Hai Sisters...
Hai Mothers...
Halo semuanya..
Ketika membicarakan bisnis atau usaha, sampai sekarang saya tak pernah membayangkan bisa tercebur sedalam ini. Apalagi ngebayangin bakal mendirikan perusahaan sendiri??dari emak-emak berdaster??apakah saya bisa dan mampu???
Nama saya Diana, ibu dari dua orang putra. Awalnya saya yang seorang lulusan Sarjana Kesehatan Masyarakat ini resign dari pekerjaan di Bank BUMN karena hamil muda. Lalu di perjalanannya menemukan hal yang manggugah hati dan sangat tertarik dengan bidang Childbirth Education. Atau bahasa mudahnya nemu passion di edukasi persiapan persalinan.
Yes! sebuah layanan jasa yang terkait dengan segala macam persiapan persalinan. Mencakup persiapan Fisik, Psikis dan Spiritual. Sebetulnya jika dikaitkan dengan bidang pekerjaan ketika kuliah tentunya berkaitan sekali, yaitu lini promotif dan preventif kesehatan namun ranahnya non medis.
Setelah melahirkan anak pertama dan mengalami baby blues syndrome dan depresi pasca melahirkan, hidup saya kok rasanya hampa sekali. Tapi dengan masuk ke ranah edukasi prenatal, saya seperti menemukan obat untuk bisa mengarahkan rasa kosong dalam jiwa ini dengan kegiatan berkomunitas dan mengajar.
Demi memenuhi keingintahuan yang besar dan menemukan bidang yang saya sukai, sambil mengasuh anak sejak 2012 saya mengikuti banyak pelatihan dengan biaya pribadi dan beasiswa. Seperti Pelatihan Hypnobirthing Practitioner, Pelatihan Prenatal Yoga dan Pelatihan Birth Doula di Bali.
Saya mayoritas hanya membuka layanan hanya berdasarkan permintaan secara privat saja dan belum terpikir untuk menggarap secara profesional. Saya juga mengajar sebagai relawan di komunitas kehamilan di 2012 dan mengembangkan komunitas sendiri mulai tahun 2014. Bisa di cek di https://youtu.be/zS2Zb24Zifs
Sejak awal mengajar, baik private maupun komunitas, saya selalu mencatat data dan mengumpulkan para ibu di satu wadah WA grup. Sehingga sampai 2023 semua ibu yang mengikuti kelas saya masih berkumpul dan berada di bawah naungan saya. Ternyata inilah yang bisa membantu saya ketika serius untuk menekuni usaha di bidang layanan prenatal dan postnatal, yaitu berbasis komunitas yang saya sadari bahwa data yang saya kumpulkan sejak lama menjadi hal yang berharga selama menjalankan usaha.
Dari mulut ke mulut, dari kepercayaan klien, memposting di Instagram pribadi, ternyata banyak menarik minat para ibu hamil saat itu. Akhirnya setelah cuti melahirkan anak kedua selesai, saya mengajak salah satu partner untuk mengembangkan wadah Doula Sahabat Ibu di 2018 untuk wilayah Bekasi. Layanan yang kami berikan adalah jasa kelas prenatal yoga, kelas ibu hamil, kelas hypnobirthing, jasa Birth Doula, dan layanan lainnya yang terkait. Apalagi profesi Birth Doula ini cukup hits dikalangan ibu karena banyak digunakan para artis ketika melahirkan. Kelas cukup ramai namun lagi-lagi karena kami adalah emak-emak dengan anak yang masih bayi, banyak kendala yang dihadapi terutama dari segi waktu dan tenaga. Dokumentasi ada di link berikut https://youtube.com/shorts/JorEIedImio?feature=sha
Pandemi datang dan saya harus pindah mengikuti suami ke luar jawa, sediiiiih banget karena yang baru dibangun terasa runtuh begitu saja. Semuanya terhenti dan arah edukasi serta layanan di banyak provider telah berubah. Saya tidak menyerah, bagaimanapun walau dari Kalimantan saya harus bisa memaksimalkan upaya saya supaya Doula Sahabat Ibu tetap bisa melayanani dan mengadakan kelas kehamilan. Mengandalkan kekuatan media sosial instagram @doulasahabatibu saya dan partner melangkah kembali untuk membuka layanan secara online.
Beradaptasi dengan keadaan, saya belajar mengadakan kelas online dengan zoom berbayar. Memanfaatkan fitur google drive untuk menyimpan recording latihan yang bisa diakses oleh kelas berbayar. Belajar otodidak membuat konten di IG dan tik tok menggunakan aplikasi canva, kinemaster atau capcut. Lalu membeli perlengkapan microphone wireless. Perlahan tapi pasti kelas online mulai ramai. Dari sini kami mengumpulkan rupiah demi rupiah sebagai modal awal. Karena kondisi persaingan layanan dengan banyak kompetitor, saya bersama partner saya mengambil keputusan yang cukup besar dan berani mengambil langkah untuk mendirikan sebuah PT untuk menaungi layanan Doula Sahabat Ibu di bawah badan hukum. Dengan modal seadanya yang kami kumpulkan dari nol, akhirnya 2022 jadilah PT. DISHIASTARA. Berdirinya sebuah PT menunjukkan tekad kami serius walau modal kami juga belum terlalu banyak. Kami sudah melakukan pemisahan rekening dengan menggunakan rekening giro untuk transaksi perbankan. Kami juga melakukan pencatatan arus kas masuk dan keluar sederhana, serta mengetahui laba dan rugi yang kami alami.
Layanan setelah perusahaan terbentuk ternyata makin berkembang berkembang, tadinya dua pengajar, saya dan partner, menjadi empat pengajar. Bertambah layanan di area postpartum yaitu postnatal yoga, konseling laktasi dan layanan psikolog. Tim admin pun bertambah, dari sendiri sekarang sudah ada dua orang yang handle pendaftaran. Ada pula tim Community Development yang khusus menjembatani di 5 WA grup besar komunitas prenatal dan postnatal dengan total 1500an ibu yang aktif di WA grup kami. Saya dan tim mulai berkolaborasi dengan brand-brand besar. Kelas kami setidaknya rata-rata diikuti lebih dari 130 peserta per bulan. Bahkan diikuti juga dari WNI di luar negeri dari berbagai negara misal Rusia, Qatar, New Zealand, Thailand, UK, US. Untuk dalam negeri peserta bahkan sampai Papua pun mengikuti kelas kami. Konten kami banyak yang viral di IG dan follower melejit hingga lebih dari 50K follower. Tim Doula kami juga menghandle cukup banyak klien di Rumah Sakit, beberapa diantaranya adalah infulencer dan artis.
Ada beberapa tanggapan sinis sih tentang saya dan partner. Misalnya underestimate dengan usaha kami. Apalagi sebelumnya saya dan partner adalah wanita karir. Ada yang menganggap kami ga bekerja juga, karena kami selalu di rumah dan pake daster. Mereka tidak tahu kalau kami di bekerja dari rumah, mengajar dari rumah, meeting juga dari rumah. Apalagi saya juga harus mensupport finansial ibu saya yang kurang baik setelah ayah saya meninggal. Ada prasangka bahwa apa yang saya berikan ke ibu saya bukan dari pendapatan saya.
Selama pandemi mulai 2020 sampai sekarang, saya mengontrol kelas dari Banjarmasin lalu sekarang saya di pontianak juga masih handle tim saya di Bekasi dan Solo. Akhirnya tiba juga ketika PPKM berakhir, kelas mulai menurun pesertanya. Banyak yang beralih ke kelas offline. Banyak sekali kompetitor yang kami hadapi karena pasar dan market dari Ibu hamil dan Ibu baru melahirkan sangat besar potensinya. Berbagai strategi saya dan tim saya lakukan supaya kelas tetap banyak peminat. Pasang surut usaha ini pun saya alami.
Menyambut 2023 saya dan tim berkeinginan sangat besar ingin membuka kelas offline dan memenuhi permintaan market akan adanya kelas offline. Tentunya opsi yang kami pilih sementara ini adalah menyewa tempat untuk kami jadikan studio latihan. Untuk mendapatkan tempat dengan lokasi strategis pastinya membutuhkan dana yang cukup besar. Maka dari itu harapan saya mengikuti event dari Sisternet ini adalah bisa mendapatkan bantuan modal untuk pengembangan usaha.
Kadang saya ragu juga, apa iya layanan jasa kami ini bisa dilirik untuk mendapatkan kesempatan mendapatkan modal. Apalagi banyak sekali yang mengikuti dan bentuk produknya adalah barang. Namun saya tetap mencoba, mendaftarkan sebagai badan usaha resmi, lalu memenuhi persyaratan, kenapa tidak? Apalagi potensi marketnya sudah jelas dan tidak pernah berhenti. Karena data yang kami dapatkan juga, bisnis ini memiliki sustainability yang baik dan konsisten sepanjang tahun. Selalu ada pernikahan dan kehamilan yang terjadi setiap bulannya. Saya dan tim yang berpengalaman di komunitas sejak 2011, mendapatkan benefit dalam mempelajari potensi market, kebiasaan pasar dan juga perubahan yang terjadi tahun demi tahun.
Sisternet Kompetisi Modal Pintar 2023 membuka jalan saya untuk mendapatkan bantuan pendanaan. Tujuannya adalah Scaling Up usaha dengan merubah lokasi online ke offline di studio. Untuk itu ada beberapa estimasi biaya yang saya dan Tim butuhkan untuk membuka studio. Jadi planning kami adalah melakukan dua pendekatan yaitu online, offline dan hybrid learning secara profesional.
- Sewa studio offline per tahun Rp 50.000.000
- Perlengkapan Alat di studio Rp 1.500.000
- Biaya iklan di social media Rp 1.000.000
- Biaya admin dan tempat Rp 1.000.000
Kurang lebih yang dibutuhkan adalah Rp 53.500.000 heheheee jumlahnya juga cukup membuat saya tercengang. Seandainya mendapatkan juara maka setidaknya sebagian besar biaya bisa tercover dan saya bisa bernafas sedikit lega terkait permodalan. Namun saya yakin dengan kompetensi saya dan tim saya, serta kualitas pengajar tim yang semuanya adalah certified, itu bisa memberikan dampak baik bagi usaha Doula Sahabat Ibu. Serta secara tidak langsung membantu SDGS, sustainable developmental Goal dibidang Health dan wellbeing terutama bagi ibu, bayi dan keluarga.
Karena Doula Sahabat ibu dan usahanya ini juga bisa membantu para tim yang ada di dalamnya menggapai mimpi dan bantuan secara finansial juga maka wadah ini sangat bermanfaat bagi banyak pihak. Memberikan advokasi buat ibu hamil dan menyusui, mengedukasi para ibu untuk lebih sehat, secara tidak langsung akan membantu program pemerintah dalam menurunkan Angka Kematian ibu dan bayi (AKI dan AKB), menaikkan kualitas hidup dan juga bisa membantu mencegah stunting. Bayi sehat itu berawal dari ibu dan kehamilan yang sehat sebelumnya.
So...Sisternet Coach and Judges, jangan ragu memilih kami yaaaaa....
Doula Sahabat Ibu.