Hai Sisters, punya rencana liburan ke mana tahun ini?
Coba mampir ke Myanmar. Negeri ini sedang membuka pintunya lebar-lebar untuk turis. Bagi warga negara Indonesia, kamu bebas visa turis untuk kunjungan selama 15 hari, lebih dari itu kamu harus membayar sebesar 80 dolar AS. Akhir Oktober tahun lalu, saya berlibur ke Myanmar selama 2 minggu mengunjungi berbagai kota. Sekarang saya mau berbagi 4 kegiatan menarik dan 4 tempat fotogenik untuk memotret keseharian warga di Yangon, sebagai alternatif selain mengunjungi Shwedagon Pagoda dan Bogyoke Market yang sudah terkenal itu.
1. Berkeliling kota murah meriah. Naik circular train dengan membayar sekitar 1 dolar AS (atau sekitar 1000 kyat, dibaca chets), Sisters dapat menikmati berkeliling kota Yangon selama 3 jam. Ini adalah alat transportasi murah yang digunakan penduduk untuk berpergian dari kota ke daerah sub-urban atau sebaliknya. Perjalanan memakan waktu 3 jam karena kereta berhenti di sekitar 37 stasiun. Kalau niatmu adalah ingin mengambil foto-foto city life dan berinteraksi dengan warga lokal, carilah kereta yang non-AC dengan jendela yang dapat dibuka lebar. Selama perjalanan, Sisters akan bertemu dengan para wanita dengan wajah dihiasi thanaka, semacam bedak dingin yang terbuat dari serbuk kayu, dan pria mengenakan longyi (sarung), atau segerombolan anak muda pembuat sapu lidi yang membawa bertumpuk-tumpuk sapu untuk dijual di kota. Kamu bisa turun di stasiun mana saja dan naik kembali untuk menuju Yangon tanpa harus membayar tiket lagi. Mintalah saran dari petugas kereta, stasiun mana yang menarik untuk disinggahi. Ada stasiun yang terletak pas di samping pasar tumpah atau pasar tradisional, atau yang terletak di tengah-tengah perkampungan. Karena semakin banyak turis yang ingin menikmati berkeliling Yangon dengan circular train kini juga tersedia circular train yang ber-AC dan jendelanya tak dapat dibuka. Cukup membantu di tengah teriknya siang di Yangon, namun ruang gerak akan terbatas jika niatnya adalah untuk mengambil foto-foto dari luar jendela.
2. Jalan-jalan pagi cari sarapan. Untuk Sisters yang suka mengambil gambar-gambar keseharian warga setempat, pilihlah menginap di sekitar Sule Pagoda atau Mahabandola Park. Satu hal yang paling saya suka jika sedang berkunjung ke kota-kota lain adalah jalan santai di pagi hari untuk melihat hiruk-pikuk di sekitar pasar dan pusat jajanan serta mengambil foto. Saat itu saya menginap di satu bed & breakfast di dekat Sule Pagoda, yang berada di tengah-tengah kawasan yang ditinggali berbagai komunitas berbeda, ada komunitas India, komunitas Arab dan Chinese. Di sekitar Sule Pagoda ini, bisa kamu temukan masjid yang berseberangan dengan pagoda atau gereja di ujung jalan yang lain. Bisa juga temukan warung makan atau restoran yang menjual makanan tradisional Myanmar, makanan India, Chinese, atau khas Timur Tengah di kampung Arab yang terletak di dekat satu masjid besar di sana. Di pagi hari jalanan kecil di kampung ini akan dipenuhi dengan pedagang dadakan yang menggelar meja dan perangkat masak sederhana, membuat roti goreng yang wanginya sangat mengundang selera. Atau mampirlah di warung pinggir jalan yang menjual mohinga, sup bihun khas Myanmar yang panas dengan uap mengebul-ebul. Biasanya di pagi hari banyak para pekerja yang mampir untuk sarapan di warung-warung ini. Ini kesempatan yang pas untuk sarapan pagi dan mengambil gambar-gambar menarik. Pastikan saja makanan yang Sisters pesan benar-benar panas dan bebas dari kuman.
3. Menikmati makanan khas setempat. Berjalanlah menuju ke gedung balai kota dengan arsitektur bergaya kolonial di tengah kota Yangon. Di sini banyak pilihan tempat makan yang ramai didatangi warga lokal. Saat itu saya mampir ke kedai mie, 999 Shan Noodles. Dinamakan shan noodle karena masakan ini merupakan ciri khas masakan dari negara bagian Shan di bagian timur Myanmar. Waktu itu saya sempat tersasar juga saat mencari kedai mie ini karena letaknya berada tepat di tengah daerah perkantoran yang padat dan sibuk, berada di deretan-toko-toko di pinggir jalan. Lama mencari akhirnya saya putuskan untuk bertanya ke satpam yang menjaga di depan City Star hotel dan pak satpam menunjuk ke arah jalan yang memang tak jauh dari hotel. Pegawai di kedai mie ini ramah-ramah dan suka bertanya negara asal kita. Ketika saya menjawab Indonesia, dia tersenyum dan mengambil botol tempat sambal dan mengangsurkannya ke arah saya sambil tertawa dan berkata gula-gula. Di kawasan ini paling pas mengambil gambar para pekerja yang sedang istirahat makan siang. Para lelaki dengan kemeja putih bersih bersarung longyi menenteng rantang renteng tiga berisi makan siang, berjalan santai menuju tempat pertemuan siang itu.
4. Berbelanja oleh-oleh murah meriah. Selama ini turis yang berkunjung ke Yangon selalu diajak berbelanja di pasar Bogyoke yang terkenal itu. Di pasar ini kamu bisa menemukan batu permata dan kain tradisional Myanmar. Tapi tentu saja kamu harus pintar tawar-menawar untuk mendapatkan harga yang pas dengan kantong kamu. Jika Sisters malas tawar-menawar tapi mau membawa pulang oleh-oleh untuk teman atau kolega kantor bisa ikuti cara saya berbelanja di Ruby Mart, satu pusat belanja yang berlokasi di Bo Gyoke Rd. Jalan ini cukup panjang mulai dari pasar Bogyoke yang terkenal itu sampai ke arah stasiun kereta api. Susuri terus jalannya sampai yang ke dekat ke stasiun kereta. Ruby Mart ini ada di sebelah kanan jalan dan pas di dekat jembatan penyeberangan. Dari atas tangga terhampar pemandangan puncak pagoda yang ada di tengah kota, batu bata merah gereja katedral dan jalur kereta api yang membelah kota. Di sini ada banyak macam lahpet atau tea salad yang dijual, dari yang dikemas sederhana dengan plastik sampai dengan yang kemasan mewah lengkap dengan tatakan tempat salad-nya. Sempatkan juga untuk mampir di kedai kopi dan bakery di lantai dasar sebelum menuju supermarket, ya! Kopi yang dijual langsung digiling di tempat sehingga masih fresh dan aromanya memikat.