Sisters, kamu pernah dengar istilah rasio cepat atau quick ratio? Istilah ini adalah jenis rasio keuangan yang berguna untuk menilai posisi likuiditas sebuah perusahaan, bisnis, proyek, pusat laba, ataupun pusat investasi. Ciri khusus dari rasio ini dibandingkan dengan jenis rasio likuiditas lain adalah hanya memperhitungkan kas serta item setara kas untuk perhitungan dan interpretasi.
Agar aktivitas operasional bisnismu tetap lancar, perusahaanmu tentu perlu memastikan bahwa kondisi keuangannya mampu melunasi seluruh kewajiban tersebut. Salah satunya dengan menghitung jumlah aset yang dimiliki.
Nah, untuk mengetahui tingkat likuiditas atau kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, kamu bisa menggunakan rumus perhitungan rasio cepat atau quick ratio. Penggunaan rasio ini menawarkan penilaian likuiditas perusahaan dengan lebih akurat ketimbang perhitungan rasio lancar.
Dalam perhitungannya, rumus quick ratio sebenarnya sangat sederhana, yaitu:
(Aset Lancar – Stok atau Persediaan) : Kewajiban Lancar
Aset lancar adalah kas, piutang, uang muka, maupun jenis aktiva lancar lainnya. Sementara kewajiban lancar adalah utang, bunga, utang jangka pendek, kewajiban akrual, pajak lancar, dan sebagainya. Data terkait kewajiban lancar bisa ditemukan pada laporan keuangan. Agar bisa mendapatkan perhitungan yang akurat, pastikan untuk mengurangi aset lancar dengan persediaan sebelum membaginya dengan kewajiban lancar.
Contoh: sebuah perusahaan jumlah aset lancar adalah 290 juta. Sementara jumlah kewajiban lancarnya adalah 320 juta. Di tahun sebelumnya, rasio cepat perusahaan ini adalah 1.5 dengan rerata industri sebesar 1.6. Lalu, perhitungan rasio cepat dari perusahaan ini adalah sebagai berikut:
(Aset Lancar – Stok) : Kewajiban Lancar = (290 juta – 70 juta) : 320 juta = 0.69
Karena nilai rasio cepat perusahaan di bawah 1.0, artinya perusahaan tersebut tidak mampu menyelesaikan tanggungan lancar yang mungkin harus dibayar secepatnya. Dalam kata lain, perusahaan ini tengah berisiko menghadapi masalah likuiditas karena pengelolaan aset likuid dilakukan dengan buruk.
Lalu apa, sih, kelebihan dan kekurangan penggunaan rasio cepat ini?
Kelebihan:
- Mengetahui Nilai Aset Likuid secara Cepat
Tidak hanya cepat, perhitungan dari rasio ini juga bisa secara akurat digunakan untuk mengetahui jumlah aset yang paling likuid. Artinya, aset jenis ini bisa dicairkan menjadi dana tunai atau kas dalam waktu dan proses yang ringkas.
- Membantu Pihak Stakeholder Mengukur Likuiditas Perusahaan
Karena tidak memasukkan persediaan, rasio ini mampu menilai likuiditas perusahaan dengan lebih cepat. Pasalnya, sebelum bisa dijadikan sebagai dana tunai, perusahaan membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan untuk menjual seluruh persediaannya. Dengan dihilangkannya perhitungan persediaan ini, pihak investor, manajemen, maupun pemangku kepentingan lain dari perusahaan mampu mendapatkan informasi akurat terkait posisi likuiditasnya.
- Gampang Dipahami
Agar bisa memahami isi atau maksud dari rasio ini, kamu tidak harus ahli dalam bidang akuntansi maupun keuangan.
- Menjadi Ukuran KPI
KPI atau key performance indicator adalah alat yang berguna untuk menilai dan mengevaluasi kinerja karyawan di sebuah perusahaan. Berguna untuk membandingkan aset lancar dengan kewajiban lancar perusahaan serta ukuran hasilnya dalam persentase.
Kekurangan:
- Merupakan Indikator Keuangan
Rasio cepat menggunakan informasi finansial untuk menganalisis posisi likuiditas sebuah bisnis atau perusahaan. Informasi keuangan tersebut bisa dipengaruhi oleh pihak manajemen jika dikehendaki. Alasannya bisa dipengaruhi oleh keputusan akuntansi maupun informasi finansial fiktif.
- Memerlukan Data Lama untuk Memperkirakan Masa Depan
Rasio cepat mengukur apakah entitas mampu membayar kewajiban lancarnya menggunakan aset lancarnya saat ini. Perhitungan ini bisa saja tak membantu pengguna memperoleh tujuan secara lebih akurat.
- Nilai Rasio Tinggi Tak Selalu Berarti Bagus
Kekurangan ini bisa terjadi saat sebuah perusahaan memiliki nilai rasio cepat sebesar 1.5 di penghujung tahun. Meski terlihat bagus, ternyata perusahaan tersebut masih memiliki kewajiban membayar jumlah pinjaman dengan biaya tinggi pada bulan ke 13.
Melalui segi akuntansi, kredit 13 bulan tersebut dianggap sebagai tanggungan jangka panjang di penghujung tahun dan menjadi kewajiban lancar di tahun berikutnya. Sehingga, rasio tersebut bisa membuat perusahaan atau penggunanya mengambil langkah yang kurang tepat jika tidak memperhatikan hal ini.
Semoga bermanfaat, ya, Sisters!