Hai, perkenalkan namaku Nani Nurhasanah, ibu dari seorang putra berusia 6 tahun. Aku tinggal di Tasikmalaya, saat ini aktivitas sehari-hariku menemani anakku bermain dan belajar, mengelola komunitas ibu dan anak usia dini serta mengelola bisnis jasa di bidang pendidikan.
Dari dulu passion-ku di bidang pendidikan, walaupun aku tidak berkuliah di jurusan pendidikan. Setelah lulus kuliah aku langsung mengajar di sekolah inklusi di Bandung dari tahun 2009 hingga 2012. Kemudian di tahun 2012 aku menantang diriku mengikuti Program Indonesia Mengajar. Aku terpilih menjadi Pengajar Muda angkatan IV Indonesia Mengajar yang ditempatkan di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Aku bertugas di SDN Oi Marai, Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima selama setahun. Selesai bertugas, aku bergabung sebagai tim sosialisasi Kurikulum 2013 di Kota Surabaya. Di awal tahun 2014, aku bergabung sebagai Program Officer Indonesia Mengajar hingga awal tahun 2016.
Aku resign dari Indonesia Mengajar, saat akan melahirkan. Walaupun keputusan menjadi ibu penuh waktu adalah pilihanku, nyatanya tak semudah yang kubayangkan sebelumnya. Bersyukur sekali suamiku sangat mendukungku dan sabar menemaniku berproses, aku pun menemukan tempat belajar menjadi ibu tanpa melupakan jati diriku di Komunitas Ibu Profesional.
Di pertengahan 2019, aku menginisiasi Gerakan Binar, komunitas untuk ibu anak usia dini agar konsisten bermain, mengobservasi dan menstimulasi tumbuh kembangnya. Awalnya sebagai support system bagiku yang senang membuat kurikulum bermain anak tetapi kurang konsisten menjalankannya. Ternyata banyak ibu yang menyambut baik Gerakan Binar dan mempunyai misi yang sama denganku yaitu mengurangi anak bermain gawai dengan menghadirkan aktivitas bermain di rumah. Hingga saat ini sudah bergabung lebih dari 2000 ibu dalam Gerakan Binar dari mulai batch 1 hingga batch 10.
Berawal dari curhatan para ibu di kelas-kelas Ibu Profesional dan Gerakan Binar yang aku fasilitasi, ternyata banyak yang mengalami tantangan yang sama yaitu kesulitan mengajarkan anak belajar membaca, menulis dan berhitung (calistung). Seorang ibu bercerita bahwa dia mengalami traumatis saat kecil, karena dimasukan ke dalam bimbingan belajar membaca padahal usianya belum genap 5 tahun. Hasilnya memang dia bisa membaca, tetapi tak suka membaca. Ibu yang lain mengalami hal yang sama saat masa kecilnya, namun karena tuntutan sekolah ia pun mau tak mau memasukan anaknya ke bimbingan belajar membaca. Anaknya memang bisa membaca tetapi sering tak paham makna dari apa yang dibacanya. Sedih sekali ya :(
Mengamati hal tersebut, aku dan suamiku (yang sama-sama pernah mengajar kelas 1 SD dan menemani anak berproses belajar calistung), membuat kelas berbagi untuk orang tua tentang bagaimana mengajarkan calistung yang menyenangkan bagi anak. Ternyata banyak sekali orang tua yang tertarik, hingga kami menyelenggarakan 2x kelas berbagi di rumah kami. Saat itu masih tinggal di Pamulang Tangerang Selatan.
Namun pandemi melanda, kami tidak bisa menyelenggarakan kegiatan offline. Kalau tidak bisa offline, mengapa tidak membuka kelas online? Mengapa tidak ada biayanya supaya peserta mempunyai komitmen belajar? Aku dan suami mendiskusikan kurikulumnya. Aku berperan sebagai desain grafis, content creator, admin dan marketer (memanfaatkan jejaring para ibu) dan suami sebagai trainernya.
Di bulan Juni 2020 kami membuka batch pertama kelas Binar Calistung, dan ternyata banyak yang antusias mengikuti kelasnya. Hingga saat ini sudah lebih dari 350 orang tua dan guru yang menjadi peserta kelas Binar Calistung. Tercatat beberapa sekolah yang mengirimkan gurunya di kelas Binar Calistung, diantaranya Madina Islamic School Jakarta Selatan, Sekolah Alam Bintaro Tangerang Selatan, PGTK As Salam Bandung, RA Az Zahra Sukabumi dan sekolah lainnya.
Melihat domisili peserta, tersebar dari berbagai kota di Indonesia bahkan luar negeri. Ini membuatku semakin optimistis untuk mengembangkan kelas Binar Calistung. Kami berusaha melakukan inovasi berdasarkan evaluasi dan refleksi peserta. Bagiku Binar Calistung bukan hanya bisnis jasa, tetapi misi hidupku.
Aku menemukan enjoy, easy, earn dan excellent saat merancang dan membuat kelas Binar Calistung. Apalagi saat ini anakku juga sedang dalam proses belajar Calistung, sehingga aku bisa menerapkannya untuk anakku dan temuan-temuan menariknya bisa kubagikan kepada peserta di kelas. Karena yang dibutuhkan para orang tua bukan hanya teknik mengajarkan calistung, tetapi juga dukungan dan semangat dari orang tua lain.
Binar Calistung adalah pengalaman baru bagiku karena selama ini terbiasa di kegiatan kerelawanan dan komunitas nirlaba. Semoga bisa belajar scale up bisnis dalam program #sispreneur #w20indonesia dan mendapatkan pendampingan serta modal untuk mengembangkan Binar Calistung.
Rencana pengembangan Binar Calistung ke depannya :
Semua targetan tersebut tentu membutuhkan biaya, ilmu, mentor dan semangat berkarya. Aku berharap semua itu dapat terealisasikan melalui program #sispreneur #w20indonesia.