Sisters, kamu sudah tahu kan kalau Bank Indonesia meluncurkan desain baru untuk seluruh pecahan mata uang Indonesia pada 19 Desember 2016? Terkecuali pecahan Rp.100.000 yang masih menampilkan wajah proklamator RI, Soekarno-Hatta, desain pecahan lainnya berganti.
Perubahan yang paling mencolok adalah untuk uang logam, Sisters. Untuk besaran 1000 - 100 rupiah, untuk pertama kalinya akan ada wajah pahlawan Indonesia menghiasi salah satu permukaan koinnya.
Yuk, kenali lebih jauh sosok pahlawan yang ada di uang logam baru kita.
Ia lahir pada 19 Mei 1908 dan wafat di usia 68 tahun pada 4 Mei 1977. IGK Pudja adalah salah satu pahlawan Indonesia yang ikut serta dalam perumusan negara Indonesia. Ia tergabung dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mewakili Sunda Kecil, atau yang sekarang dikenal dengan Bali dan Nusa Tenggara. Ia juga salah seorang pahlawan yang menyaksikan momen penting perumusan naskah teks proklamasi di rumah Laksmana Maeda.
Sebagai seorang tokoh militer, Tahi Bonar Simatupang, atau biasa disebut T.B. Simatupang, memiliki pangkat terakhir sebagai Letnan Jenderal dalam kesatuan Tentara Nasional Indonesia. Ia pernah ditunjuk Soekarno untuk menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Perang Republik Indonesia. Posisinya menggantikan Panglima Besar Jenderal Soedirman yang wafat pada tahun 1950. Posisi KASAP ini dijabatnya hingga tahun 1953, Sisters.
Ia lahir di Sidikalang, Sumatera Utara pada 28 Januari 1920 dan tutup usia pada 1 Januari 1990. Sebagai sosok pahlawan, ia mendapatkan tempat persemayaman terakhir di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Saat ini namanya diabadikan menjadi nama jalan besar di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan.
Ia adalah salah satu tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia dan dikenal dengan perannya sebagai “Tiga Serangkai” bersama Ernest Douwest Dekker dan Ki Hajar Dewantara. Mereka bertiga mengkritisi penjajahan Hindia Belanda yang berlangsung saat itu.
Dr. Cipto Mangunkusumo juga tergabung dalam Indische Partij, sebuah organisasi politik yang pertama kali mencetuskan ide pemerintahan sendiri di tangan penduduk setempat, bukan oleh Belanda. Namun pada 1913 hingga 1917, ia dan kedua rekannya diasingkan pemerintah kolonial Belanda akibat tulisan dan aktivitas politik mereka.
Lahir di Rote, NTT pada 28 Mei 1912, ia wafat di Yogyakarta pada 17 Oktober 1992 pada usia 80 tahun. Herman adalah cendekiawan, politikus, ilmuwan, guru besar di Universitas Gadjah Mada, dan pahlawan nasional Indonesia. Ia pernah menjabat posisi Rektor UGM pada periode 1961-1966 sebelum menjabat sebagai Koordinator Perguruan Tinggi atau Koperti pada tahun 1966 hingga 1979. Kemudian selama satu dekade, ia menjabat jadi Anggota Dewan Pertimbangan Agung RI periode 1968-1978. Tidak hanya itu, ia pernah pula menjadi Menteri Pekerjaan Umum pada tahun 1950-1951, Sisters.
Omong-omong, kamu sudah punya uang logam edisi terbaru ini belum, Sisters?
Foto: pixabay