Hi Sisters!
Perkenalkan, aku Yulfa. Aku adalah seorang pelaku usaha yang berasal dari Kota Bekasi dan juga seorang istri. Satu tahun lalu aku baru saja menikah, aku memilih untuk menjadi ibu rumah tangga dan memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan. Tentu saja beberapa bulan setelah menikah dan berhenti bekerja aku merasa antusias karena tidak lagi merasa terbebani oleh pekerjaan. Namun, karena aku sudah terbiasa dengan kegiatan yang cukup padat aku mulai merasa hari-hariku kosong dan hanya diisi oleh pekerjaan rumah saja.
Usaha ini bermula pada akhir tahun 2020, saat itu suamiku membawa pulang cemilan yang ia beli dari teman kantornya dan sangat membuat aku merasa ingin terus memakannya. Akhirnya aku dan suami memutuskan untuk bekerjasama dengan temannya untuk memasarkan produk keripik lumpia yang diproduksi oleh temannya tersebut. Bisa dibilang awalnya usaha kami ini dimulai dengan menjadi reseller produk orang lain.
Beberapa bulan setelah kami menjadi reseller, pesanan semakin lama semakin meningkat. Produsen kami pun membatasi kapasitas produksi per-harinya. Sampai pada saat produsen kami (teman kantor suami) harus dipindahtugaskan ke daerah Banten dan membuat kami harus belajar untuk memproduksi keripik lumpia sendiri agar usaha ini terus berjalan. Aku pun belajar untuk memproduksi keripik lumpia sendiri, dari awalnya cukup memakan waktu lumayan lama untuk memproduksi hingga menjadi terbiasa dan bisa meningkatkan kapasitas produksi bahkan melebihi kapasitas produksi produsen lama kami.
Setelah memproduksi sendiri, kami pun memperluas pasar dengan memperbanyak reseller, meningkatkan penjualan secara online dan offline. Namun saat itu suami masih bekerja sehingga waktu yang dibutuhkan untuk memperluas pasar ini sangat terbatas, karena waktu yang bisa dipakai untuk mengirim produk ke reseller-reseller hanya di weekend. Setelah berdiskusi panjang, aku dan suami memutuskan untuk serius menjalani usaha ini dan suami memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya. Namun keputusan tersebut tidak luput dari restu kedua orangtua kami, kami sampai mendatangi kedua orangtua suami di Makassar. Setelah mendapat restu dari kedua orangtua, kami pun lebih bersemangat lagi untuk terus memperluas pasar dengan mensuplai produk kami ke beberapa tempat, seperti kedai, cafe, kantin, hingga restoran yang ada di sekitar wilayah Jakarta dan Bekasi.
Semakin banyak reseller yang bergabung, kami merasa usaha kami sudah semakin berkembang. Sehingga kami berpikir untuk mengurus legalitas produk kami. Kami mulai membuat legalitas NIB (Nomor Induk Berusaha), mendaftarkan produk kami ke Dinas Kesehatan untuk mendapatkan nomor Izin Edar SPP-IRT (Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga), mendaftarkan Merek Dagang, dan kami juga berencana untuk membuat sertifikasi halal setelahnya.
Pada bulan Juli 2021, aku mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan dari Dinas Kesehatan setempat sebagai syarat untuk mengajukan izin edar SPP-IRT. Aku belajar sangat banyak dari penyuluhan tersebut, dimulai dari bagaimana cara menjaga agar ruangan produksi tetap higienis hingga bahan-bahan alami apa saja yang dapat bermanfaat menjadi pengawet makanan. Pengajuan pendaftaran SPP-IRT kami terkendala selama lima bulan, dikarenakan sistemasi yang masih dalam tahap pengembangan oleh pemerintah, namun di bulan Desember ini kami sudah mendapatkan nomor izin edar SPP-IRT dan sudah disurvey oleh tim dari Dinas Kesehatan.
Tentu saja kami tidak berhenti sampai disini, setelah mendapatkan Izin Edar P-IRT kami juga mendaftarkan Merek Dagang dan melaksanakan proses sertifikasi halal. Pada awal Desember kami mengajukan pendaftaran sertifikasi halal, dan pertengahan Desember kemarin kami juga sudah melaksanakan tahapan audit. Kami pikir proses sertifikasi halal ini cukup memakan waktu panjang, karena estimasi dari LPPOM MUI adalah tujuh puluh lima hari atau sekitar tiga bulan lebih. Namun kami sangat bersyukur karena proses kami diberikan kelancaran dan pada akhir Desember telah dilaksanakan sidang Fatwa untuk produk kami dan Surat Ketetapan Halal dari LPPOM MUI sudah terbit.
Setelah mendapatkan legalitas produk, kami terus meluaskan pasar dengan mentargetkan ke toko kue dan cemilan grosiran. Kami mencoba untuk mengemas snack kami dalam kemasan bal atau per 3 kg. Namun untuk saat ini kapasitas produksi kami baru mencapai 6 - 7 kg per hari, dimana kami hanya bisa menghasilkan 2 bal per harinya. Sedangkan jika kami ingin memasarkan ke toko grosir, kami harus siap dengan pesanan puluhan atau bahkan ratusan bal untuk jangka panjangnya. Maka dari itu kami perlu meningkatkan kapasitas produksi kami, dimana kami harus menambah peralatan produksi dan juga penambahan karyawan. Karena saat ini sudah ada permintaan dari toko grosir dan kami juga sudah mendatangi beberapa toko grosir yang menjual secara massive.
Saat mengikuti Festival Webinar Pintar 2021 dari Sisternet kemarin, aku mendapat info kalau akan diadakan #KompetisiModalPintar Sisternet 2022 #BeraniNaikKelas ini, maka dari itu aku sangat antusias untuk mengikuti kompetisi ini agar bisa meraih modal yang saat ini sedang dibutuhkan untuk usaha kami. Selain menambah peralatan dan jumlah karyawan, kami juga ingin level up usaha kami dengan memasarkan keripik lumpia ini ke gerai minimarket dan supermarket, karena peluangnya sangat besar dimana saat ini belum ada keripik lumpia yang dijual disana. Kami juga ingin sekali memiliki tempat produksi sendiri yang terpisah dari dapur pribadi, namun tentunya ada tahapannya dan kami akan ke arah sana secara perlahan namun pasti.
Aku ingin usaha keripik lumpia ini menjadi semakin besar, dapat membuka lapangan pekerjaan dan menjadi sumber penghasilan aku dan suami. Karena faktanya, masih banyak yang belum menyadari bahwa usaha kecil bisa mengubah hidupmu menjadi lebih berkah dan bisa berkembang menjadi besar asalkan kita tekun menjalaninya!