Hai Sisters!
Perkenalkan, namaku Nur Laila Safitri. Aku seorang ibu rumah tangga yang juga merangkap sebagai pemilik usaha kecil. Usahaku ini kuberi nama Nurry Choco. Ku ambil dari nama depan ku dan suami. Harapanku semoga usaha ini menjadi ladang rizki yang berkah bagi pernikahan kami.
Awal tahun 2015, aku mulai mengenal tentang dunia percokelatan. Aku pikir cokelat itu ya hanya berbentuk kotak, bulat atau payung saja. Tapi, setelah kutelusuri lewat Google, Youtube dan media sosial ternyata cokelat bisa dibentuk aneka karakter menarik lho. Aku jadi makin penasaran dan makin mendalami ilmu percokelatan ini. Mulai dari memilih bahan baku yang bagus, cara mengetim, cara mengemas hingga memasarkannya.
Meski aku masih berstatus sebagai karyawan di sebuah perusahaan swasta kala itu, aku mencoba mempromosikan cokelat hasil kreasiku secara online. Tak kusangka, banyak teman yang tertarik dan kemudian order pun berdatangan.
Melalui akun instagram @cokelatkudus (yang merujuk pada kota asalku), aku mulai menjual satu persatu hasil kreasi cokelat. Seperti cokelat praline ucapan yang sangat hits pada masanya. Cokelat praline ini menjadi inovasi baru dalam dunia cokelat karena bisa dipesan sebagai hadiah ulang tahun, anniversary, wisuda hingga pernikahan.
Pembeli pun datang dari semua kalangan baik remaja hingga dewasa. Dengan kemasan yang menarik tentu membuat setiap orang tergoda. Belum lagi service custom yang kami berikan, membuat pembeli bisa memesan cokelat dengan ucapan dan karakter sesuai permintaan mereka.
Akhir tahun 2016, aku memutuskan untuk resign dari pekerjaanku sebelumnya dan fokus berbisnis cokelat. Aku pun mulai bergabung dengan komunitas UMKM di kotaku serta aktif mengikuti kegiatan UMKM dari Dinas setempat seperti kegiatan pelatihan dan pameran UMKM di berbagai kota.
Saat itu, meski baju dinas ku hanya daster dan apron, tapi pendapatanku melebihi gajiku waktu masih bekerja di kantor. Benar-benar sangat bersyukur, apalagi aku juga dapat membantu sesama wanita dengan menjadikan mereka tim produksi di dapur cokelat milikku.
Meski banyak yang mencibir karena aku sarjana tapi hanya 'menganggur' di rumah. Tapi, aku tidak ambil pusing. Aku tetap semangat dan fokus memasarkan cokelatku. Beberapa media baik cetak, online maupun tv pernah meliput usahaku. Dari situ, orang-orang yang meremehkanku akhirnya tahu apa pekerjaanku sebenarnya.
Namun, di awal 2019 pesanan cokelat secara online mulai sepi. Mungkin karena banyaknya kompetitor dan harga di marketplace bersaing gila-gilaan. Aku dan suami lalu memilih jalur offline untuk menjual produk kami. Beruntungnya semua perijinan sudah kumiliki, seperti NIB, IUMK, PIRT dan juga Halal. Jadi, kami semakin mantap saat melakukan penawaran di toko retail ataupun pusat oleh-oleh.
Sepanjang tahun 2019, aku lalui dengan masuk dari toko satu ke toko lain. Aku memang menyasar bakery dan minimarket lokal sebagai target marketku. Produk yang kutawarkan yakni cokelat lolipop karakter yang hanya seharga dua ribuan saja. Benar-benar recehan bukan?
Meski recehan, kualitas cokelat buatanku tidak kalah dengan cokelat buatan pabrik lho. Aku selalu menggunakan bahan baku cokelat dengan kualitas yang bagus. Sehingga rasa manis dan pahitnya sangat pas di lidah semua orang, baik anak-anak hingga orang dewasa.
Walaupun harga yang kupatok cukup murah, tapi tidak semua toko mau menerima produk cokelat lolipopku. Alasannya bermacam-macam mulai dari harganya yang masih mahal lah, kurang disukai lah, sudah punya sales lah, dan sebagainya.
Awal-awal ditolak sempat down rasanya dan jadi males kalau mau mencoba masuk ke toko lain. Tapi, sekarang semua itu seolah jadi makanan sehari-hari. Ibarat pepatah "Hilang Satu Tumbuh Seribu". Aku selalu meyakinkan diriku sendiri kalau masih ada rejeki di tempat lain, dan rejeki tidak akan pernah tertukar. Alhasil ada 30an toko yang berhasil menjadi mitra bisnisku kala itu.
Tahun 2020, lagi-lagi usaha yang kurintis harus down karena pandemi corona. Banyak toko dan sekolah yang tutup membuat aku harus mengalami kerugian. Tingkat retur pun juga tinggi karena pemilik toko juga mengeluhkan sepi.
Saat ini, meski perekonomian negara sedikit demi sedikit mulai membaik tapi harga bahan baku di pasaran terus melambung. Membuat kami para pengusaha kecil benar-benar kewalahan.
Dan, tujuanku mengikuti #KompetisiModalPintar dari Sisternet ini adalah untuk mengembangkan usaha cokelat yang sudah kurintis sejak tahun 2015. Aku ingin mewujudkan mimpi memiliki rumah prooduksi dan outlet cokelat sendiri. Meskipun hanya di depan rumah ataupun di ruko yang sederhana. Aku ingin para pembeli melihat kreasi lain dari cokelatku, tidak hanya sebatas pesan di whatsapp lalu dikirim oleh kurir. Rasanya sedih kalau ada pembeli yang tanya "Ada tokonya nggak?" atau "Tokonya buka dari jam berapa sampai jam berapa?"
Selain itu, aku juga ingin berbagi rejeki dan ilmu kepada wanita-wanita (yang notabene nya ibu rumah tangga) di sekitar tempat tinggalku. Aku ingin mereka bergabung sebagai asisten produksi hingga resellerku. Aku ingin mereka juga mapan secara financial, tidak hanya mengandalkan gaji suami.
Meski usahaku ini terdengar recehan dan kaleng-kaleng, tapi jika dijalankan dengan usaha maksimal serta didukung strategi marketing profesional Insya Allah hasilnya bisa jutaan hingga miliaran.