Hai Sisters!
Pernah dengar istilah "Tak kenal maka tak sayang"? Nah, karena aku ingin disayang Sisters di Sisternet, yuk kita berkenalan dulu. Perkenalkan, namaku Theresia Laras Wigunani. Supaya lebih akrab, aku biasa dipanggil Laras.
Saat ini aku adalah seorang full timer Ibu Rumah Tangga dengan 2 orang anak. Di sela kesibukanku mengurus kedua anakku, aku juga seorang Womanpreneur. Tidak hanya itu, aku juga mengajar sebagai Dosen Luar Biasa mata kuliah Akuntansi di salah satu universitas swasta di Surabaya. Oiya, sebelum menjadi full timer Ibu Rumah Tangga, aku adalah seorang Ibu Bekerja. Mulai tahun 2009, aku bekerja sebagai Auditor di salah satu Kantor Akuntan Publik Big 4. Tetapi karena anak-anak sudah mulai besar dan mereka membutuhkan peran ibu yang harus ada di samping mereka, akhirnya aku merelakan karir yang sudah 10 tahun aku jalani. Pada tahun 2019 aku officially resign dari pekerjaanku dan menjadi full timer Ibu Rumah Tangga. Sebelum resign aku mulai memikirkan, “Apa yang akan aku kerjakan jika suatu saat nanti aku resign?”. Aku terbiasa bekerja, bahkan sebelum lulus kuliah pun aku sudah bekerja magang. Aku berpikir apakah aku bisa hanya mengurus anak-anak saja di rumah? Padahal keseharianku terbiasa bekerja, otak selalu berputar untuk menghadapi deadline pekerjaan yang ketat. Akhirnya aku memutuskan jika saat resign, aku tetap harus berusaha menghasilkan sesuatu sembari mengurus anak-anakku.
Saat itu aku mencari beberapa peluang usaha yang bisa aku kerjakan bersama suamiku. Aku memperhatikan suamiku sangat suka sekali minum kopi. Ya, dia pecinta kopi. Dia mengerti tentang kopi, dia bisa tahu mana kopi yang enak dan yang tidak enak. Bisa dibilang, dia punya selera saat minum kopi. Aku berpikir, mengapa kita tidak buat coffee shop saja? Daripada hanya konsumtif minum kopi, mengapa hobi ini tidak menjadi suatu usaha yang akan menjadi ladang rezeki bagi kami nantinya? Gaya hidup nongkrong atau hang out di Indonesia sudah ada dari jaman dulu, salah satu poin tambahan untuk meng-create bisnis ini. Saat itu coffee shop belum menjamur seperti sekarang. Akhirnya aku meminta suamiku untuk belajar mengulik dan mengolah kopi secara profesional supaya lebih mengerti seluk beluk tentang kopi. Mengapa bukan aku? Saat itu aku masih bekerja sebagai Auditor, tidak semudah itu untuk izin cuti dalam waktu yang lama. Aku lebih fokus belajar manajemen coffee shop, beserta detail keuangan dan alur bisnisnya.
Suamiku mendalami per-kopi-an selama 7 bulan. Kami mempelajari proses bisnis coffee shop dan juga meng-create menu kopi sendiri. Setelah mematangkan konsep, kami memutuskan untuk memulai dengan menyewa sebuah ruko lawas dan kecil. Coffee shop mungil ini kami beri nama NAMU KOPI, yang berlokasi di Jl. Nginden Semolo. NAMU mulai beroperasional di Juli 2019. Saat itu aku masih sebagai ibu bekerja, jadi hanya bisa controlling ke NAMU saat weekend. Suamiku yang mem-back up untuk daily routine-nya.Target pasar kami adalah mahasiswa kampus area Nginden Semolo. Meskipun mungil, namun menu NAMU cukup kompleks, mulai dari menu standar seperti espresso, latte, cappucino, affogato, americano, hingga manual brew V60. Semua biji kopi yang di-brew di NAMU adalah kopi arabika pilihan dari berbagai daerah di Indonesia. Kami memilih jenis kopi arabika, karena arabika memiliki tingkat keasaman dan kandungan kafein yang lebih rendah daripada jenis kopi lainnya, sehingga arabika lebih sehat dan ramah untuk lambung para pecinta kopi. Biji kopi yang digunakan NAMU berkolaborasi dengan roastery lokal, baik untuk espresso maupun single origin. Harapan kami agar dapat memberikan social impact pada industri kopi lokal, terutama petani kopi.
Semua berjalan lancar, ya meskipun persaingan dunia coffee shop mulai ketat. Saat memulai bisnis ini, aku menyadari bisnis ini akan menjadi pasar persaingan sempurna. Pengusaha kopi akan bebas keluar masuk pasar. Apalagi di era digital ini, dimana semua informasi tentang supplier dan supply chain sangat mudah didapatkan. Tapi ini tidak menyurutkan niatku untuk mengembangkan NAMU, karena aku dan suamiku adalah pecinta kopi.
Pada akhir 2019, akhirnya tibalah saatnya aku untuk resign dari pekerjaanku sebagai Auditor. Aktifitasku sehari-hari berubah, dari career woman, menjadi Ibu Rumah Tangga dan Womanpreneur. Dari yang biasanya meeting dan auditing client, menjadi mengurus anak-anak, rumah tangga, dan juga coffee shop-ku. Saat itu aku benar-benar mulai memegang NAMU sendiri. Pada Maret 2020, pandemi Covid-19 mulai mewabah di Indonesia. Hal ini mempengaruhi segala aktifitas dan usahaku, termasuk NAMU. Tantangan berat pun menghampiri bisnisku. Perkantoran, sekolah, kampus semua harus dilakukan secara online. Area Nginden Semolo menjadi mati. Banyak mahasiswa yang kost memutuskan pulang kampung, karena mereka bisa kuliah secara online. Saat itu aku menyadari, prioritas utama bukan lagi mengejar rezeki materi, tapi memastikan kesehatan keluargaku termasuk pegawaiku. Jadi, saat Pemerintah Kota mengumumkan PPKM yang mengharuskan cafe, coffee shop, restoran tutup, NAMU mengikuti peraturan itu dengan taat. Rezeki bisa dicari nanti, yang penting semua tetap sehat. Aku pun memutuskan menutup store NAMU untuk sementara waktu selama 4 bulan sampai situasi dan kondisi mereda dan lebih aman. Aku memanfaatkan waktu off tersebut untuk hal yang positif. Selain mendekatkan diri dengan keluarga, aku juga meng-explore lebih dalam hobby memasakku. Aku mencoba aneka resep makanan yang nantinya akan dijadikan menu makanan di NAMU.
Pandemi masih terus berjalan, namun kehidupan pun juga harus tetap berjalan. Dengan menjalankan protokol kesehatan dan tetap mengikuti Peraturan Pemerintah Kota saat itu, aku memberanikan diri untuk membuka kembali store NAMU tepat di bulan Agustus 2020. Meskipun pendapatan menurun, NAMU tetap konsisten buka. Aku menyadari sekarang aku adalah entrepreneur, sudah pasti ada resiko bisnis yang harus aku hadapi, termasuk pandemi ini. Aku mengevaluasi lagi konsep 5P (product, price, place, promotion, people) NAMU.
Tak terasa tahun 2020 segera berakhir. Situasi pandemi sedikit lebih baik, akan tetapi area Nginden Semolo masih tetap sepi akibat tutupnya kampus dan sekolah di sekitar NAMU. Banyak kost yang kosong ditinggal penghuninya. Melalui pemikiran dan pertimbangan yang matang bersama suami, aku memutuskan untuk moving for good for NAMU. Aku memindahkah NAMU ke lokasi yang baru dengan harapan yang baru di tahun 2021. Setelah melalui segala persiapan dan penataannya, tepat di bulan Maret 2021 NAMU yang baru pun lahir dengan lebih fresh dan konsep yang berbeda. Market baru dan menu yang lebih bervariasi bagi loyal customer maupun new customer. Nama NAMU KOPI berubah menjadi NAMU COFFEE HOUSE. NAMU yang awalnya bermakna bertamu dalam bahasa Jawa, berubah menjadi NAMU yang dalam bahasa Korea berarti pohon. Aku berharap bisnisku ini bisa selalu tumbuh berkembang seperti pohon.
Saat menjalani bisnis ini, aku sadar trend coffee shop saat ini adalah tempat dan suasana yang instagramable dan tampilan menu makanan & minuman yang estetik. Banyak orang yang tidak terlalu mempedulikan kualitas kopi yang mereka minum. Oleh karena itu, aku melakukan beberapa strategi marketing seperti melakukan foto produk dengan profesional dan berkolaborasi dengan beberapa influencer Surabaya untuk meningkatkan awareness pada NAMU.
Tujuanku mengikuti #ModalPintar Sisternet ini adalah untuk mendalami manajemen bisnis dari pakar atau founder bisnis yang lebih berpengalaman. Selain itu juga untuk meningkatkan variasi dan kualitas menu NAMU di tahun 2022 serta untuk menjalin kerjasama dengan komunitas lainnya. Aku ingin membuat NAMU menjadi lebih cozy sebagai community space dan menambah menu yang lebih bervariasi dan sehat untuk customer, agar bisa mendapatkan market yang lebih luas lagi.
Seperti kata pepatah: HEALTH is WEALTH. Aku ingin menjadikan NAMU sebagai community space yang tidak hanya fokus pada gaining profit saja, tetapi juga peduli pada healthy lifestyle awareness.
Menjadi sebuah tempat yang tidak hanya menjadi ladang rezeki bagiku, namun juga memberikan dampak positif bagi NAMU team, customer, komunitas, dan lingkungan sekitarnya. Untuk menjadi sebuah bisnis yang think globally and act locally, aku mulai dari diriku, lingkungan terdekatku, dan tentunya bisnisku.