Sisters, istilah utang sudah sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kamu yang punya utang, wajib membayar cicilannya setiap bulan hingga lunas. Hal ini tentu akan menjadi beban keuangan kamu selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Ada yang bilang, “kalau tidak utang, tidak bakal punya aset.” Kalau dipikir-pikir betul juga sih.
Inilah yang membuat banyak orang memberanikan diri berutang. Entah itu utang dengan keluarga, teman, rekan bisnis, atau mengajukan kredit ke bank maupun perusahaan fintech peer to peer lending lewat pinjaman online. Tapi yang salah adalah jika berutang untuk sesuatu yang tidak penting. Contohnya, gesek kartu kredit untuk membeli smartphone terbaru, padahal smartphone lama masih bisa digunakan. Atau mengambil pinjaman online untuk borong baju, sepatu demi gengsi semata.
Dalam praktiknya, jenis utang dibagi dua, yakni utang produktif dan utang konsumtif. Sebelum membahas kedua jenis utang tersebut, kami akan mengulas lebih dulu alasan banyak orang berutang.
Berikut ini beberapa alasan seseorang berutang:
1. Mengatasi masalah keuangan
2. Tidak punya tabungan
3. Lebih senang membeli sesuatu dengan kredit
4. Tidak bisa membedakan mana kebutuhan dan keinginan
Nah, berikutnya simak perbedaan antara utang utang produktif dan konsumtif:
- Utang Produktif: Utang produktif adalah utang yang bertujuan untuk mendapatkan manfaat keuangan.
Contohnya digunakan untuk modal kerja, modal usaha, investasi, membeli rumah sebagai tempat tinggal maupun dikontrakkan ke orang lain, membeli motor atau mobil agar bisa bekerja menjadi driver ojek atau taksi online. Dari utang yang dipakai untuk pengembangan bisnis misalnya, pengusaha akan meraup pendapatan besar. Dari keuntungan tersebut, bisa dipakai untuk membayar cicilan atau melunasi utang. Umumnya, utang produktif ini terencana, sehingga dapat diketahui waktu pengembaliannya.
- Utang Konsumtif: Utang konsumtif merupakan utang yang pemanfaatannya digunakan untuk kebutuhan konsumsi. Tidak memiliki dampak positif atau menambah pendapatan si peminjam. Biasanya utang ini dipakai untuk ‘membeli’ keinginan (sesuatu yang tidak mendesak atau tidak terlalu penting).
Contoh penggunaan utang konsumtif untuk membiayai liburan ke luar negeri, membeli barang mahal yang hanya akan teronggok di rumah atau tidak terpakai, membeli gadget teranyar, jam tangan mewah, padahal kamu masih memiliki barang-barang yang sama. Barang-barang konsumsi yang dibeli ini cenderung akan mengalami penyusutan nilai atau harga. Jadi kalau dijual lagi, harga barang-barang tersebut bisa turun drastis dari harga beli. Tidak bermanfaat bukan?
Sebenarnya sah-sah saja berutang, asalkan punya kemampuan membayar dan digunakan untuk sesuatu yang produktif atau memberi nilai tambah. Jadi, jangan berutang untuk sesuatu yang tidak kamu butuhkan, ya, Sisters!