Hai Sisters! Thrift shop saat ini kian digemari oleh banyak orang dari berbagai generasi. Bagaimana tidak, dengan belanja di thrift shop, kamu bisa mendapatkan barang dengan kualitas seperti baru, tapi harganya jauh lebih murah. Bahkan kamu bisa mendapatkan barang dari brand-brand terkenal.
Ditambah dengan kemajuan teknologi, thrifting (belanja barang bekas) sekarang bisa dilakukan secara online. Coba, deh, cari di Instagram pakai keyword ‘thrift shop’, pasti ada banyak banget online shop yang jualan barang-barang bekas ini. Bisnis thrift shop yang dibarengi dengan strategi pemasaran yang oke memang bisa jadi sumber cuan. Tertarik memulai bisnisnya? Yuk, simak caranya!
Apa itu thrift shop?
Thrift shop adalah menjual barang-barang bekas (second hand) seperti pakaian, buku, dan perlengkapan rumah tangga. Meskipun bekas, tapi barang-barang yang dijual memiliki kualitas yang masih bagus bahkan ada yang seperti baru. Ada banyak barang bekas yang bisa dijual, tapi yang paling terkenal adalah pakaian karena mengikuti perubahan tren yang sangat cepat.
Kalau yang kamu jual barang-barang bekas kamu sendiri, namanya bukan thrift shop tapi preloved. Perbedaan paling mendasar antara thrift shop dan preloved adalah, kalau thrift shop, barang bekas yang kamu jual merupakan hasil beli dari supplier atau importir. Kalau preloved, itu barang bekasnya punya kita sendiri.
Tertarik memulai bisnis thrift shop sendiri? Berikut beberapa cara yang bisa kamu coba, simak yuk!
1. Tentukan target market dan produk yang akan dijual
Ada banyak produk thrift shop yang bisa kamu jual: bisa tas, jam tangan, barang elektronik, buku, pakaian, atau peralatan rumah tangga. Dari setiap produk, target market-nya bisa beda-beda. Misalnya, peralatan rumah tangga target marketnya lebih ke ibu rumah tangga atau anak kosan. Tapi, baju dan barang elektronik target marketnya beda lagi.
Karena itu, tentukan produk apa yang mau kamu jual. Fokus ini bisa memudahkan menentukan target market, membangun ciri khas toko, membuat konten, dan lainnya.
Misalnya, sekarang sedang tren orang yang suka pakaian ala Korea yang konsepnya simple, cute, dan warnanya pastel. Dari sini, kamu bisa menentukan konsep foto produk, feed Instagram, nama brand, packaging, dan konten pemasarannya.
2. Cari dan pilih supplier yang tepat
Selanjutnya adalah menemukan supplier yang tepat untuk memenuhi kebutuhan stok barang. Sebenarnya, kamu bisa mencari sendiri barang bekas yang akan kamu jual dengan thrifting, misalnya ke Pasar Cimol Gedebage Bandung, atau ke Pasar Senen Jakarta. Tentu butuh waktu yang lama untuk memilih satu persatu. Kamu juga bisa mendapatkan stok melalui supplier, bisa yang di dalam negeri atau dari luar negeri. Kalau baju bekas, biasanya dikirim dalam 1 karung besar.
Dalam memilih supplier, kamu perlu membandingkan antara supplier satu dengan lainnya. Karena biasanya, beda supplier beda harga, beda jumlah barang yang diperoleh, dan beda fasilitas juga.
3. Buat nama brand & logonya
Meskipun jualan barang bekas, tapi kamu bisa menambahkan label, stiker, atau thank you card dengan nama dan logo brand kamu. Selain untuk memperkenalkan brand kamu, ini juga bisa membuat pembeli merasa seperti beli baju baru.
Saat ini, baju dari thrift shop yang dijual kebanyakan sudah dicuci, disetrika atau diuap, dan dibungkus satu persatu.
4. Jaga kebersihan produk
Produk thrift shop memang memiliki kualitas yang masih bagus, tapi, biasanya produk tersebut dikirim dalam jumlah banyak dari luar negeri. Jadi, penting untuk menjaga kebersihan produknya. Misalnya, baju yang dikirim dalam karung besar, pasti bajunya kusut dan nggak tahu bersih atau nggak.
Karena itu, produknya harus dicuci atau diuap, dan disetrika terlebih dahulu sebelum dijual. Kenapa penting? Menjaga kebersihan produk, berarti menjaga kesehatan kamu sebagai penjual, menjaga kebersihan tempat penyimpanan, dan kalau bajunya sudah rapi lebih mudah dan menarik ketika foto produk.
5. Lakukan foto produk
Untuk memasarkan produk secara online, tentu kamu perlu foto produknya untuk diunggah di media sosial, e-commerce, atau marketplace.
“Ribet, nggak sih kak foto produk?”
Foto produk nggak harus di studio khusus foto, kok. Kamu bisa melakukannya di rumah aja dengan menggunakan HP. Yang penting adalah peletakan barang, pencahayaan, dan cara pengambilan gambarnya.
Contohnya seperti ini, produk baju digantungkan di tembok dengan menggunakan hanger. Tembok yang digunakan warnanya polos sehingga konsumen akan fokus ke produknya. Ada juga contoh penggunaan produk agar memberi bayangan ke konsumen seperti apa ketika produknya dipakai.
6. Tentukan harga jual produk
Agar bisnis berjalan dengan lancar, kamu perlu mengetahui cara menghitung harga jual dengan baik. Tentunya agar bisa memperoleh keuntungan. Kalau dijual terlalu murah, kamu nggak akan dapat keuntungan, tapi kalau dijual terlalu mahal, nanti barangnya nggak ada yang mau beli.
Jadi, menghitung harga jual harus disesuaikan dengan harga pasaran, kualitas barang, biaya operasional, modal, dan lainnya. Harga jual juga harus kamu sesuaikan dengan kualitas produk, jangan sampai kamu memberi harga terlalu mahal untuk kualitas produk yang kurang sesuai.