Setelah gagal membangun bisnis di bidang F&B di tahun 2021 awal, Sister Dhea Lubis kembali merenung dan berbicara dengan dirinya sendiri, sebenarnya apa hal yang ia senangi untuk ia jadikan sebagai ladang pekerjaan? Ternyata Sister Dhea sangat menikmati sebuah pekerjaan yang memiliki dampak sosial yang besar terhadap lingkungan.
Sampah menjadi salah satu momok yang mengerikan dari tahun ke tahun. Banyak TPA yang sudah menjadi gunungan sampah dan bahkan tutup karena tidak sanggup lagi menampung sampah dengan metode landfill. Berdasarkan data, dari 70% sampah yang menumpuk di TPA adalah sampah jenis organik dan penyumbang terbesarnya dari sampah rumah tangga.
Beranjak dari fakta tersebut, Sister Dhea memutuskan untuk mencari cara yang jauh lebih efektif dan efisien daripada hanya sekedar melakukan metode komposting untuk mengurai sampah organik. Di awal tahun 2021 itu pula ia merantau dan mendirikan jasa pengolahan limbah organik di Pulau Dewata. Ia menemukan sebuah inovasi dan potensi yang dapat menjadi solusi efektif bagi permasalahan sampah, yaitu menggunakan teknik biokonversi Maggot BSF.
Dan bicara soal bisnis, di zaman serba digital seperti sekarang, karakter konsumen menjadi lebih beragam. Tak hanya itu, segmen konsumen pun bisa mulai menjadi lebih spesifik. Sebagai seorang pebisnis, kita harus memiliki metode pendekatan yang berbeda-beda terhadap calon konsumen. Misalnya dengan memahami demografis dan psikografis mereka. Dengan memahami karakteristik konsumen, maka bisa kamu gunakan untuk menyusun strategi penjualan yang lebih baik.
Lalu apa sih sebenarnya yang ia lakukan yang berhubungan dengan lingkungan ini? Yuk kita simak obrolan Sisternet dengannya di bawah ini!
Q: Boleh dong diceritakan, siapa, sih sosok Dhea Lubis itu?
A: Saya anak kedua dari 3 bersaudara yang lahir di Surabaya pada tanggal 14 Juli 1995. Setelah gagal masuk ke perguruan tinggi, akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti program magang di Malaysia sebagai ranger di sebuah kebun binatang. Lalu kembalinya saya ke tanah air, saya bekerja sebagai marketing untuk sebuah lembaga pendidikan yang mengantarkan saya keliling hampir ke seluruh kota di Indonesia selama satu tahun penuh. Puas dengan menjelajahi Indonesia, saya bergabung menjadi tenaga pemasar di sebuah perusahaan asuransi. Selama 5 tahun berkecimpung di dunia keuangan yang membawa saya berkeliling dunia, saya memutuskan berhenti di puncak karier saya. Bergabung dalam berbagai organisasi sejak usia 20 tahun, banyak membuka dan memperluas sudut pandang saya terhadap kehidupan. Keputusan terbesar saya adalah pada tahun 2018 saya memberanikan diri untuk memulai menjadi seorang womenpreneur.
Q: Apa yang membuat Sister Dhea mendirikan Maggot Indonesia?
A: Selama manusia hidup, kita tidak akan bisa lepas dari menghasilkan sampah. Yang dapat dilakukan adalah bagaimana kita menjadi manusia yang lebih bijak atas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan kita sehari-hari. Sampah organik yang sekilas mudah terurai, ternyata menjadi masalah yang cukup serius dengan belum adanya solusi yang efektif selama ini. Melalui teknik biokonversi Maggot BSF, bisa menjadi salah satu solusi untuk permasalahan tersebut dengan mengubah sampah menjadi nilai guna tambah.
Selain mengatasi permasalah sampah, hasil akhir dari teknik ini pun menghasilkan larva dengan protein dan lemak yang cukup tinggi, sehingga mampu menjadi solusi bagi para produsen pakan ternak yang selama ini masih banyak melakukan impor untuk bahan baku
Q: Boleh diceritakan mengapa Sister Dhea memilih menjalani bisnis ini?
A: Perjalanan mengenali diri saya sendiri, apa yang saya mau dalam hidup, dan apa passion saya membawa saya bermuara pada bisnis ini. Setelah bergonta-ganti bidang pekerjaan dan usaha, saya menyadari bahwa cita-cita saya saat kecil tidak pernah mati. Saya ingin dikenal sebagai sosok yang memberikan dampak terhadap lingkungan. Melalui bisnis ini, saya bisa mewujudkan cita-cita masa kecil saya, menjalankan passion saya dibidang SDGs, dengan tetap menghasilkan profit.
Q: Bagaimana strategi dalam melakukan pendekatan terhadap calon konsumen?
A: Hubungan antara brand dengan konsumen saat ini layaknya hubungan pria dan wanita yang sedang melakukan penjajakan. Kami memulai dengan bercerita tentang siapa kami, apa yang kami tawarkan, dan apa kelebihan kami. Kami bercerita tentang apa yang terjadi sehari-hari dengan semenarik mungkin. Membuat calon konsumen penasaran, tertarik, dan ingin mengenal kami lebih dekat. Tak jarang kami juga berinteraksi dengan bertanya dan berdiskusi kepada calon konsumen, mendengarkan keluhan, keinginan, dan ekspektasi mereka yang dapat kami jadikan acuan dalam peluncuran produk-produk baru. Kami juga membentuk sebuah komunitas, agar dapat lebih terhubung dengan calon ataupun konsumen yang sudah lama
Q: Apa strategi yang tepat dalam memenuhi kebutuhan konsumen?
A: Memberikan apa yang konsumen mau, bukan apa yang menurut kita konsumen harus mau. Melalui layanan purna jual, mendengarkan kritik dan saran dari konsumen, menanyakan masalah yang dialami konsumen, aktif meminta pendapat konsumen, akan membantu kita sebagai sebuah brand untuk menghadirkan produk atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan pasar
Q: Tipe konsumen potensial seperti apa yang harus menjadi prioritas dari target pasar bisnis kita?
A: Konsumen yang memenuhi 3 dari 5 kriteria target pasar kita dan memiliki tingkat kebutuhan paling tinggi serta memiliki potensi pembelian ulang secara berkala
Q: Pesan untuk para Sisters yang baru akan memulai bisnis…
A: Entrepreneurship is about a long and lonely journey, so make sure you find the right community to help you grow.
Nah, seru kan ngobrol bareng Sister Dhea? Sisters, selalu nantikan kisah-kisah inspiratif dari Inspiring Sister pilihan Sisternet berikutnya dengan mengunduh aplikasi Sisternet melalui link ini: https://linktr.ee/sisternet. Yuk, kita sama-sama menuju perempuan Indonesia #JadiLebihBaik !