Sisters, tren belanja online di e-commerce semakin meningkat di masa pandemi. Pun dengan pesan makanan online via aplikasi.
Keuntungannya sangat menggiurkan. Pantas saja, banyak orang buka toko online dadakan. Jadi mitra usaha di satu atau lebih marketplace maupun aplikasi daring.
Sayangnya tidak semua restoran dan toko online tersebut asli. Ada yang abal-abal hanya untuk menipu pembeli. Mengincar uangnya dengan tujuan memperkaya diri sendiri.
Lalu apa kamu pernah menjadi korbannya? Atau mungkin belum? Kalau belum, amit-amit jangan sampai menimpamu. Yuk, kenali ciri-ciri restoran dan toko online palsu agar kamu terhindar dari penipuan berkedok online shop. Simak dibawah ini ya!
Sisters, pembeli mana yang tidak tergoda dengan harga murah? Tetapi kalau harga yang ditawarkan tidak masuk akal, kamu patut curiga.
Misalnya harga iPhone 11 dibanderol Rp 3 juta. Padahal aslinya masih mahal mulai dari Rp 11 jutaan. Atau beli online iPhone 11 seharga Rp 8 juta, tetapi yang datang malah casing bekas.
Baru-baru ini, seorang emak-emak belanja online kipas angin seharga Rp 86 ribu. Yang dia terima justru sabun colek.
Belanja online mana ada sih transfer DP dulu? Mau COD atau non-COD, tidak ada sistem transfer uang muka. Apalagi ke rekening pribadi penjual.
Yang ada hanya pembayaran penuh. Baik penarikan langsung dari saldo dompet digital setelah checkout pesanan maupun bayar tunai ketika memakai sistem COD.
Selain itu, biasanya marketplace menerapkan sistem rekening bersama atau rekber. Tujuannya demi keamanan pihak penjual dan pembeli.
Rekber adalah layanan rekening yang menampung dana transaksi jual beli online. Setelah memilih barang beserta jumlahnya, pembeli akan melakukan pembayaran.
Transfer uang ke rekening bersama. Bukan rekening pribadi penjual. Rekber ini akan menahan uang selama proses pengiriman barang.
Setelah pesanan barang diterima pembeli, uang di rekber tersebut baru akan dikirim ke penjual. Jika ada apa-apa, seperti barang cacat atau lainnya, uang kamu bisa kembali.
Oleh karena itu, langsung batalkan minat kamu belanja online bila ada penjual yang minta transfer uang muka. Sudah pasti itu toko online bodong.
Semua e-commerce atau marketplace telah menyediakan fitur berkomunikasi resmi antara penjual dan pembeli. Ada layanan ‘hubungi penjual’ via chat.
Umumnya pembeli dapat bertanya apapun kepada penjual melalui layanan tersebut. Namun toko online palsu tidak begitu.
Agar leluasa melancarkan aksinya, mereka menggunakan nomor telepon atau whatsapp pribadi. Hal ini tentu saja di luar pantauan pihak e-commerce.
Begitu kamu kena tipu-tipunya, barang yang datang tidak sesuai pesanan, dan menghubungi lagi, pihak penjual sudah tidak merespons.
Sementara bila kamu berkomunikasi pada layanan resmi, ketika terjadi penipuan dan lapor pihak e-commerce, rekam jejak toko online bodong bisa terlacak.
Saat belanja online, pastikan kamu melihat komentar pembeli dan rating toko. Berapa banyak yang sudah belanja di toko tersebut, berapa bintangnya (rating), berapa yang komplain.
Jika ternyata komentar buruk atau komplain lebih banyak, ratingnya juga jelek. Bila ratingnya 1, 2 atau 3 bintang, sebaiknya tidak melanjutkan transaksi. Ini untuk menghindari penjual nakal.
Bahkan kamu bisa menelusuri akun media sosial toko online tersebut, seperti Instagram. Kalau toko online menonaktifkan kolom komentarnya, patut dicurigai.
Di profil toko online kamu dapat mengecek kapan penjual bergabung di e-commerce. Bila baru bergabung beberapa jam atau hari, tetapi sudah punya banyak pengikut, perlu waspada juga. Bisa jadi itu hasil dari membeli followers.
Sisters, segala bentuk penipuan adalah sebuah kejahatan. Kamu dapat melaporkan perbuatan tersebut atau dugaan penipuan dari toko online kepada pihak e-commerce serta aplikasi ojol agar segera ditindaklanjuti.
Atau kamu juga bisa mengadukannya ke pihak kepolisian supaya diusut tuntas karena penipuan online sangat meresahkan dan merugikan masyarakat.
Sumber: Cermati.com