Sisters, salah satu hari besar keagamaan bagi pemeluk agama Buddha adalah Waisak. Tahun ini, Hari Suci Waisak jatuh pada tanggal 4 Juni.
Dirangkum berbagai sumber, sejarah singkat perayaan Hari Waisak memiliki makna penting bagi setiap penganutnya. Karena tak sekadar perayaan, Hari Waisak juga merupakan momentum peringatan tiga peristiwa penting yang disebut sebagai Tri Suci Waisak, mengenai hal berikut:
1. Kelahiran Pangeran Siddharta
Pangeran Siddharta adalah seorang putra dari pasangan Sudodhana dan Ratu Mahamaya yang lahir di Taman Lumbini pada tahun 623 sebelum Masehi.
Kelahiran Pangeran Siddharta ini untuk menjadi seorang Bodhisattva atau calon Buddha yang akan mencapai kebahagiaan tertinggi.
2. Siddharta Mencapai Penerangan Agung
Pada usia 29 tahun, Pangeran Siddharta meninggalkan istana untuk mencari kebebasan dari umur tua, sakit, dan mati, pada saat Purnama Sidhi bulan Waisak 588 sebelum Masehi.
Di bulan tersebut Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung sehingga mendapat gelar sebagai Buddha.
3. Pencapaian Parinibbana
Ketika menginjak usia 80 tahun, Sang Buddha wafat dan mencapai parinibbana di Kusinara pada 543 sebelum Masehi. Para pengikutnya melakukan sujud sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada Sang Buddha.
Lalu, bagaimana sejarah perayaan Hari Waisak? Simak ulasan singkatnya di bawah ini, yuk!
Dirangkum dari berbagai sumber, Waisak sudah berlangsung sejak sebelum abad ke-19 dan dilaksanakan tertutup di vihara. Di akhir abad ke-19, perayaan Waisak mulai bergeser karena ada pengaruh gerakan modernisasi yang berawal dari negara Sri Lanka, lalu masuk ke Asia Timur dan Tenggara. Umat Buddha Sri Lanka meminta agar Hari Suci Waisak diakui secara resmi seperti hari-hari besar keagamaan lain.
Keputusan merayakan Tri Suci diresmikan dalam Konferensi Persaudaraan Buddhis Sedunia atau World Fellowship of Buddhists (WFB) pertama di Sri Lanka pada 1950. Kemudian setelahnya perayaan Waisak dilakukan pada purnama pertama bulan Mei berdasarkan penanggalan India kuno.
Perayaan Waisak di Indonesia
Sementara itu di Indonesia, Hari Raya Waisak juga mengikuti hasil berdasarkan keputusan resmi WFB.
Mengutip dari laman Kemdikbud, umat Buddha di Indonesia menggelar tradisi Waisak yang berpusat di Candi Mendut dan Candi Borobudur sejak 1929. Perayaan tersebut digagas oleh Himpunan Teosofi Hindia Belanda karena saat itu anggota mereka terdiri dari campuran Eropa serta Jawa Ningrat.
Sebelumnya Candi Borobudur pernah cukup lama tidak difungsikan sebagai pusat kegiatan keagamaan pasca dibangun pada abad ke-8 dan 9 Masehi. Setelah diizinkan, perayaan Waisak di Candi Borobudur bermaksud untuk menghidupkan kembali nilai spiritual terdahulu sekaligus jadi bukti toleransi dalam kehidupan beragama.
Perayaan Waisak di Indonesia umumnya diselenggarakan di kompleks Candi Borobudur. Meski begitu ada juga yang beribadah di berbagai vihara tempat mereka tinggal. Dalam pelaksanaannya, ritual pokok Waisak yang biasa berlangsung di Candi Borobudur meliputi:
- Pengambilan air berkat di kawasan mata air Jumprit, Temanggung, Jawa Tengah.
- Menyalakan obor yang menggunakan sumber api abadi di Mrapen, Grobogan, Jawa Tengah.
- Melaksanakan ritual Pindapatta dengan memberi dana makanan kepada para biksu untuk melakukan kebajikan.
- Samadhi pada detik-detik puncak bulan purnama. Penentuan bulan purnama ini berdasarkan perhitungan falak, sehingga puncak purnama dapat terjadi pada siang hari.
Nah, Sisters, itulah serangkaian sejarah singkat perayaan Hari Waisak dari zaman peradaban kuno sampai masuk ke Indonesia yang diperingati setiap tahunnya.
Selamat Hari Suci Waisak bagi kamu yang merayakan, Sisters!