Hai Sisters! Cara menentukan harga jual bagi para pemilik bisnis sangatlah krusial. Apalagi dalam strategi harga produk online, diperlukan beberapa perhitungan yang berbeda dengan offline.
Hal itu dikarenakan penentuan harga jual akan berpengaruh pada hampir setiap aspek bisnismu. Misalnya, kas masuk dan keluar, keuntungan, operasional, dan lain-lain.
Nah, jika kamu memiliki toko online atau baru terjun ke dunia toko online, maka kamu berada di artikel yang tepat.
Di sini kamu akan belajar cara menentukan harga jual online dengan beberapa strategi jitu agar cuan lebih maksimal. Mari disimak baik-baik yuk, Sisters!
Margin pricing adalah rumus untuk menentukan seberapa besar persentase profit tiap produk.
Dengan menghitung margin pricing, kamu dapat mengukur:
Sebelum menghitung margin pricing, kamu biasanya sudah mengetahui berapa harga jual yang diinginkan. Jadi, kamu dapat membandingkan harga jual dengan kompetitor.
Tujuannya, agar harga yang kamu tawarkan ke konsumen dapat bersaing dan tidak merugi.
Rumus:
Margin = (Harga Jual – Harga Modal) Harga Jual |
Contoh:
Kamu menjual kopi kekinian dengan harga Rp55.000 per botol. Sedangkan, modal yang kamu keluarkan adalah Rp32.000 per botol. Sehingga, perhitungannya adalah:
Margin = (Rp55.000 – Rp30.000) = 0,45 atau 45% Rp55.000 |
Jadi, kamu mendapatkan keuntungan 45% dari setiap botol yang kamu jual. Nah, persentase tersebut masih berada dalam batas wajar.
Apalagi jika usaha kopi kekinianmu masih baru dirintis dan sedang membangun komunitas konsumen yang loyal. Karena biasanya, batas wajar profit yang ideal adalah 50% dari harga modal.
Markup Pricing adalah rumus untuk menentukan harga jual dengan menambahkan persentase profit yang diinginkan.
Teknik sederhana ini paling sering digunakan oleh pelaku bisnis dalam menentukan harga jual suatu produk. Misalnya, produsen barang atau layanan sendiri, reseller, dropshipper, jastip, dan lain-lain.
Caranya dengan menambahkan beberapa persen keuntungan dari harga modal.
Rumus:
Harga Jual = Modal + (Modal x Persen Profit) |
Contoh:
Ketika kamu mengeluarkan modal sebesar Rp30.000 untuk setiap botol kopi kekinian dan kamu ingin mendapatkan laba sebesar 50%. Berapa harga jual yang harus ditetapkan?
Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Harga Jual = Rp30.000 + (Rp30.000 x 50%) = Rp45.000 |
Jadi, untuk mendapatkan keuntungan 50%, kamu harus menjual Rp45.000 per botolnya.
Metode keystone pricing hampir sama dengan Markup Pricing. Bedanya, keystone pricing adalah cara menentukan harga jual dengan profit 100% alias dua kali lipat dari harga modal!
Teknik ini dinilai sudah kuno karena zaman dulu ketika belum ada komputer atau kalkulator canggih yang bisa menghitung dalam skala besar.
Jadi, penetapan harga dihitung dua kali lipat dari harga grosir digunakan para pengecer untuk menutupi biaya tetap, biaya variabel, biaya operasional, dan lain-lain.
Rumus:
Harga Jual = Modal x 2 |
Contoh:
Jenis produk yang menggunakan Keystone Pricing biasanya tidak habis pakai, tapi memiliki umur trend. Misalnya pakaian, sepatu, dan lain-lain, yang trend-nya selalu berubah.
Metode ini juga banyak digunakan untuk produk-produk yang masuk ke departemen store dalam skala besar. Tujuannya, untuk menutup biaya operasional stock opname yang juga besar.
MRSP atau Manufactured Retail Price adalah harga yang direkomendasikan oleh produsen.
Caranya, menetapkan harga tertentu untuk suatu produk, jadi para penjual tangan kedua dapat memasang harga yang tidak terlalu jauh.
Tujuannya, agar adanya kestabilan harga pasar, menghindari pemasangan harga yang terlalu tinggi oleh pengecer, dan pembeli juga mendapatkan harga wajar.
Biasanya cara menentukan harga jual seperti ini digunakan oleh retail yang melakukan produksi skala besar. Misalnya, merek kendaraan bermotor, obat-obatan, make-up, dll.
Bagimu penjual tangan kedua atau pengecer, kamu dapat mengkombinasikan MRSP ini dengan metode Margin Pricing atau Markup Pricing sebagai harga modal.
VBP atau Value Based Pricing adalah cara menentukan harga jual untuk produk berdasarkan nilai yang didapat konsumen. Jadi, nilai produk sepadan dengan harga yang dibayarkan konsumen.
Biasanya, metode ini digunakan untuk produk yang memiliki:
Cara menentukan harga jualnya adalah dengan melakukan survey atau riset pasar terkait, seberapa besar peminat produk tersebut? Dan seberapa mahal orang berani membayar produk tersebut?
Contoh penggunaan Value Based Pricing seperti, sneakers edisi tertentu, tas branded yang sudah discontinue atau tidak diproduksi ulang, dan lain-lain.
Strategi yang sangat sering digunakan ini dapat meningkatkan volume penjualan, lho.
Caranya, dengan menggabungkan beberapa produk dengan harga jual lebih tinggi, tapi jika di breakdown biaya satuannya cenderung lebih rendah.
Misalnya, kamu menjual satu botol kopi kekinian dengan harga Rp30.000, tapi Anda juga membuat paket Rp55.000 untuk dua botol.
Nah, kira-kira seperti itulah yang kamu lakukan saat menjual dengan harga grosir atau bundling.
Di satu sisi, total profit memang tidak sebesar penjualan satuan. Namun, kuantitas produk yang kamu jual meningkat.
Selain itu, sistem ini sangat menggiurkan bagi konsumen. Jika konsumen puas dan menjadi pelanggan loyal, maka total keuntunganmu pun tidak akan selisih jauh dengan penjualan satuan.
Sistem ini juga sangat fleksibel, kamu bisa menggabungkan beberapa produk yang sejenis atau berkaitan.
Nah, Sisters, sampai di sini, kamu telah mengetahui enam strategi menentukan harga jual, yaitu margin pricing, markup pricing, keystone pricing, MRSP, VBP, dan grosir.
Untuk menemukan metode yang pas, kamudapat menguji coba dan melakukan trial error.
Jangan lupa juga, dengan biaya variabel, margin profit, dan biaya tetap, ya. Ketiga hal tersebut sangat penting untuk menentukan strategi mana yang akan kamu gunakan.
Nah, untuk menekan biaya tetap, kamu dapat mengakalinya dengan go online. Dengan begitu, kamu dapat memangkas sebagian besar pengeluaran bisnis offline dan menetapkan harga jual online lebih maksimal.
Sumber artikel: niagahoster.co.id