Sisters, meningkatnya kewaspadaan masyarakat akan penyebaran virus Covid-19 beberapa bulan belakangan dibarengi dengan kesadaran untuk mengadaptasi gaya hidup sehat, termasuk perkara perut.
Banyak orang kini mulai mencermati makanan yang mereka konsumsi, mulai soal nutrisi, proses pengolahan, sampai asal bahan pangan bersangkutan. Tapi tidak semuanya punya cukup waktu, atau keahlian, untuk memilah atau menyiapkan makanan sehat sedemikian rupa.
Hal itu ditangkap sebagai peluang bisnis oleh Adetya Herdini Hutami dan suaminya, Arditto Raharjo, dengan menghadirkan TRF Homemade Catering. TRF adalah singkatan dari the real food, atau terjemahan bebasnya 'makanan tulen', yang bermakna bahwa hidangan yang mereka sajikan bukan instan ataupun kalengan (processed food).
Tya, panggilan akrab perempuan cantik berhijab ini menjelaskan bahwa bisnisnya menyajikan makanan berbahan natural organik alami, the real food atau makanan sesungguhnya, bukan yang sudah di-packaging, dikalengkan, atau instan. Jadi, makanan alami menyerupai bentuk aslinya dan minim proses.
TRF Homemade sebagai 'katering diet', tetapi katering yang membantu menciptakan perilaku clean eating. Konsep clean eating pada dasarnya ialah menghindari makanan yang mengandung bahan pengawet, perasa buatan, dan pemrosesan di pabrik.
Sebaliknya, clean eating menekankan pada penggunaan bahan-bahan segar, alami, dan masih dalam bentuk aslinya (whole food) untuk diolah sendiri menjadi masakan di rumah. Selain berjualan, TRF Homemade lebih mengampanyekan dan mengedukasi orang dengan mengajak memahami terlebih dulu makan sehat itu seperti apa.
Wah, kayaknya seru nih, lalu seperti apa Tya menjalankan bisnisnya ini mengingat begitu banyak persaingan terutama di kota besar seperti Jakarta? Yuk, simak obrolan Sisternet dengannya berikut ini!
Q: Ceritakan dong, bagaimana awalnya suka memasak?
A: Awalnya karena mau merubah hidup menjadi lebih sehat dan berkualitas salah satu caranya, dengan memasak makanan kita sendiri,akhirnya dari coba2 lama-lama sampe sekarang jadi suka memasak.
Q: Menurut Tya, apa yang membuat memasak itu menyenangkan?
A: Memasak itu bisa jadi ajang 'me time' buat saya, walaupun masak salah satu urusan domestik tapi buat saya masak menyenangkan ada di dapur. Mencoba menu baru.
Q: Bagaimana memilih menu makanan yang sehat tapi juga hemat untuk keluarga? Gimana cara menyiasati menu-menu agar keluarga nggak bosan dengan menu masakan rumahan?
A: Sehat itu nggak selalu mahal, kita bisa belanja di abang sayur, di pasar. Asalkan jaraknya dekat dengan rumah artinya semakin baik gizinya dan nutrisinya sampai ke meja makan kita.
Dan banyak sekali yg bisa di explore menu-menu hemat seperti ikan-ikan air tawar, jadi nggak harus daging melulu. Ikan teri pun banyak manfaatnya dan tinggi kalsium.
Supaya gak bosan kadang-kadang aku mix dengan menu resto tapi dengan budget rumahan. Misalkan kangen masakan jepang bisa bikin sendiri di rumah dengan bahan-bahan yang lebih hemat.
Q: Saat menyiapkan makanan di era kebiasaan baru ini untuk anak apakah ada menu khusus atau menggunakan menu yang sama dengan keluarga?
A: Untuk anak kebetulan dari awal memang sudah menu keluarga tentunya yang kids friendly, tujuan awalnya adalah mau menghemat waktu dan ternyata sekarang juga malah jadi menghemat pengeluaran belanja.
Q: Apakah ada perbedaan menu atau bahan makanan di era kebiasaan baru/di saat masih ada covid-19?
A: Ada penyesuaian sedikit, misalkan kita mengurangi konsumsi daging merah lebih banyak ikan dan ayam. Tentunya sayur dan buah juga harus ditambah dan juga telur untuk menjaga imun karena tidak cukup hanya dari vitamin tapi juga harus didapat dari makanan.
Q: Ceritakan mengenai bisnis kuliner yang Tya jalani saat ini?
A: Bulan September ini sudah genap 7 tahun TRF Homemade selain berjualan kami juga ingin edukasi bahwa makan sehat itu tidaklah sulit dan sangat bisa sekali pangan lokal tidak melulu menu bule.
Dan saat ini produk yang kita kembangkan juga ada untuk baby and kids untuk menjadi solusi saat para ibu ingin istirahat memasak. Tentunya catering juga masih jalan.
Q: Boleh dong dibagi tipsnya untuk para perempuan Indonesia yang ingin memulai bisnis kuliner...
A: Untuk memulai bisnis kuliner kalo dari saya apalagi saat Pandemi seperti ini semua org rasanya berjualan untuk bertahan.
Yang pertama, tentukan dulu konsepnya dari awal main core-nya,benang merah dari brand-nya mau apa, karena akan berpengaruh di kemudian hari jika suatu saat lagi down/stuck kita bisa tetap di konsep ini walaupun berkembang core-nya sudah kuat. Benang merah ini yg akan menarik market.
Lalu yang kedua ada mastering skill, tidak ada kata terlambat belajar terus ikuti semua kursus/pelatihan untuk mengasah kemampuan kita untuk mengembangkan usaha.
Kemudian ada yang ketiga, yaitu trial and error yang harus kita lakukan. Hingga produk layak dijual harus bisa mendapatkan review dari keluarga dan teman-teman.
Tips selanjutnya, kita harus bisa memaksimalkan the power of social media. Buat marketing plan dan gencar promo jangan malu untuk meminta endorsement yg gratis atau berbayar jika ada budget.
Tips terakhir, terapkan sikap jujur dalam berdagang, ya, Sisters.
Nah, seru kan ngobrol bareng Sister Adetyaa? Sisters, selalu nantikan kisah-kisah inspiratif dari Inspiring Sister pilihan Sisternet berikutnya dengan mengunduh aplikasi Sisternet melalui link ini: https://linktr.ee/sisternet. Yuk, kita sama-sama menuju perempuan Indonesia #JadiLebihBaik !
Foto: Instagram / @adetyaa