Sisters, pada dasarnya setiap orangtua punya gaya dan caranya sendiri untuk mengajarkan soal uang kepada si anak. Karena merekalah yang tahu betul kebutuhan anak, termasuk karakternya. Apakah si anak tipe yang penurut atau justru ambekan yang setiap kemauannya harus dituruti.
Nah, jika kamu sebagai orangtua masih bingung menentukan besaran uang jajan yang ideal untuk anak SD, SMP, SMA, dan kuliah, simak beberapa tips berikut ini.
Hitung kebutuhan anak
Untuk menentukan besaran uang jajan, orangtua sebaiknya menyusun dan menghitung dulu apa saja kebutuhan maupun komponen yang akan masuk dalam uang jajan tersebut. Apakah hanya untuk membeli makanan saja, apakah ditambah komponen lain, seperti transport pulang pergi, fotokopi, beli buku, sampai pulsa atau kuota internet/game.
Lihat situasi dan kondisinya
Untuk anak SD, biasanya masih dibawakan bekal makan dari rumah. Menambah uang jajan Rp5.000-Rp10.000 sudah termasuk wajar. Apalagi anak SD biasanya sekolah hanya setengah hari, dan belum banyak aktivitas tambahan seperti les maupun ekstrakulikuler. Tapi jika ada les maupun ekskul, tambahan uang jajan untuk makan sebesar Rp10.000. Jadi uang jajan anak SD sekitar Rp15.000-Rp20.000.
Untuk anak SMP biasanya sudah mulai malu membawa bekal dari rumah. Aktivitas belajar mengajar pun hingga sore hari. Jadi asumsi perhitungan uang jajannya per hari, di luar ongkos transportasi:
Makan siang = Rp15.000-Rp20.000
Jajan kalau ada les atau ekskul = Rp10.000-Rp15.000.
Total uang jajan saja untuk anak SMP = Rp25.000-Rp35.000
Untuk anak SMA, kamu dapat menaikkannya sekitar Rp10.000-Rp15.000 dari perkiraan uang jajan SMP. Dengan begitu totalnya sekitar Rp35.000-Rp50.000.
Ketika kuliah, kalau dihitung per harinya, perkiraannya biaya makan siang pasti lebih mahal di lingkungan kampus = Rp25.000-Rp30.000. Asumsi uang jajan anak kuliahan Rp50.000-Rp80.000. Syukur-syukur anak bisa hemat, jajan di warung makan yang menawarkan harga mahasiswa.
Mau diberikan harian, mingguan, atau bulanan
Setelah menghitung, orangtua kemudian membuat kesepakatan dengan si anak. Apakah uang jajan ini diberikan setiap hari, seminggu sekali, atau sebulan sekali. Ajak anak berdiskusi soal ini, agar anak merasa dihargai dan merangsangnya untuk berpikir dan menyampaikan pendapat. Si anak diberikan kebebasan untuk memutuskan.
Misalnya anak SD masih diberikan uang jajan setiap hari. Tapi kalau sudah SMP, SMA, dan kuliah, lebih baik bulanan saja. Hal ini bisa melatih si anak ketika nanti sudah bekerja dan mencari penghasilan sendiri, dia sudah belajar mengatur keuangan setiap bulan.
Bisa juga uang jajan diberikan lewat dompet digital
Zaman serba canggih, transaksi dengan uang tunai semakin susut. Generasi muda kini lebih mengandalkan dompet digital, dan aplikasi e-wallet lainnya untuk membeli makanan dan minuman. Lebih praktis.
Orangtua bisa memanfaatkan aplikasi dompet digital tersebut untuk pemberian uang jajan. Uang ditransfer ke rekening dompet digital anak. Lumayan bisa dapat promo cashback, diskon, jadi lebih hemat. Butuh transportasi ke sekolah juga tinggal pesan ojek online. Bayarnya pakai dompet digital.
Terapkan reward dan punishment
Kamu dapat menerapkan reward dan punishment kepada anak. Misalnya kalau peringkat bagus di sekolah atau puasa Ramadhan lancar, anak bisa memperoleh uang jajan tambahan. Dengan begitu, membuat anak semangat belajar.
Tapi sebaliknya akan ada punishment jika peringkat jeblok, berbuat onar di sekolah, atau hal-hal merugikan lain. Seperti risiko tidak dapat uang jajan, hanya bawa bekal dari rumah.
Punishment semacam ini dapat memberi pelajaran kepada anak, bahwa dalam dunia kerja nantinya juga demikian. Yang berprestasi akan diberi penghargaan, dan yang malas akan mendapat hukuman atau sanksi.
Lalu bagaimana mengajarkan anak soal mengatur uang jajan sedini mungkin?
1. Bawa bekal dari rumah, uang jajan ditabung
Ajarkan anak untuk bawa bekal makan dari rumah. Uang jajan yang diberikan bisa ditabung. Jadi menanamkan kebiasaan menabung sejak kecil, bisa bermanfaat sampai nanti anak besar.
2. Memberi pengertian jangan gunakan uang jajan buat sesuatu tidak penting
Sebagai orangtua wajib mengingatkan, memberi pengertian kepada anak agar uang jajan jatah mereka jangan dihabiskan untuk sesuatu hal yang tidak berguna.
3. Mengajarkan anak hidup sederhana
Misalnya saja mengajarkan anak naik angkot ke sekolah, tidak menggunakan barang-barang mewah ke sekolah, dan sebagainya.
4. Sesekali kasih shock therapy
Contohnya, jika ia minta duit tambahan, kamu tidak memberikan uang dulu, cuma dibawakan bekal. Begitu hari berikutnya, baru dikasih uang jajan lagi. Kemudian bisa keluarkan gertakan kecil, "kalau habis lagi sebelum waktunya, gak ada uang tambahan lagi."
Sisters, tugas orangtua adalah mengajarkan, membimbing, mengarahkan, dan memberikan pengertian kepada anak bahwa mengatur keuangan, termasuk uang jajan sangat penting. Hal ini bisa menjadi bekal untuk memasuki kehidupan kerja dan berumah tangga ke depannya, Sisters!