Dicoba dulu siapa tau bisa. Kalimat yang mengubahku 360 derajat dari segi keberanian.
Hai sisters! Kenalin, namaku Shofwah. Aku seorang ibu rumah tangga dengan 2 anak. Dari kecil aku emang udah hobi banget sama kuliner alias hobi makan hehe. Terkadang makanan bisa jadi salah satu moodboosterku.
Sampai suatu saat ditahun 2020, aku berpikir, bisa nggak ya hobiku ini menghasilkan cuan, dan emang sudah saatnya aku menjadi perempuan yang naik kelas, dengan bantu suami untuk nambah pemasukan dan juga keinginan ini sangat kuat sekali. Berpikirnya banyak dan panjang, untuk jual ini itu, jadi reseller ini itu, tapi tetep aja, selalu nunda action, dengan dalih aku ga pede, aku malu, temenku sedikit, pokoknya selalu excuse. Sebab dari semua alasan itu sebenernya aku ga berani dan akhirnya nunda untuk action.
Dipertengahan 2020, aku dipertemukan dengan teman suami yang emang punya passion buat baking, pertama ketemu disuruh nyobain, kuenya bener-bener beda dari yang lain, aku yang notabanenya gasuka manis, makan makanan manis kok tetep nyaman di lidah. Darisitu langsung kepikiran aku bakal pede nih kalo jual makanan ini.
Aku iseng nanya, gimana cara beliau masarin hasil karyanya, ternyata masih sangat sederhana, yang menurut aku sayang banget kue enak begini dijual dengan harga yang rendah dan sepertinya bisa banget kalo produksinya ditambah dan meluaskan pasar. Dalam otakku, seharusnya gini dan gitu. Karena emang thinker banget, tetep aja kebanyakan mikir tanpa action. Selalu takut dan mikirin kata orang.
Suamiku selalu nanyain, ayo dimulai, kapan dimulai, karena emang kalo mikir mulu tanpa action, ya ga bakal terjadi apa-apa. Akhirnya aku bantu jualin dessert boxnya di toko baju kecil-kecilan yang aku bangun (sekarang tokonya jadi store offline @suka.sukadessert).
Di bulan ramadhan tahun 2022, dessert ini pengen banget aku jual untuk hampers lebaran ditambah macem-macem kue kering. Tapi tetep aja gatau gimana cara jualnya dan dimana. Setelah diskusi sama suami, beliau said "Ayo dicoba dulu, siapa tau bisa", juga sangat support sekali dan mau bantuin secara teknis. Dari bantu design, buat konten, juga iklanin di fb ads, packing, delivery dan lain lain. Sat-set, alhamdulillah dalam sebulan bisa tembus sampai 800 toples yang terjual.
Antusias pembeli lumayan tinggi, akhirnya disaranin suami untuk ikutan bazar di transmart dan bazar-bazar UMKM. Selama di bazar ini, antusias pembeli dan feedback yang mereka berikan juga sangat positif. Darisitu terbesitlah ide untuk nambah jumlah produksi dan punya offline store. Tapi ide ini terjeda dalam waktu yang lama. Seperti biasa, aku terlalu panjang mikirnya plus kendala di modal.
Ngeliat sepak terjang yang luar biasa ini, aku bener-bener bertekad, gaboleh cari alasan lagi nih, peluang besar didepan mata masa iya ga aku ambil. Akhirnya aku bilang ke temen yang emang jago buat dessert dan macem-macemnya itu untuk pelan coba buat offline store. Setelah melalui rapat dan diskusi panjang, akhirnya aku menjadi toko baju kecilku yang terhenti itu sebagai offline store dessert. Kita coba endorse bebagai media lokal lampung. Alhamdulillahh baru launching di tanggal 9 janauri, kala itu toko baru dibuka jam 13.00, jam 16.00 sudah habis.
Seneng banget, tapi agak menyayangkan. Permintaan pasar tinggi, tapi aku dan tim gabisa nyanggupin, sebab dapurnya dan semua peralatannya masih minim ditambah lagi modal untuk beli bahan yang masih ngandelin hasil dari penjualan tiap hari. Banyak yang kecewa karena ga kebagian. Scarcity-nya emang dapet banget, cuma agak disayangkan ya, karena kapasitas produksi kami baru sanggup segitu.
Dari semua kejadian ini, jadi motivasi terbesarku untuk ikut Kompetisi Modal Pintar #KMP2023. Jika berhasil, nantinya akan ku hadiahkan untuk memperluas dan menambah kapasitas pelaratan di dapur dan offline store, supaya permintaan pasar yang tinggi ini terpenuhi, rinciannya begini:
- Oven kue supaya sekali produksi bisa besar jumlahnya Rp 12.000.000
- Loyang besar untuk bakng Rp. 7.000.000
- Display Dessert untuk di offline store, supaya rapi dan tetap fresh Rp 14.000.000
- Meja dan Kursi, agar orang yang datang ke offline store bisa Dine in (makan di tempat) Rp. 10.000.000
Total biayanya sebesar Rp 43.000.000
Suka-suka dessert itu nama yang aku dan temanku sematkan di bisnis ini. Pelopor dessert premium di kota Bandar Lampung yang hari ini sedang naik-naiknya dan dicari banyak orang. Aku optimis banget, bisnis ini bakal sustainable dan berkembang dengan pesat. Aku juga yakin, dengan modal yang aku dapatkan dari kompetisi ini, aku bisa mengembangkan dessert ini dan pastinya bawa pengaruh positif yang semakin luas untuk masyarakat Lampung khususnya. Karena memang dengan bisnis ini aku berharap, bisa nyiptain lapangan kerja untuk para wanita hebat tulang punggung keluarga, anak muda yang punya keinginan tinggi untuk berpenghasilan dan ke tetangga yang membutuhkan pekerjaan.