling berkesan buat Sister Jenny?
Film pertama saya, Filosofi Kopi, menghantarkan saya meraih 3 trofi dari ajang penghargaan bagi insan perfilman paling bergengsi di Indonesia. Sampai sekarang mengingat-ingatnya masih bikin merinding.
Selamat atas trofinya! Semoga Filosofi Kopi 2 pun membawa trofi buat Sister Jenny, ya. Omong-omong, siapa script writer favorit Sister Jenny?
Terima kasih. Untuk penulis naskah favorit: Hirokazu Koreeda, Graham Moore, Richard Linklater, Aaron Sorkin. Saya sangat menyukai film-film besutan Koreeda. He is brilliant.
Wah, Sisters, make sure you check them out! Nah, Sister Jenny kalau sedang senggang biasanya ngapain saja?
Seperti yang sudah ditulis di atas: Mandi air hangat, tidur siang, melamun di pantai, makan enak atau nonton film bagus. Saya juga senang bepergian ke benua lain, minimal 1 tahun sekali.
Intinya relaksasi, ya. Bicara soal identitas perempuan, menurut Sister Jenny perempuan seperti apa yang bisa disebut perempuan sukses?
Perempuan yang menjadi perempuan seutuhnya. Perempuan yang tidak berambisi menjadi seperti laki-laki. Perempuan yang tidak terbelenggu norma dan peraturan sosial. Perempuan yang bersentuhan dengan ‘Sang Dewi’ dalam dirinya sendiri. Perempuan seperti itu sudah cukup langka sekarang. Kesuksesan lahiriah bagi saya hanya menduduki peringkat sekian. Kesuksesan yang diiringi stres, batin lelah, sakit-sakitan, ngoyo dan lain-lain bagi saya bukan kesuksesan sejati.
Menarik sekali pendapatnya: embracing womanhood untuk emansipasi. Oh iya, dengan penghargaan yang sudah diraih, karier di dunia penulisan naskah yang makin mantap, Sister Jenny masih punya misi lain yang ingin dicapai dalam hidup?
Saya ingin sekali menjadi sutradara. Doakan supaya jalannya terbuka, ya.
Amin! Sebagai penutup, apa pesan Sister Jenny buat Sisters yang struggling untuk mencapai kesuksesan mereka?
Do your best, surrender the rest.
Cakep! Terima kasih atas kesempatan dan waktunya! Sukses terus Sister Jenny!
Sama-sama. :)
Header: berbagai sumber