Sisters, segala sesuatu yang dilandasi emosional pada dasarnya tidak baik, termasuk dalam berinvestasi. Emosi hanya akan membawamu terpuruk lebih dalam, sehingga hilang kesempatan memperoleh cuan.
Kamu harus mampu mengelola emosimu ketika berinvestasi. Tidak terlalu euforia ketika investasimu untung besar. Tetapi juga tidak marah-marah saat investasi anjlok dan merugi.
Begitupun jika ingin melakukan investasi. Kondisi emosi harus stabil agar hasilnya pun baik. Jangan berinvestasi saat keadaan hati dan pikiran sedang panas.
Kondisi tersebut dapat memunculkan pikiran-pikiran negatif, sehingga kamu tak dapat fokus dan konsentrasi. Bisa saja langkah yang kamu ambil dalam berinvestasi salah, dan membuatmu rugi besar.
Ingat, investasi taruhannya uangmu. Salah mengambil keputusan, akibatnya bisa fatal. Kunci investasi adalah sabar. Sanggup mengontrol emosi dalam situas apapun supaya hasil investasimu maksimal.
Berikut cara menghindari emosi dalam berinvestasi agar tidak menjadi boomerang buatmu, simak ya!
1. Ketahui tujuan investasi jangka panjang
Cara pertama untuk mencegah atau menghindari emosi dalam berinvestasi adalah mengetahui tujuan investasi. Tujuan investasi di sini lebih ke jangka panjang.
Contohnya bila tujuan jangka panjang berinvestasi adalah untuk dana pendidikan, mengumpulkan DP rumah, menikah, atau lainnya, maka kamu jangan pernah melakukan kesalahan karena hanya emosi.
Jika diri dipenuhi emosi ketika memulai atau saat berinvestasi, maka rencana atau tujuan jangka panjang kamu bisa rusak. Sebab emosi dapat mengarahkanmu pada keputusan yang salah.
Bukannya mendapatkan keuntungan, malah buntung akibat emosi tak terkendali. Padahal kalau emosi, kamu dapat tarik nafas sejenak, kemudian mulai berpikir dengan jernih.
2. Gunakan pendekatan yang tepat
Sikapmu dalam berinvestasi juga penting. Dua sikap yang sering muncul setelah terjun menjadi investor. Yaitu terlalu percaya diri dan kurang percaya diri.
Terlalu percaya diri dalam hal apapun tidak baik, termasuk investasi. Sikap ini akan membawamu pada kesombongan.
Kelewat pede membuatmu tidak lagi mau mendengar kritik dan saran dari orang lain untuk investasimu. Kamu lebih percaya diri dengan analisa dan pemikiran diri sendiri yang belum tentu benar dan terbukti.
Sementara kurang percaya diri pun bisa bikin kamu minder. Kamu tak percaya pada kemampuan diri sendiri, sehingga selalu bersikap ragu, cemas, khawatir saat mengambil keputusan berinvestasi
Oleh karena itu, yang sedang-sedang saja. Kamu harus tetap memiliki percaya diri tanpa berlebihan agar dapat mengendalikan emosi.
3. Jangan jadikan berita media penentu keputusan
Sebagian investor mungkin memulai investasi karena ikut-ikutan. Sebelumnya tidak punya dasar apapun dalam berinvestasi.
Menelan semua informasi mentah-mentah yang datang dari mana-mana, termasuk media massa. Tanpa dianalisis lebih dulu, sehingga keputusan investasi sering kali salah.
Emosi dalam investasi ini juga perlu dihindari. Belajar dari media boleh-boleh saja, namun bukan menjadi penentu keputusanmu dalam investasi.
Sebab menentukan keputusan saat investasi perlu pemikiran dan analisa mendalam, seperti kapan harus menambah setoran modal, membeli, menjual, atau mempertahankan investasi.
4. Diversifikasi investasi
Emosi dalam investasi lain adalah hanya mengandalkan satu instrumen saja, tanpa melakukan diversifikasi. Kamu takut mengambil risiko jika mengambil banyak instrumen.
Padahal hal ini penting dilakukan seorang investor. Sehingga kalau satu instrumen investasi rugi, instrumen lain tetap untung. Kerugianmu bakal tertutup dari keuntungan instrumen lain.
Contohnya kamu sudah investasi saham yang memiliki karakteristik high risk, maka dapat diversifikasi investasi pada portofolio yang risikonya rendah, seperti emas, obligasi ritel negara, reksadana, atau lainnya.
Mencintai harus pakai logika, jangan terlalu menggunakan perasaan, nanti kalau kecewa, sakit hatinya dalam sekali.
Pun berinvestasi, jangan pakai ‘urat’ atau emosi. Semua perlu pakai logika dan analisis mendalam, sehingga investasimu berada pada jalur yang tepat sesuai perencanaan.
Logika saja tidak cukup kuat. Kamu harus menganalisa dari sisi teknikal dan fundamental, misalnya dalam investasi saham. Analisa investasi bertujuan untuk memprediksi kinerja sebuah investasi di masa depan.
Dengan demikian, kamu dapat mengambil keputusan investasi dengan benar. Begitu investasi dijalankan dalam jangka panjang, kamu akan menikmati hasil keuntungan yang maksimal. Semangat, Sisters!