Sisters, banyak orang keliru menganggap demam tipes adalah DBD, begitupun sebaliknya. Karena penyakit tipes dan DBD (demam berdarah dengue) memiliki gejala yang mirip satu sama lain, yaitu munculnya demam yang cukup tinggi dan badan lemas. Padahal jika kamu salah menduga jenis penyakit yang diderita, nantinya bisa menyebabkan kesalahan penanganan.
Lantas bagaimana cara memahami beda gejala tipes dan DBD?
Tipes atau bahasa medisnya disebut dengan demam tifoid merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonela typhi. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh atau tepatnya ke saluran pencernaan melalui makanan, minuman, atau air yang sudah terkontaminasi. Tidak menjaga kebersihan makanan dan minuman, sanitasi yang buruk, serta terbatasnya akses air bersih diduga menjadi penyebab utama penyakit tipes.
Sementara demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk aedes aegypti paling banyak ditemui selama musim hujan dan setelah musim hujan di area tropis dan subtropis.
Sebenarnya baik penyakit tipes dan DBD merupakan dua penyakit yang paling banyak menyerang masyarakat Indonesia. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja tanpa pandang usia dan jenis kelamin. Jika tidak ditangani dengan baik dan secepatnya, kedua penyakit ini bisa membahayakan nyawa.
Perbedaan gejala tipes dan DBD
Gejala tipes dan DBD memang memiliki gejala khas yang sama, yaitu demam tinggi. Namun, ada beberapa perbedaan gejala lain di antara kedua penyakit tersebut. Berikut ini berbagai beda gejala tipes dan DBD yang harus kamu ketahui dan pahami.
Pada DBD, demam tinggi bisa berlangsung sepanjang hari. Sedangkan pada tipes demam yang muncul cenderung naik turun dan berpola waktunya. Di mana biasanya demam tinggi terjadi pada malam hari dan akan turun pada pagi harinya.
Pada DBD, akan muncul bintik merah di bagian bawah kulit yang terjadi akibat pendarahan dan bila ditekan, bintik merahnya tidak pudar. Selain bintik merah, orang yang terkena DBD juga sering mengalami mimisan dan perdarahan ringan pada gusi. Sedangkan pada tipes, bintik merah yang muncul bukan bintik pendarahan. Namun, akibat infeksi dari bakteri Salmonella.
Penyakit DBD terjadi musiman, terutama saat musim penghujan di mana lingkungan yang lembap jadi tempat paling tepat untuk nyamuk bisa berkembang biak. Sedangkan tipes bukan merupakan penyakit musiman dan bisa terjadi sepanjang tahun jika tidak menjaga kebersihan lingkungan dengan baik.
DBD terkadang menyebabkan nyeri otot, sendi, dan tulang. Nyeri ini biasanya mulai terasa setelah demam muncul. Selain itu, DBD juga akan memunculkan gejala sakit kepala parah, mual, dan muntah. Sedangkan penyakit tipes adalah penyakit yang berkaitan dengan saluran pencernaan, sehingga gejala demam pasti disertai dengan gejala sakit di saluran cerna, seperti sakit perut, diare, bahkan sembelit.
Pada DBD, syok (kehilangan cairan yang parah) cukup sering terjadi. Sedangkan pada tipes, umumnya tidak terjadi syok jika belum terjadi komplikasi.
Salah satu komplikasi yang paling mungkin terjadi pada DBD adalah kerusakan pembuluh darah, yang dapat menyebabkan perdarahan. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini akan menyebabkan kegagalan sistem organ dalam yang berujung kematian. Sedangkan komplikasi tipes dapat menyebabkan usus berlubang (perforasi usus) yang bisa mengakibatkan isi usus bocor ke rongga perut dan menimbulkan infeksi. Jika rongga perut sudah terinfeksi, hal tersebut akan menyebabkan peritonitis, yaitu infeksi pada jaringan yang melapisi bagian dalam perut. Infeksi ini dapat mengakibatkan berbagai organ berhenti berfungsi.
Cara mendiagnosis penyakit tipes dan DBD
Cara satu-satunya untuk memastikan demam yang kamu alami merupakan gejala tipes atau DBD adalah dengan melakukan tes darah. Jadi, jika kamu mengalami demam tinggi yang sudah berlangsung selama lebih dari tiga hari, segeralah melakukan pemeriksaan darah di laboratorium terdekat. Dengan melakukan pemeriksaan darah nantinya akan diketahui secara pasti penyakit yang kamu alami.
Pada penyakit DBD, pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa jumlah trombosit. Seseorang dikatakan terkena penyakit DBD ketika trombositnya mengalami penurunan, yaitu kurang dari 150.000/µl. Namun, pemeriksaan ini akan berjalan efektif jika demam tinggi yang kamu alami sudah berlangsung dua sampai tiga hari. Pasalnya, demam yang baru berlangsung satu hari belum bisa diketahui karena jumlah trombosit umumnya masih normal.
Sementara untuk memastikan penyakit tipes nantinya dokter akan menganjurkan kamu melakukan pemeriksaan widal setelah kamu mengalami demam paling tidak selama 5 hari. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah pada darah kamu mengandung antibodi terhadap bakteri penyebab tipes yaitu Salmonella typhi atau tidak.
Pemeriksaan lain dapat dilakukan dengan memeriksa feses. Pasalnya, bakteri Salmonella typhi bisa ditemukan pada feses orang yang sedang sakit tipes.