Hai Sisters!
Pertanyaan klasik bagi angkatan kerja yang baru menjalani usia produktif adalah, “Apa sih karir yang tepat bagi diriku?” Benarkah karir yang baik itu adalah pekerjaan yang memberi penghasilan yang besar? Ataukah karir adalah pekerjaan yang nyaman untuk dilakukan?
Jika Kamu Jago Di Sebuah Bidang, Mulailah Dari Sana
Mulailah dari hal yang bisa kamu lakukan dengan ‘jago’. Mengawali dari pekerjaan yang tidak begitu kamu kuasai memang memungkinkanmu untuk berlatih, tapi kecil kemungkinan kamu bakal jadi yang terbaik di bidang itu.
Daripada buang-buang waktu, mending kamu segera beralih ke bidang lain. Lagian, mengerjakan sesuatu yang bukan bidangmu itu gak baik untuk atmosfir tempat kerja. Kamu tidak akan bisa memberikan seluruh kemampuanmu secara maksimal. Selain dirimu sendiri, rekan kerjamu juga akan merasakan akibatnya.
Jangan Lupakan Bidang Yang Kamu Minati
Walaupun kamu jago di sebuah keahlian, jangan pernah lupakan bidang yang selalu kamu minati. Cirinya adalah, bidang ini bikin kamu selalu semangat bekerja tiap hari. Walau keadaan selalu naik dan turun, kamu malah tambah nikmat bekerja di bidang ini. Kamu merasa tertantang dan tanpa bosan tetap melakukannya tiap hari.
Karir yang tepat buat kamu adalah karir yang melibatkan bidang yang kamu kuasai dan bidang yang kamu cintai. Perpotongan antara dua bidang ini bisa kita sebut dengan career sweet spot. Contohnya, mungkin kamu lulusan marketing dan emang ahli dalam memasarkan suatu produk. Namun kamu selalu punya ketertarikan dengan seni. Ada sesuatu dari seni yang bikin kamu puas saat menikmatinya.
Mungkin karir yang cocok terletak pada bidang yang menggabungkan seni dan pemasaran, seperti agensi iklan. Pertimbangkan untuk berkarir di bidang sport science jika kamu punya bakat di bidang sains namun selalu menyukai serunya persaingan dalam olahraga.
Haruskah Kamu Mengejar Passion?
“Follow your passion”, mereka jawab ketika ditanya karir apa yang terbaik. Itu jawaban yang bagus dan semua orang pasti senang mendengarnya, namun jika diaplikasikan ke realitas, passion berubah jadi rumit. Sudah saatnya kita bertanya, “Masih haruskah aku mengejar passion-ku?”
Kenyataannya, kamu bisa saja memiliki passion yang besar dengan sepak bola tanpa harus menjadi pesepakbola profesional, mencintai seni tanpa harus menjadi seniman, atau paham dan suka soal politik tanpa harus jadi politisi.
Ketika kamu menyebut “My passion is my job” maka secara tidak langsung kamu juga mengatakan kalau kamu gak tertarik sama sekali dengan apa pun di luar pekerjaan. Hal yang hampir gak masuk akal mengingat perkembangan zaman saat ini.
Temukan Career Sweet Spot Dalam 3 Langkah
Secara umum, pekerjaan di dunia diklasifikasikan menjadi dua cabang:
Akan tetapi masih sering terdapat garis pemisah yang tipis antara bidang fungsional dan industri. Pemisahan yang seperti ini malah bikin kamu tambah bingung untuk menemukan career sweet spot. Jadi gimana cara menentukan kamu jago di bidang mana dan bidang apa yang bikin kamu berminat, lalu menerjemahkan informasi tersebut ke dalam kerangka fungsional dan industri? Ikuti tiga langkah berikut:
1. Cobalah Beragam Bidang
Memang akan memakan banyak waktu dan energi, namun mencoba lalu belajar dari kesalahan merupakan cara terbaik untuk melatih dirimu. Seumpama kamu merasa berminat pada satu hal, pelajari, ambil kursus dan baca bukunya. Lalu lihat apakah dirimu masih berminat dengan itu. Kalau kamu merasa jago pada satu bidang tersebut– coba saja: ikut magang, jadi relawan, atau masuk ke dalam komunitasnya.
2. Minta Feedback Dari Yang Ahli
Pelajari apa peran mereka dalam pekerjaannya, hal apa yang bikin di ahli dalam bidangnya, dan apa yang harus dijauhi jika ingin tetap jadi yang terbaik. Bagaimana mereka bisa menumpuh jalan karir ini? Luangkan waktu untuk ngobrol sama orang-orang yang udah ahli ini, simak pendapatnya tentang apa yang mereka suka dan apa yang mereka benci.
Kadang akan sangat sulit untuk menemukan “bidangmu” makanya sering-seringlah meminta pendapat dari mereka. Pendapat sering ditafsirkan sebagai kritik namun dengan mentalitas yang tepat, segala kritik, feedback, masukan atau entah apa itu namanya akan membantu kamu melakukan yang terbaik.
3. Temukan Pemicu Kesuksesan dan Kegagalan
Katakanlah kamu pecinta berat sepakbola, namun kamu gak bakal jadi pemain profesional. Lalu apa yang bikin kamu cinta berat pada olahraga ini? Apakah persaingannya? Strateginya? Pemain-pemainnya? Kenikmatan melihat gol? Begitulah cara kamu melihat karir mana yang cocok untuk kamu.
Temukan pemicu yang bikin semangat, yang menimbulkan rasa lapar untuk sukses. Serta kenali juga penjagal yang bisa menyandung kamu di tengah jalan. Suka berceloteh? Marketing mungkin cocok buat kamu. Senang bercengkrama dengan orang dan mempelajari kebutuhannya? Pertimbangkan karir di bidang sales.
Dan yang terpenting adalah kamu harus tetap menyadari kalau keadaan bisa saja berubah dalam sekejap. Ketertarikan kamu akan berubah dan keahlian kamu makin berkembang seiring waktu. Jam kerja dan pengalaman yang kaya akan memperdalam pengetahuanmu soal potensi yang ada dalam diri. Semakin kamu mengenal diri sendiri, semakin mantap pula kamu bisa menentukan pilihan karir yang tepat.
Jadi gimana, sudah siap menjalani karir yang “kamu banget” mulai hari ini, Sisters??