Hello Sisters! Perkenalkan namaku Khatarine Paula…
Aku bukan artis luar negeri kok, hanya artis dalam rumah yang hobby konser (ngomel) hehe. Menjadi ibu rumahtangga, mengurus 3 perempuan kecil, sambil ngelihatin saldo rekening berkali-kali adalah keseharianku. Yes, aku bukan karyawan yang punya penghasilan tetap setiap bulan. Sehingga, aku harus rajin cek mutasi serta melakukan transaksi online setiap harinya.
Saat anak-anak mulai masuk jenjang sekolah, kebutuhan makin meningkat, serta perpindahan keluargaku di kota besar yang dihadapkan ketidaksiapan finansial keluarga membuatku harus terus berkarya dan berinovasi. Terlebih, saat bermunculan banyak usaha baru di dunia online, diiringi dengan perubahan perilaku konsumen, membuatku semakin tertantang dan harus lebih fokus dalam bisnis yang kukerjakan.
Menjadi seorang “mommypreneur” tidaklah mudah. Sering dipandang sebelah mata dan time management adalah tantangan terbesar kami. Tetapi melihat banyak para perempuan sukses menjalankannya membuatku tidak patah semangat. “doing business is my hobby”, aku happy saat menjalankannya. Terasa seperti sedang menyelesaikan sebuah “misi’ dalam sebuah Game. Karenanya aku banyak menghabiskan waktu luang untuk bisnisku sebagai “me time” terutama disaat ketiga bidadariku sedang tertidur lelap, seperti saat artikel ini dibuat.
Aku mulai berjualan di usia 15 tahun. Mulai alat kesehatan, ATK, skincare, Café, resto, snack, minuman botol, dan fashion pernah aku tekuni. Mencoba strategi penjualan direct, online, bazar, komunitas, reseller, marketplace, bahkan menjajakan produkku langsung di jalanan saat Car Free Day. Semua itu menyisakan banyak catatan dan pengetahuan baru bagiku. Hingga suatu hari “Duh, udah kerja keras banget, tapi hasilnya segitu aja sih”. Akhirnya aku sadar, aku harus fokus pada pengembangan bisnis dan membentuk team “Ngga bisa nih kalau aku jalanin semuanya”. Aku merenung dan berfikir keras setiap harinya. Lalu tiba saat aku mengalami kebangkrutan pada bisnsi cafe saat pandemi 2020. Aku berusaha bangkit dan mulai memilih satu bisnis yang diperjuangkan. Disini aku juga makin paham arti dari “Pengalaman adalah guru terbaik”
And the story… Begin…
Ayam, digemari banyak orang dalam berbagai kalangan, terutama anak-anak. Mau makan apa? “ayam”, begitulah sering terdengar pada percakapan ibu dan anak. Data Permintaan kebutuhan ayam di Indonesia menunjukkan 2x lipat lebih banyak dibandingkan daging lainnya. Banyak masakan khas Indonesia berbahan dasar ayam. Maka, “Lauk instan sehat Sehat” dengan produk unggulan berbahan dasar daging ayam adalah pilihanku. Diantara berbagai jenis hasil olahan ayam, aku memilih, olahan ayam lezat dengan proses suwir. Metode suwir, merupakaan metode yang terbilang sulit bagi orang yang tidak memiliki banyak waktu di dapur. Disitulah inovasi kami hadir untuk mempermudah mereka menikmati hidangan ayam gurih siap makan. Sulit dibuat, tetapi sangat mudah dikonsumsi. Ayam SUWER, ya begitulah namanya sekarang.
Pada awalnya, produksi dan pemasaran semuanya kujalankan secara individu. Waktu itu nama produk yang kupilih adalah “Ayam Suwir Cap Sayang” dengan tagline “Sajikan dengan Kasih Sayang”. Setelah 2 tahun lamanya aku menjalankannya sendiri, seiring berkembangnya waktu, aku mulai merekrut team untuk membantu packing dan produksi. Laporan administrasi pun mulai dibuat. “Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah” BJ Habibie. Kutipan itu selalu membuatku semangat saat mengingatnya.
Menurutku bisnis adalah never ending game yang ngga boleh main-main. Saat menjalankan game, bukankah kita harus melangkah ke level berikutnya? Lalu beberapa kali trial and error kami kerjakan untuk menambah kadaluarsa secara alami. Setelah 2 tahun berjalan, 8x pergantian resep serta cara pengolahan, akhirnya sampailah kita pada titik dimana testimoni kepuasan naik secara signifikan dan terjual lebih dari 5000 box. Banyaknya pelanggan yang melakukan repeat order juga merupakan hidden gift. Pencapaian ini membuat kami makin serius menekuni usaha dan mendaftarkan merknya.
Tak hanya berjuang di segi rasa, kamipun mengolahnya menjadi produk yang multifungsi. Pada produk Ayam Suwer, kami menciptakan tingkat kematangan, rasa dan bumbu dengan acuan produk multiguna. Sehingga semakin menarik dan menjadi nilai plus di mata konsumen.
Instant : Uraikan, dan sajikan langsung di atas nasi hangat.
Crunchy: dimasak dengan 2 sdm minyak dan aduk cepat selama 1 menit
Snack : masukkan dalam microwave selama 3 menit dengan suhu sedang
Classic : masak dengan 25 ml air hingga matang
Tasty : campurkan ke dalam masakan (sup,tumisan,nasi goreng dll)
5 macam penyajian ini, menjadikannya lauk instan olahan, yang tidak membosankan untuk dibeli. Kami juga menyediakan variant pada produknya seperti : Original, Pedas Standard, Super Pedas (tekstur normal) dan Superkids (tekstur soft)
Dalam keterbatasan ruang gerak serta keterbatasan modal, kita harus tetap berinovasi dalam memenuhi demand. Sebuah misi yang harus dikerjakan agar mampu memberikan yang terbaik. Maka dari itu, saat PPKM 2020 kami menambahkan sambal lauk dalam kemasan sebagai pendamping produk ayam yang kami kembangkan. Saat ini sudah ada 11 jenis sambal lauk yang kami produksi, diantaranya "sambal kulit ayam" . Setiap sambal memiliki citarasa berbeda dengan tingkat kepedasan yang bikin nagih. Sambal SUWER juga cocok bila dipadukan dengan Ayam SUWER sehingga bisa disesuaikan dengan selera pelanggan.
Digitalisasi membuat buyer semakin jeli dalam memilih. Maka kami berusaha memenuhi harapan mereka dengan melengkapi legalitas, sertifikat Halal pada Seluruh produk. Kami juga merubah packaging dan strategi pendekatan pasar sambil terus menambah aspek legalitas. Kami juga berkomitmen untuk tidak menggunakan MSG maupun Pengawet Kimia agar lebih sehat. Aku memilih metode hampa udara untuk memperpanjang masa kadaluarsa pada ayam suwer, dan menggunakan minyak sayur untuk sambal.
Sejak awal, produk SUWER difungsikan sebagai solusi untuk memudahkan proses memasak, perbekalan dan sejenisnya. Maka dari itu kami memberikan kemudahan juga pada aspek harga, sehingga customer dengan mudah memilih lauk yang diinginkan tanpa memikirkan rentang harga, semua kami bandrol dengan harga 30.000 per item dengan pertimbangan subsidi silang dalam mendapatkan profit.
Disamping semuanya itu, there is a bad news. Dikarenakan produk ini memiliki keunikan tersendiri, maka tidak mudah untuk menyampaikan ke publik. Sehingga membutuhkan effort lebih dalam pendekatan pasar. Disini adalah PR besar untuk kami yang masih terkendala dalam modal. Meski repeat order lebih dari 75% tapi sangat membutuhkan perjuangan untuk mendapatkan customer baru. Apalagi saat ini persaingan ketat dalam digital marketing, maraknya iklan berbayar membuat usaha kami mulai berat untuk melangkah.
Ini merupakan next Level yang ingin aku capai. Menjadikan bisnisku sebagai jembatan untuk mewujudkan impian para karyawan, supplier, reseller, yang sudah setia menemani kami berjuang dari titik awal. Memang cukup menantang, tapi bukan sesuatu yang mustahil. Sesuai Namanya “Suwer” yang berarti janji. Aku sangat berharap, apa yang sudah terbangun dapat lebih meluas lagi, dan bermanfaat bagi banyak orang khususnya perempuan dalam menghidangkan makanan lebih cepat juga berkualitas. Maka dari itu, aku memberanikan diri mengikuti lomba Sisternet ini dengan harapan dapat ikut menjembatani impian kami.
Let's fight and make dreams come true...
Jangan pernah menyerah pada kesulitan yang sbenarnya sedang membuat kita belajar