Pernahkah Sister menyaksikan supir kontainer cabai yang kebut-kebutan di jalan? Atau pernah mendengar berita tentang kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh kemudi kontainer cabai dengan kecepatan terlalu tinggi? Ternyata alasan di balik kejadian itu bikin hati nangis, lho.
Dalam satu kesempatan, aku pernah menanyakan hal itu pada beberapa supir kontainer cabai. Tidak disangka, jawaban mereka sungguh bikin hati teriris.
Ternyata mereka nekat kebut-kebutan di jalan untuk menyelamatkan cabai yang mereka bawa agar tidak busuk. Karena kalau tidak, juragan mereka akan memberikan sanksi berupa potongan gaji hingga 50%. Bahkan ada yang sama sekali tidak digaji. Sadis banget ya, Sis. Mereka bertaruh nyawa dan bahkan membahayakan nyawa pengguna jalan lain karena ingin sampai tepat waktu sesuai target si juragan. Padahal di rumah, mereka sedang ditunggu oleh anak dan istrinya.
Sebenarnya solusi untuk masalah ini telah ada, yaitu dengan menggunakan cold storage ketika pengiriman. Namun, karena harganya yang relatif mahal, banyak juragan cabai enggan menggunakan karena dinggap meningkatkan biaya operasional. Peningkatan biaya operasional ini tentu saja akan berdampak pada melambungnya harga cabai di kota-kota besar. Karena itulah, para supir kontainer cabai harus mengejar waktu 2 sampai 3 jam lebih cepat dari waktu yang seharusnya demi menyelamatkan cabai yang mereka bawa.
Mendengar curahan hati para supir kontainer cabai, aku mengajak temanku yang seorang chemist untuk menciptakan inovasi yang dapat menjadi solusi masalah ini. Melalui diskusi yang panjang dan percobaan yang melelahkan selama berbulan-bulan, terciptalah St-Fresh Chitosan Edible Coating, sebuah pelapis alami yang dapat melindungi dan memperpanjang masa simpan produk pertanian. St-Fresh Chitosan Edible Coating ini terbuat dari limbah kulit udang yang berasal daru Unit Pengolahan Ikan di Kabupaten Probolinggo. Bahan pendukung yang digunakan juga mudah didapatkan yaitu aloe vera. Inovasi ini telah diuji coba pada produk cabai dan terbukti dapat memperpanjang masa simpan cabai hingga 10 hari di suhu ruang. Tidak menutup kemungkinan, dengan komposisi yang masih terus dikembangkan, masa simpan cabai akan lebih dari 10 hari dengan St-Fresh Chitosan Edible Coating.
St-Fresh Chitosan Edible Coating yang berusia genap 1 tahun pada Desember 2021 lalu, memberdayakan Kelompok Wanita Tani SRIKANDI sebagai tim produksi yang kemudian didistribusikan kepada petani serta pengepul produk pertanian yang ada di lingkungan Kabupaten Probolinggo. Saat ini, pemasaran St-Fresh Chitosan Edible Coating terbatas pada kalangan sendiri karena belum memiliki izin edar dari BPOM. Namun demikian, St-Fresh Chitosan Edible Coating telah melalui berbagai uji laboratorium dan dinyatakan aman untuk digunakan.
Cara menggunakan St-Fresh Chitosan Edible Coating terbilang sangat mudah. Hanya dengan menyemprotkan secara merata atau bisa juga dengan merendam seluruh permukaan buah dan sayur yang akan dilapisi St-Fresh Chitosan Edible Coating. Mekanisme kerja St-Fresh Chitosan Edible Coating adalah dengan menghambat pertumbuhan mikroba pada permukaan buah atau sayur sehingga menunda terjadinya oksidasi dan proses pematangan. Penggunaan St-Fresh Chitosan Edible Coating tidak mengubah komposisi ataupun rasa, jadi tidak perlu khawatir akan mutu dari buah dan sayur.
Inovasi St-Fresh Chitosan Edible Coating ini juga dapat menjadi pengganti pelapis lilin yang selama ini beredar di pasaran. Karena dalam jangka panjang, pelapis lilin dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Oleh karena itu, satu solusi untuk mendapatkan produk pertanian yang sehat dan lebih tahan lama adalah dengan St-Fresh Chitosan Edible Coating. Stay fresh with St-Fresh Chitosan Edible Coating.
Dengan mengikuti Kompetisi Modal Pintar Tahun 2022 ini, aku berharap dapat mengembangkan produk yang lebih baik dan menjangkau pasar yang lebih luas. Melalui kelas-kelas inkubasi yang diadakan, aku ingin mendapatkan ilmu bisnis agar lebih siap menghadapi dan menaklukkan tantangan. Dalam tiga tahun ke depan, aku yakin St-Fresh Chitosan Edible Coating akan lebih dikenal masyarakat luas dan terdistribusi merata ke seluruh Indonesia.