Bebas finansial di usia 35 tahun
Itu kalimat yang saya baca pada buku agenda kerja lama, saat itu saya sedang melakukan deep cleaning rumah dan menemukan kembali agenda kerja usang tersebut.
Kembali membacanya setelah 10 tahun lebih ditulis membuat hati saya hangat, "Halu juga ya mimpi gue dulu usia 20an", saya membatin dalam hati. Hati boleh hangat, namun otak saya justru panas setelahnya, tidak bisa tidur semalaman memikirkan catatan tersebut.
Pergulatan batin yang akhirnya terjawab di masa pandemi, masa di mana kita diam di rumah agar tetap aman. Untuk saya, pandemi dan diam di rumah menjadikan ajang untuk refleksi diri dan rekoneksi dengan suami.
Bekerja dari Depok ke Jakarta Selatan, Suami bahkan seperti supir AKAP di mana ia mengendarai motor dari Depok-BSD. Setiap hari. 5 jam waktu kami habis di jalan!
Pandemi mengubah cara kita berfikir, saya tidak lagi melihat bekerja di segitiga emas kuningan ataupun lunch meeting di kawasan SCBD sebagai sesuatu yang keren dan mewah. Tidak, orang yang kita kenal kehilangan orang yang mereka sayang, memiliki waktu sebanyak dan sefleksibel mungkin dengan orang tersayang, itulah kemewahan.
Memulai usaha di rumah adalah sebuah langkah yang kami putuskan bersama. Namun usaha apa ya?
Saya meyakini bahwa usaha harus dimulai dari hati. Tentu, ada riset pasar, ada hitung-hitungan #ModalPintar, dan juga melihat apa yang sedang digandrungi oleh netizen akhir-akhir ini. Namun semua itu, tetap kembali ke hati.
"Aku tidak akan membuat sesuatu yang tidak aku yakini sepenuh hati." ucapku.
Dengan mengucap Bismillah dan membongkar garasi, lahirlah Pawon Eneng, mungkin lebih tepatnya, terlahir kembali.
Pawon Eneng merupakan sebuah nama brand yang saya dan tante saya ciptakan untuk berjualan kue kering khas lebaran dan catering.
Pawon Eneng Cookies & Catering, nama awalnya.
Memohon izin dan keridhoan tante saya, saya mengubah nama Pawon Eneng Cookies & Catering menjadi Pawon Eneng Nasi Bakar & Hidangan Rumahan.
Apa yang kami jual?
Sederhana, saya dan suami memikirkan konsep hidangan rumahan apa yang rasanya nikmat namun memiliki harga yang murah dan tidak membutuhkan waktu lama dalam preparasinya.
Nasi Bakar menjadi jawaban, sebuah hidangan dengan rasa nasi gurih yang memikat, berpadu dengan teri crispy dan memiliki berbagai topping yang disajikan sesuai pilihan pelanggan. Dibakar mendadak ketika dipesan, harumnya daun pisang ketika bersentuhan dengan panggangan menciptakan sensasi makan khas kampung halaman yang pastinya dirindukan masyakarat Ibukota.
Kami memulai dengan sistem PO, karena di awal pembuatannya kami menggunakan cara praktis yaitu memasak nasi menggunakan Rice Cooker. Meskipun cepat dan praktis, nasi gurih kami tidak bertahan lama dan mudah berlendir dengan metode ini. Ternyata cara cepat belum tentu yang terbaik.
Dari kegagalan ini banyak stok kami yang terbuang, kami sempat tutup cukup lama. Prinsipnya, jika kami ingin melakukan sesuatu, maka lakukan dengan benar dan tepat.
Pawon Eneng adalah hidangan rumahan dan hidangan rumahan sudah selayaknya menggunakan tata cara kampung halaman. Slow cooking adalah jawabannya! Memang, prosesnya lama, but hey "Nothing worth achieving comes easy, right?". Proses yang sekarang membuat kami lebih percaya diri dan membuka bisnis ke lebih banyak pelanggan.
Saya mendaftarkan Pawon Eneng ke aplikasi Ojek Online, saya membuka toko di ecommerce, saya bahkan memberanikan diri untuk jasa hantaran dan hampers di akhir tahun 2021 lalu dan responnya luar biasa! Saya ingat hari di mana kami hanya mendapat 4 order seharian penuh dan kini kami bahkan sampai tidak bisa duduk karena notifikasi orderan yang tidak berhenti.
Komitmen kami membesarkan Pawon Eneng sangatlah besar, suami saya, luar biasa saya rasakan dukungannya terhadap ide-ide saya. Dia adalah supporter utama saya, setelah setahun lebih kami berjualan, kini ia dengan mantap membantu saya sepenuhnya. Meninggalkan meja kantornya yang nyaman dan memilih 'bau asap' bersama-sama saya.
Pawon Eneng masih berkembang, meskipun secara keuntungan belum besar, kami kini memiliki dua orang helper yang membantu keseharian di dapur. Ibarat bayi, Pawon Eneng masih merangkak dan kini mulai belajar berjalan.
Dan bayi yang baru belajar berjalan butuh banyak pengawasan dan tentu saja perhatian.