Hai Sisters!
Kenalin namaku Angga. Bersosialisasi, bekerja, dan bermanfaat untuk orang lain menjadi salah satu mimpiku. Mengawali karir sebagai seorang penyiar radio di Surabaya, lalu bekerja sebagai CSR dan Agronomist di Klaten membawaku bertemu dengan banyak orang dan tentunya bermanfaat buat mereka.
Januari 2019, berawal dari kegelisahanku menyumbang sisa konsumsi/sampah yang cukup banyak untuk bumi, terutama hidup dengan dua anak yang hobi minum dan bermain dengan sedotan plastik. Aku pun beralih menggunakan sedotan bambu yang lebih ramah lingkungan dan sedotan stainless yang bisa dipakai berulang. Tak disangka, apa yang aku gunakan menuai respon positif orang-orang sekitarku. Akhirnya aku memutuskan membuat toko online kecil di sela kesibukanku bekerja kantoran. Kenalkan storeku bernama @kakkas.eco (awal bernama @kakkasproject.id). Kakkas berasal dari singkatan nama kedua anakku, Khurin 'Aini Kaitsurayya dan Karim Asy-Syakiir dengan harapan bisnis ini kelak menjadi green bussiness yang bisa diwariskan pada mereka.
Gayung bersambut, banyak teman dan keluarga yang tertarik dengan apa yang aku jual. April 2019, aku berjumpa dengan satu Komunitas, dimana kami sama-sama belajar meminimalkan sampah. Bergabung bersama mereka, makin menguatkan langkahku untuk berkontribusi menjaga bumi melalui produk-produk alam dan ramah lingkungan.
Menjalani profesi baru tanpa meninggalkan profesi sebagai pekerja kantoran di sebuah corporate, bagi banyak orang, rasanya tidak mudah. Apalagi profesi utama sebagai seorang istri dan Ibu, sebagai madrasah pertama untuk anak-anak tentu menjadi kewajiban yang tidak boleh dilupakan.
Memiliki anak-anak yang super aktif dan berjiwa eksplorasi tinggi, membuatku sempat terlintas untuk berhenti bekerja dan fokus mengembangkan potensi mereka. Alhamdulillah makin hari, produk yang aku jual makin banyak dan pesanan berdatangan.
Hingga akhirnya masa pandemi datang. Kegalauan makin memuncak dikala anak-anak harus belajar dari rumah dan aku tidak puny banyak waktu mendampingi mereka. Sebagai ibu bekerja pasti memiliki keresahan dimana ingin menjaga keluarga di rumah, memberikan pendidikan terbaik dari rumah, memberikan keamanan dan kesehatan tidak hanya untuk diri sendiri tapi juga suami dan anak-anak saat beraktivitas di luar rumah. Ditambah kondisi Ibu dan Mertua yang makin memua dan harus menjalani serangkaian medis rutin.
Juni 2020, saat tawaran promosi dari perusahaan tempatku bekerja menghampiri untuk bisa support tim di Lombok, makin kian memantapkan niatku untuk bekerja dari rumah meneruskan usaha onlineku dan fokus dengan anak-anak dan keluarga. Banyak yang menyayangkan karir yang sudah dirintis sejak puluhan tahun dan harus berakhir menjadi Ibu rumah tangga. "Apa ga sayang karirnya? Apa ga sayang promosinya?", tanya banyak orang. Dengan mantap aku menjawab, "Bismillah sudah saatnya kembali ke rumah, insyaa Allah makin bisa bermanfaat di rumah, tidak hanya untuk keluarga tapi juga lebih banyak orang". Aku yakin Allah sebaik-baik pembuat skenario hidup, rejeki pasti sudah dijamin dan datang dari arah mana saja.
Beruntung, awal 2020 aku sempat berkunjung ke beberapa toko kelontong ramah lingkungan di Yogyakarta. Jadi beberapa bulan sebelum mengundurkan diri, aku sudah merancang beberapa rencana, salah satunya membuat toko offline bersama suami. Mengundurkan diri dengan perencanaan matang dan siap lahir batin.
Sebulan kemudian, menemukan tempat yang tepat untuk mendirikan toko, menambah produk-produk yang akan dijual di toko. Yang bermula hanya menjual sedotan bambu, sedotan stainless dan gelas bambu, sekarang aku menjual aneka makanan sehat, bumbu, rempah, peralatan makan/minum dari kayu dan bambu. Namun keadaan malah berkata lain. Pandemi makin memuncak, sang pemilik ruko yang akan kami tempati menaikkan harga sewa. Kecewa pasti, karena kami sudah terlanjur mengeluarkan sejumlah uang untuk hal ini.
Akhirnya, kami memutuskan untuk membuka toko sementara di depan rumah. Walau tempat sangat tidak strategis karena letak rumah kami di pedesaan yang agak sulit dijangkau. Namun alhamdulillah dukungan dari teman-teman komunitas yang bergantian berkunjung, mereka membantu melakukan promosi getok tular dan usahaku makin ramai dan dilirik. Apalagi sistem yang aku terapkan adalah penjualan curah minim sampah yang makin diminati banyak orang. Pembeli tidak perlu resah akan sisa konsumsi/sampah yang dihasilkan karena sebagian besar produk aku jual tanpa kemasan/curah, pembeli bebas membeli sesuai kebutuhan dengan wadah sendiri. Selain lebih hemat, ga nyampah kan? Kita juga bisa bantu menjaga bumi dengan tidak menambah jumlah sampah terutama plastik sekali pakai.
Jumlah follower di media sosial juga sedikit demi sedikit bertambah, seiring dengan penambahan produk-produk sehat yang aku jual, tentunya tanpa kemasan. Aku pun mulai melirik kearifan lokal Indonesia, berkenalan dan bertemu dengan para wanita hebat, salah satunya kelompok tani wanita yang memproduksi/mengolah madu dan minuman dari hasil bumi. Tidak hanya itu, aku juga menjual hasil bumi dari kebun suami di tokoku, seperti beras hitam, cabai, sayur mayur, dan ubi. Walau sebagian besar proses di kebun dikelola suami, aku ikut bantu memasarkan/menjualnya.
Aku ingin menjadikan ini sebagai sebuah ladang penghasilan yang bisa aku lakukan untuk membantu perekonomian keluarga. Dan jangka panjangnya bisa diwariskan pada anak-anak kelak saat mereka besar.
Oleh karena itu, aku membutuhkan #ModalPintar untuk mengenalkan dan mengembangkan eco-green bussiness ini ke masyarakat luas. Salah satunya untuk menyewa tempat di kota yang lebih strategis dan terjangkau masyarakat luas. Tidak hanya itu, melalui modal pintar ini, aku ingin ikut memasarkan hasil bumi para petani di desaku dan para wanita hebat di daerah lain supaya bisa bantu perekonomian mereka.
Aku berharap bisnis ramah lingkungan yang aku rintis ini bisa berdampak positif untuk banyak orang, tidak hanya sebagai edukasi menjaga bumi tetap sehat, tapi juga membantu perekonomian masyarakat, terutama wanita. Insyaa Allah, aamiin..
Thank you, #ModalPintar!