Sisters, Data Moneter Internasional (IMF) memprediksi bahwa ekonomi global akan menghadapi resesi pada tahun 2023. Tantangan dari resesi ini bisa menyebabkan kenaikan harga-harga dan mempengaruhi beberapa sektor.
Salah satu sektor yang terbesar dalam perekonomian Indonesia adalah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Data menunjukkan bahwa kontribusi UMKM terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia mencapai 60.5%. Bahkan, dalam laporan Asian Development Bank (ADB), UMKM pada akhir 2018 berkontribusi terhadap sekitar 97% lapangan pekerjaan di masyarakat atau setara 117 juta pekerja yang ada.
UMKM sangat sensitif jika terkena krisis yang menyangkut kenaikan harga dan juga pembatasan mobilitas (PPKM) yang berlaku. Riset menunjukkan bahwa sejumlah UMKM tutup akibat kebijakan pemerintah menerapkan pembatasan selama COVID-19.
Nah, agar krisis tahun 2023 tidak mempunyai efek yang mendalam bagi UMKM, setidaknya terdapat tiga hal yang diperlukan, Sisters. Apa saja?
1. Program digitalisasi yang semakin masif
Pemilik UMKM yang terhubung dengan layanan e-commerce bisa memberikan nilai tambah produk. Sehingga, jika terjadi penurunan jumlah konsumen, UMKM terkait bisa mencari target pasar yang lain.
2. Pembiayaan yang murah
Tanpa pembiayaan yang terjangkau, UMKM akan sulit meningkatkan produktivitas dan melakukan ekspansi usaha. Bank milik negara seharusnya bisa bekerjasama untuk memastikan kredit didapatkan dengan suku bunga yang terjangkau.
3. Walaupun sudah ada pembiayaan, UMKM tetap memerlukan pendampingan
Optimalisasi Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) tidak akan efektif jika pendamping tidak mengetahui kondisi lapangan yang ada. Sektor swasta sudah seharusnya dilibatkan agar sinergi UMKM sebagai pendukung bisa terjadi.
Tanpa itu semua, UMKM hanya memiliki pasar yang lebih kecil, tanpa berkesempatan untuk naik kelas. Harapannya, di masa depan UMKM bisa semakin modern dan berkualitas.
Semoga resesi yang diprediksi, tidak akan benar terjadi, ya, Sisters. Tetap semangat!