Hi Sisters!
Semua berawal dari idealisme hidup, itulah yang mendasari aku untuk memulai usaha kecil ini. Aku adalah ibu rumah tangga dengan 1 anak yang sudah melepaskan pekerjaan kantor untuk menjadi full-time mom sejak menikah. Karena kebiasaan sudah punya income sendiri, aku ingin sekali punya pekerjaan yang bisa kukerjakan sembari mengurus anak di rumah agar aku juga tidak kehilangan moment tumbuh kembang anak karena mereka tidak selamanya kecil. Sejak 2015, aku tinggal bersama keluarga kecilku di Hong Kong karena suamiku bekerja di sana. Karena kami sering bolak-balik ke Indonesia, aku sekalian membuka jasa titip dari Hong Kong dan lumayan memberi pemasukan tambahan. Tiga tahun kemudian, saat aku dan anakku harus kembali ke Indonesia, tepatnya ke Surabaya, aku mulai berpikir karena aku tidak mungkin hanya berdiam di rumah saja tanpa mengerjakan apapun. Sedangkan bisnis jasa titip yang sudah berjalan, tidak mungkin untuk aku lanjutkan. Akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan gaya hidup baru yang sudah sedikit-sedikit aku terapkan ketika aku tinggal di Hong Kong, yaitu gaya hidup minim sampah, sekaligus memulai bisnis kecil dari gaya hidup ini.
Mengapa aku bilang ini idealisme? Karena gaya hidup minim sampah, tidak semua orang bisa benar-benar memahami maknanya dan bisa konsisten untuk melakukannya. Aku sendiri merasa masih jauh dari sempurna dalam menjalani gaya hidup ini, tapi pelan-pelan aku lakukan dengan mantra bahwa aku hidup di dunia ini sebaiknya memberikan manfaat bagi diriku sendiri, bagi sekitar, bagi semesta, bagi orang terdekat. Karena di tahun 2018 sudah mulai muncul awareness tentang zerowaste lifestyle, aku beride untuk menjual berbagai macam kebutuhan yang membantu mendukung gaya hidup minim sampah tersebut. Lahirlah toko kecil bernama Green Orient berbasis online yang aku kerjakan di platform Instagram dengan nama @greenorient. Aku sering berpartisipasi dalam acara bazaar dengan tema serupa untuk berjualan barang-barang zerowaste dengan tujuan untuk sharing dan edukasi agar isu ini semakin tersampaikan ke masyarakat. Nah, salah satu barang yang aku jual waktu itu adalah handmade product dari kakakku, yaitu sabun padat handmade. Beberapa waktu kemudian, muncul keinginan membuat sabun sendiri juga untuk mendukung gaya hidupku ini, karena mungkin jika aku membuat sabun sendiri, aku tidak akan menghasilkan lebih banyak sampah dan bisa jadi kulitku semakin sehat dengan sabun handmade yang basic ingredients-nya berasal dari bahan-bahan natural. Jadilah aku mencari guru dan belajar untuk membuat sabun padat handmade.
Ternyata membuat sabun sendiri sangat mengasyikkan dan aku benar-benar menikmatinya. Setelah aku mengambil kursus, aku juga banyak belajar secara otodidak. Aku membuat sabun padat dengan bahan-bahan yang mostly natural, aman untuk kulit dan aman untuk lingkungan. Awalnya, aku hanya pergunakan secara pribadi, hanya aku dan suamiku yang menggunakan. Lalu aku memberanikan diri untuk memberikan sample ke beberapa teman dan gather their feedback. Dan ternyata teman-teman sangat suka dan mendukung sekali agar aku bisa go public dan officially selling this handmade soap bar to others. Bahkan ada beberapa teman yang memiliki masalah kulit, kulitnya menjadi jauh lebih baik dan lebih sehat ketika menggunakan sabun padat yang aku buat. Akhirnya aku masukkan produk ini ke toko online-ku di Green Orient dengan nama Handmade soap bar by Green Orient.
Beberapa bulan sejak Green Orient hadir, muncul beberapa bulk store di Surabaya dengan konsep zerowaste living. Saat itulah aku mulai approach para owner-nya untuk menaruh produk sabunku ini agar bisa dijual di toko offline mereka. Selain aku mendapatkan tambahan pemasukan melalui toko, aku juga mengembangkan produkku agar lebih dikenal masyarakat. Konsep sabunku sederhana; less packaging, less waste, more skin-nutrient. Di toko tersebut, akupun menjual sabunku hanya berbalut kertas atau half-naked agar tidak banyak menghasilkan sampah ketika dipergunakan. Namun, isi dari sabun tetap memberikan manfaat terbaik bagi siapapun yang menggunakannya karena aku membuatnya dengan bahan-bahan pilihan.
Satu tahun Green Orient berjalan, aku memutuskan untuk memberikan nama sendiri bagi sabun handmade-ku. Lahirlah Jiva. Jiva dalam bahasa sanskrit berarti jiwa, soul. Filosofi dari Jiva adalah bahwa produk yang aku buat merupakan bagian dari jiwa yang kucurahkan dalam proses pembuatannya sehingga produk ini menjadi soulmate dalam hidupku. Dan aku berharap, ketika orang lain menggunakan produk Jiva, produk ini dapat menjadi soulmate mereka juga. Sehingga tagline Jiva adalah Jiva for soul, the essentials for healthier skin, body and soul. Produk Jiva saat ini tersedia di platform Instagram dengan nama @jivasoap. Saat ini, Jiva tidak hanya menyediakan sabun padat beraneka aroma, manfaat, dan bentuk, namun juga menyediakan produk handmade lain seperti sabun cair dan hand sanitizer. Namun, sabun padatku masih juara dalam hal peminat dan pembeli. Kelebihan sabun padat yang aku buat adalah bahan-bahan pilihan yang aku gunakan berasal dari minyak nabati bebas palm oil, menggunakan pewarna dan pewangi alami dengan essential oil, aman untuk kulit, air dan tanah (lingkungan), packaging yang bisa dikompos, bentuk dan warnanya juga unik dan berbeda dari sabun komersil yang kebanyakan berisi harsh chemical dan sintetis. Aku bisa katakan bahwa peminat produk handmade terutama produk kecantikan atau produk untuk kulit semakin lama semakin banyak, dan bahkan banyak juga yang sadar dengan membeli produk handmade, mereka telah membantu perekonomian si produsen skala kecil.
Produk Jiva, selain aku jual online berbasis Instagram, lalu offline di bulk store, aku juga mulai merambah marketplace serta pangsa lain misalnya untuk pembuatan souvenir acara-acara tertentu. Saat pandemi Covid-19 melanda, bisnis sabunku menjadi lebih sepi, sehingga aku mengembangkan lagi produkku ke hygiene product seperti hand sanitizer. Walaupun penjualan tidak terlalu ramai, aku tidak menyerah, karena pandemi justru saatnya lebih rajin mandi, cuci tangan, dan menjaga kebersihan, dan yang paling utama diperlukan adalah sabun. Sehingga marketing dan strategi penjualanku sedikit aku sesuaikan di masa pandemi ini. Bahkan di moment seperti Lebaran dan Natal di saat pandemi, aku berusaha untuk boost penjualan dengan berkreasi membuat hampers yang cantik yang aku sesuaikan dengan visi serta tema moment tersebut. Dan aku sangat bersyukur, dalam 2 tahun ini, demand terus meningkat dan aku bisa lebih banyak menjual hampers setiap tahunnya. Jangan salah, sainganku semakin banyak juga karena saat ini semakin banyak pemain di dunia handmade soap dan isu zerowaste. Tapi pelan-pelan aku berusaha untuk tetap konsisten dan semakin hari semakin ingin mengembangkan nama serta varian produk yang aku buat.
As I said that I am trying to spread the message to others about green and sustainable living, swapping bathroom essentials to natural product can be a way to start it too. My soap indeed a natural product, but it is not only a soap. Behind my soap, there are some messages I want people to know; that mindful and sustainable living is easy, that living less-waste is possible, that back to nature is a beautiful way of life, that natural soap could give the good impact for the skin, that natural product isn’t always expensive, that we can learn what’s behind a product, where it comes from, what are the ingredients, how’s the effect to ourselves and to the environment, that we learn to consume consciously, that by making this soap, I’m being my own self, putting the love and positive vibes into those little things.
Mendengar kompetisi Modal Pintar dari Sisternet, aku tertarik sekali untuk join karena tentu saja aku ingin membuat nama Jiva agar lebih dikenal banyak orang, bukan hanya produknya saja namun juga apa yang ada di balik bisnis ini. Selain itu, aku juga ingin mengembangkan skala bisnis ini menjadi lebih besar. Aku ingin mempunyai toko offline sendiri, aku juga ingin mempunyai lebih banyak alat-alat produksi serta space untuk workshop sendiri agar saat aku bekerja, aku bisa menjadi lebih fokus dan ada storage untuk semua kebutuhanku dalam membuat produk handmade-ku. Impianku ke depannya, aku bisa mempatenkan nama Jiva, memberinya lisensi agar pembeli lebih yakin dengan produk yang aku buat ini benar-benar aman dan terpercaya, dan tentunya aku ingin hire orang lain agar pekerjaanku lebih mudah dan untuk memberikan lapangan pekerjaan bagi yang membutuhkan. Banyak sekali, sih rencana-rencana yang muncul di pikiran, dan pastinya semua itu akan butuh modal yang tidak sedikit. Dan jika aku dipercaya untuk mendapatkan modal dari kompetisi #ModalPintar, aku ingin menghasilkan produk yang bisa memberikan social impact yang baik bagi masyarakat. Karena bisnis ini aku mulai berdasarkan harapan untuk membawa sesuatu yang berbeda dan kehidupan yang lebih baik bagi siapapun yang terlibat di dalamnya.